Posts

Showing posts from January, 2010

Hikayat Kenalpot

Image
Pada suatu Rabu siang, tersengat rasa lapar dan menahan sempoyongan, saya naik sepeda angin pinjaman menuju ke warung pecel. Perjalanan itu hanya memakan waktu kurang dari lima menit. Pesanan pecel saya dibungkus, saya terima dari si penjual juga kurang dari lima menit. Saya lalu mengeluarkan sepeda angin dari deretan parkiran. Parkiran sepeda motor. Tak sampai lima detik, betis kanan saya menempel di kenalpot terdekat. Kenalpot tersebut, oh tentu saja masih panas. Tuhan Maha Besar. Tapi pada waktu itu saya tidak mengeluarkan suara. Memuji Tuhan tidak. Menyebutkan nama hewan juga tidak. Saya buru-buru mengayuh sepeda angin itu pulang. Lumayan ngebut. Kulit betis kanan saya yang tadi bersenggolan mesra dengan si kenalpot rasanya pedih. Panas lumayan. Pedihnya luar biasa. Sampai di rumah yang saya lakukan adalah membiarkan betis kanan saya di bawah air mengalir. Lama. Lama sekali. Rasanya selama-lamanya saya berdiri di bawah keran yang terbuka deras dengan air mengguyur betis k

Menangis di Pembukaan Pameran Seni Rupa

Image
Terus terang tadi saya sedang bosan, ingin jalan-jalan, dan sedang lapar. Ketika Nyai Geni Sambernyowo mengirim pesan pendek mengajak saya datang ke pembukaan pameran di Jogja National Museum, segera saja saya iyakan karena tiga alasan tadi. Saya juga tidak membawa kamera. Nama G. Sidharta Soegijo sering saya dengar sebelumnya. Beliau pematung, dulunya mengajar di ITB, dan sudah mangkat tahun 2006 kemarin karena sakit. Hanya segini informasi yang saya tahu. Pembukaan yang saya datangi itu adalah pembukaan pameran Homage: G. Sidharta dalam Seni Rupa Indonesia . Sebuah pameran yang diadakan untuk memperingati 1000 hari meninggalnya G. Sidharta. Dari dulu ingatan saya selalu tertukar antara G. Sidharta dan GM Sudarta , seorang karikaturis. Bahkan kadang-kadang ingatan saya menukar antara G. Sidharta dan St. Sunardi . Ya kepala saya kadang-kadang suka konslet kayak begini. Kami tidak dapat katalog, karena datang tanpa undangan. Sesudah mengambil minuman dan cemilan, saya dan Nyai

Nama, Mantra, dan Doa

Image
Oke, sebetulnya tidak dimulai dari mana-mana, tapi hari ini mengerucut pada apalah arti sebuah nama dan kenapa ada nama?  Pengetahuan ini sebagian saya dapatkan pemicunya dari sebuah komik Jepang, tentang legenda yang kerap dipercaya oleh suku purba di Eropa; terkadang para peri menukar anaknya dengan anak manusia. Anak-anak peri ini memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh anak manusia, terutama kemampuan mereka untuk menguasai elemen (roh) alam. Penguasaan itu dilakukan dengan mempelajari nama. (cerita tentang anak yang ditukar ini ternyata juga ada di budaya Jawa, tapi ini nanti saja investigasinya) Pemicu lain adalah dongeng Rumpelstiltskin, dari Eropa juga, tentang bajang yang memberi anak pada pasangan bangsawan yang sudah lama infertil dengan janji bahwa si anak ini setelah dewasa harus diberikan kembali pada si bajang. Tentu saja kemudian pasangan bangsawan ini ingkar janji ketika si bajang datang menagih. Si bajang kemudian memberi kemudahan, jika mereka bisa menebak na

Oh My God, City Girl!

Image
My head is currently filled with too much mothballs and spiderwebs so it will be a bit impossible to produce anything coherent at this point... to cut it short, living without electricity is hell . OH MY GOD CITY GIRL! (yes i am *yelp*) Apparently I can live without updating my online network statuses, whatever, but definitely can not live without electricity. Can I throw the blame to other objects? yes I can. No water because the pump is electric. No electricity, no pumping water. I once lived in a house where water is pumped manually from the well for all the basic daily needs, and I tell you, I do not mind that at all, so the condition where electricity is failing does not hinder normal daily activity! ArGH~! Other thing that is crucial is to have a proper rice cooking pot, on the stove. Not the electric one. Nor the stove be an electric one. So cooking activity can still be done, as normally! No, I cannot live without Meg and an internet connection, though. *sigh*

I am Fond of Literature

Image
But I honestly do not read that much. That's why I think audiobook rocks. I have read Twilight and New Moon and didn't like it, nor do I hate it. I still have Eclipse in my reading list, but I haven't had the courage to read it. From what I heard it's  über romantic and its adult content had sparked some rational worries on how it might encourage teens and adults alike to become suicidal pedophiliacs. I believe I need to strengthen my stomach before reading the third book of the Twilight saga. Nor have I seen Inglorious Basterds. Quentin Tarantino might be a good director, and I might have a taste for gory films, but Tarantino's simply makes me queasy. That's it.  I was going to write another but there, but, there's no but. I am fond of literature, both with the small "l" and the capital "L". I love it.  -- "I love him! I love him for the man he wants to be. And I love him for the man he almost is." Dorothy, Jerry

Wish List : Bicycle, Please

Image
Masih akibat pindahan. Sepeda saya, yang saya punya dari tahun 1995 dan sengaja saya kirim dari Surabaya tahun 2005, nyangkut di Bandung sementara saya pindah ke sana ke mari. Bandung sebetulnya bukan kota yang ideal untuk bersepeda urban karena medannya yang naik turun. Kalau untuk olahraga sepeda downhill gitu, mungkin oke. Jogja, sementara itu, secara tradisi sebetulnya adalah kota bersepeda. Sayangnya jaman sekarang lebih banyak yang pakai sepeda motor, bukan sepeda onthel. Makin bertambah pula yang naik mobil. Mungkin ini baik dari segi perekonomian, menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan perkapita di Daerah Istimewa Yogyakarta meningkat, berikut kesejahteraannya, sehingga banyak yang mampu membeli sepeda motor dan mobil yang besar-besar macam APV dan saudara-saudaranya. Tetapi ini jelek dari segi lingkungan karena bertambahnya emisi, dan buruk bagi segi kesehatan karena kurangnya olahraga warganya. :D Padahal medan tempur Jogja ini cenderung relatif datar, kecuali mungkin

Wish List : eBook Reader, Please

Image
Lagu lama. Buku adalah hal yang menyenangkan untuk dibeli, dibaca, dipajang, diperjualbelikan, dipertukarkan, dipakai buat nyambit maling (kisahnyata), tapi tidak menyenangkan untuk dibawa pindahan ke mana-mana. Semenjak episode pindahan keliling Jawa yang dimulai pertengahan 2006, saya jera mengoleksi buku. Eh, tapi gak juga deng, buktinya sekarang ternyata saya mulai numpuk buku lagi :(  hauuu huhuhu... Paling ideal tentunya adalah memiliki koleksi yang tersimpan secara digital! Satu rak buku bisa muat hanya di satu memory card saja! AHAHAHAH! Maka daripada itu, saya ingin sebuah eBook Reader. Sebetulnya ini keinginan lama. Mulai tahun 2004 kayaknya. Sedap. Bawa baterai ekstra. Dibawa ke mana-mana. Dimasukkan ke tas bisa. Hmm sedap-sedap. Sama kayak buku biasa, kena air modar dia.  Sony PRS 505, jadilah milikku. Yang ini katanya prototip produk HP, yang netbook seri mini-nya sempat membuat ngiler saya pekan-pekan ini. Gosipnya Apple mau mengeluarkan iTablet. Bentuknya

Wish List : Type Writer, Please

Image
Karena manusia nggak ada puasnya. Banyak yang diinginkan. Karena ini masih nuansa tahun baru, maka membuat daftar isi dimafhumkan. Heheh. Wahay. Saya ingin mesin tik. Bunyi taktukjdakjduk krrrkkk srrrkkk mesin tik ada di ingatan waktu masih kecil dan Bapak saya harus membuat laporan dengan mesin tik malam-malam di rumah. Atau waktu siang-siang saya main ke Puskesmas tempat ibu kerja sesudah saya dijemputkan pulang dari sekolah oleh salah satu mantri kesehatan bawahan ibu saya. Menunggu ibu selesai saya sibuk sendiri, main petak umpet atau lari-lari ke sana kemari, sementara staf Puskesmas sibuk mengetik sesuatu entah apa. Selama ini saya biasanya menulis dengan tangan di buku atau mengetik dengan komputer. Saya bukan penulis yang terbiasa menggunakan mesin tik. Kali ini kayak tahun 2003 mendadak saya ingin beli pena, yang betulan pakai tinta yang harus diisi tiap kali dan pakai mata pena, bukan ball point, karena merasa itu membuat saya mengikuti jejak tradisi penulis-pen

Duduk Sama Tinggi, Rebah Sama Rendah

Image
Kangen punya meja yang besar dan kursi yang nyaman. Semenjak pindah-pindah mengikuti kata hati yang dimulai pertengahan tahun 2006, saya nggak punya meja lagi buat kerja Waktu masih ngekos di KGU 16 sempat punya meja komputer dan kursi kerja yang pas tingginya, sudutnya, dan kenyamanannya. Letaknya di sudut dekat pintu masuk kamar, menghadap keluar jendela, dengan rak buku di sisi kiri dan sebuah lampu baca kuning menempel di tepi rak itu. Rasanya sedap betul nongkrong di situ. Di rumah Yang Mulia Ratu Alam Semestaku, di kamar saya di lantai dua, saya memang punya meja buat kerja. Meja itu meja belajar lama, Olympic, bongkar pasang, sudah bersama saya sejak 1988 sepertinya. Sudah ikut pindah rumah dua kali. Tapi ketika pindah lagi ke Jakarta lalu ke Bandung lalu ke Jogja lalu ke Jakarta, lalu ke Jogja lagi sepanjang 2007-2009, selain di tempat kerja, saya gak punya meja kerja di tempat tinggal saya. Sekarang memang berkat Meg saya bisa ngetak-ngetik di mana saja. Termasuk di dapur,

Bagaikan Onak dalam Daging!

Image
Saya kepada Bandeng, yang bahasa Inggrisnya adalah milkfish, memiliki perasaan antara benci dan tapi enak. Benci karena durinya oh banyak sekali, tetapi oh rasanya enak sekali terutama kalau baru matang masih panas, dan dimakan dengan nasi yang pulen dan sama panasnya. HO HO HO! Bandeng adalah ikan yang cukup banyak ditemui di Surabaya, kota kelahiran saya, karena Surabaya dekat dengan Gresik dan Sidoarjo yang terkenal dengan industri perbandengannya. Tapi rata-rata bandeng dari Gresik bau tanah karena dibudidayakan di tambak, bukan di keramba lepas pantai. Ini aspek bencinya, dulu kalau Ibunda Ratu Alam Semesta saya masak bandeng, saya paling rewel. Saya endus-endus. Kalau bau tanah pasti saya buang muka (tapi tetep dimakan karena disuapin ahahah). Ternyata untuk mengatasi bau tanah, bandengnya sebelum diolah, dicuci rendam dulu sejenak dengan larutan air dengan cuka. Tapi si Emak Ratu Alam Semesta mengatasi bau tanah ini dengan memasak si bandeng bumbu bali atau disemur. Bandeng

Bangun Pagi Mandi-mandi

Image
Paling pagi bangun dengan rutin adalah jam setengah enam. Ini terjadi waktu sekolah masih pakai baju seragam. Sesudah bangun yang dilakukan adalah menyapu rumah, mencuci piring, dan memisahkan cucian berdasarkan warna dan ketebalan. Cucian baru dikerjakan sepulang sekolah. Pakai mesin cuci tentu saja. Sesudah mandi dan makan, langsung ke sekolah. Berangkat ke sekolah ya tentunya pakai baju dulu, seragam, kan tadi sudah bilang. ;p Selepas sekolah dan masuk kuliah, masih bisa bangun pagi. Karena tahun pertama masih masa orientasi. Banyak tugas ini itu. Begadang juga masih kuat. Ke kampus jalan kaki menanjak bukit, hiking setiap hari. Bugar berseri! Pipi kemerahan, pantat dan betis kencang, perut... hmm baiklah, memang tidak begitu kencang, ... tapi! Sehat. Tiga setengah tahun kemudian kredit kuliah habis dan tinggal skripsi saja, mulailah ritme menjadi semakin tidak teratur. Tidur larut, bangun siang. Olahraga semakin jarang. Terus hingga lulus dan pindah lagi ke rumah nyokap. Sampai

Let's See, What's In the Fridge?

Image
Recipe time! Because I live in Jogja and it’s been quite hot lately when there should be a lot of rain, I made this for the hot nights when I don’t feel like something heavy and craving for something fresh. Things to stock up in the fridge: Fruits; banana, apple, which happens to be available in my fridge. But, I think strawberry, melon, kiwi and sapodilla will make a great mix too. Ice cubes Honey Lime or Lemon Ginger roots So what you do is: - Just peel the fruits and sliced them to dices, or whatever shape is suitable - Squeeze the juice out of the lemons or limes and pour them on the fruit. Lime or Lemon juice stops apples from getting brown after being peeled. - Wash and clean the ginger root, slice them up or grate them down, boil in half cup of water, strain it to a teapot and add a bit of sugar. Put ice cubes in the teapot. - Honey may be added to the ginger ice or it may be added to the fruit slices. So you eat the fruit while sipping the ice ginger tea. Or you si

Tahun Baru Tahun Baru

Image
Selamat tahun baru 2010. Ada seorang teman yang bilang angka 2010 nampak lebih indah dipandang mata dibandingkan 2009, dan saya sepakat dengannya. Angka 2010 memang nampak lebih futuristik ketimbang 2009. Saya tidak ingat apakah di tahun 2008 saya membuat resolusi. Sejujurnya saya seringkali tidak ingat apa yang saya lakukan sepanjang 2008. Kebiasaan angin-anginan untuk mencatat, memotret dan membuat jurnal menyelamatkan saya dari vonis pikun dini di usia muda. Saya sendiri tidak begitu yakin apakah itu hanyalah gejala alzheimer atau tanpa sadar pikiran saya tidak menyimpan sebagian besar kejadian di 2008 karena sesungguhnya saya tertekan? Hahaha, malah jadi curcol. Entah kenapa banyak saya baca di jurnal beberapa kenalan dan teman bahwa tahun 2009 cukup berat bagi mereka. Bagi saya tahun 2009 yang baru lewat biasa-biasa saja. Ada berkah dan semuanya barokah. (ahem) Alhamdulillah (ihik ihik). Di malam pergantian tahun saya mendadak memutuskan pergi ke rumah seorang teman setelah

Seperti Balon Helium

Image
Di hari tahun Masehi berganti, rasanya seperti hari-hari lainnya. Luapan energi dari begitu banyak orang yang memenuhi jalan-jalan beraspal Jogja semenjak sore memberikan pembeda, sebuah antusiasme dan antisipasi yang tetap tidak bisa dicerna nalar sendiri. Tapi tak hendak saya mencela, karena saya bukan mereka dan mereka bukan saya, meskipun berkali-ulang saya mengumpat ketika ledakan kembang api membuat saya ingin punya kekuatan refleks super berupa kemampuan mendeteksi pelaku penyulut sumbu yang ngawur lantas menimpuk kepalanya dengan batu kerikil sebesar jempol kaki setiap orang itu menyulut sumbu. Tahun baru lembaran baru katanya. Siapa yang memulai ini dan mentahbiskannya jadi tradisi, entahlah. Seperti yang sudah saya pernah tulis sebelum in i, saya yang Jawa sudah kebacut suka dengan prosesi dan tradisi, maka seiring dan seirama dengan peristiwa pergantian tahun Masehi ini saya pun sudah sibuk menyusun janji-janji. Kecil-kecil saja. Sekecil itu saja kalau sekarung pasti ber