Posts

Showing posts from November, 2009

Terus, kamu dapat apa?

Image
BERHASIL! Berhasil menuntaskan lima puluh ribu tiga ratus empatpuluh dua kata di hari ke duapuluh delapan bulan November, pukul 20:25 WIB. Tadinya sempat cemas sekali tidak akan terkejar karena sempat seminggu mangkir, tidak menghasilkan satu kata pun. Hingga sempat mengkudeta makanan kiriman katering harian Miranda Harlan dan juga kasur ekstranya untuk mengejar ketinggalan empatbelas ribu kata dalam empatpuluh delapan jam. Rasanya seperti seabad dan tidak ada kemajuan. Seminggu ini tidak mencuci, tidak menyapu, tidak mengepel, hampir tidak pernah memasak, karena takut jauh-jauh dari cerita terlalu lama akan membuat kemampuan ngarang jadi terhambat. (Tapi tetap mandi sehari minimal satu kali) Seminggu ini menghabiskan entah berapa liter kopi, dan entah berapa gelas teh panas, dan makanan pun menodong omJ untuk membelikan, karena malas keluar rumah terlalu jauh terlalu lama akibat takut keinginan menulis ngedrop lagi jadi nol. Ah traumatis itu! Saat-saat duduk di depan Meg tapi tida

Telur

Image
Yang Mulia Ratu Alam Semesta-ku pernah bercerita tentang masa kecilnya di jaman paceklik era 60an. Ketika harga barang melambung dan mata uang mengalami penurunan nilai. Mereka tiga bersaudara dan ayah mereka, kakekku yang ganteng bak bintang film dengan rambut licin berbelah tengah itu, baru saja meninggal. Nenekku pun pusing mengurus tiga anaknya yang masih kecil dengan predikat janda kembang. Usianya mungkin baru duapuluh lima. Telur adalah barang langka dan mewah saat itu. Namanya juga sembako. Sembilan Bahan Pokok. Ada yang ingat apa saja? Beras, Gula, Tepung, Telur, Minyak, ... apa lagi? Yang teringat saat ini cuma Thomas Djorgi dengan kemeja yang kancingnya terbuka sampai pertengahan dada, menari-nari sambil bernyanyi dangdut Sembako Cinta. Thomas Djorgi itu putih sekali. Kembali ke telur. Sebagai bahan mewah, tetap telur lebih terjangkau daripada daging ikan, ayam, apalagi sapi dan kambing. Untungnya si nenek masih bisa membeli telur. Ada keluarga yang sampai tidak mampu be

Fiksi Diksi Fisik Disik Fks Dks

Image
Sudah lama tidak memutakhirkan catatan harian ini bukan berarti berhenti menulis sama sekali. Sebetulnya ada banyak dalam kepala yang menunggu keluar dalam bentuk deretan huruf, tapi... karena malas, mulai dari bahasan yang paling terpanas saja. Terpanas, tapi belum tentu yang terbaru! Diksi, dari piranti lunak yang terpasang di unit komputer ini, memiliki arti sebagai gaya bahasa. Gaya bahasa ya tentunya mencakup pilihan kosa kata yang digunakan dalam kalimat saat menulis atau berbicara. Jika Diksi adalah gaya bahasa, dan mengingat fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang tentunya berkaitan erat dengan konsep sosial (mencakup interaksi antar manusia, dan seterusnya dan sebagainya), maka! Aman untuk menarik kesimpulan bahwa diksi ini dipengaruhi oleh pengalaman sosial individu pengguna. Penggunaan dan pemilihan diksi sangat dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, lingkungan pergaulan, dan... hmm ideologi. Ada yang terlewat? Boleh ditambahkan. Fiksi, dari piranti lunak yang t

Your Life and Mine

Image
Your life and mine interconnected with soft invisible thread like spider web hiding under too much sun Your life and mine only when events highlight it like dew droplets making it visible not necessarily feasible Your life and mine intertwined with unexpected turns and knots not a highway of dreams under too much sun for now I think for now it suffices I will try and stop counting sacrifices for Your life and mine won't take a night to build very much like spider web with hours of hard labor it's spun

Thirty Days and Thirty Nights of Literary Suicides

Image
Tidak berhasil menyelesaikan tantangan program 90 Hari Menulis Novel, tidak mampu menaati tenggat waktu, tidak memiliki motivasi untuk menyelesaikan proyek besar lebih dari 10 ribu kata? Ya itulah saya. Mendadak ada undangan menyasar di kotak surat elektronik dalam jejaring sosial daring. Isinya cukup bombastis: Ayo bergabung dalam acara Menulis atau Mati! Horor? IYA DONG! Tapi ikut juga lah. Dengan lidah terasa pahit, jantung berdebar, kaki kesemutan, gelisah dan mual, mulai menulis lima halaman pertama di Minggu dini hari. Butuh waktu lima jam untuk menyelesaikan 1600 kata pertama. Tapi! Tertuliskan. Hari kedua mulai jam 11 malam, dan 1600 kata tertuliskan dalam waktu 3 jam. Wah... lumayan. Tapi gak berani baca ulang sering-sering karena pasti hasrat ingin membabat. hihihi BAIKLAH! Sejauh mana bisa bertahan?