Seperti Balon Helium


Di hari tahun Masehi berganti, rasanya seperti hari-hari lainnya. Luapan energi dari begitu banyak orang yang memenuhi jalan-jalan beraspal Jogja semenjak sore memberikan pembeda, sebuah antusiasme dan antisipasi yang tetap tidak bisa dicerna nalar sendiri. Tapi tak hendak saya mencela, karena saya bukan mereka dan mereka bukan saya, meskipun berkali-ulang saya mengumpat ketika ledakan kembang api membuat saya ingin punya kekuatan refleks super berupa kemampuan mendeteksi pelaku penyulut sumbu yang ngawur lantas menimpuk kepalanya dengan batu kerikil sebesar jempol kaki setiap orang itu menyulut sumbu.

Tahun baru lembaran baru katanya. Siapa yang memulai ini dan mentahbiskannya jadi tradisi, entahlah. Seperti yang sudah saya pernah tulis sebelum ini, saya yang Jawa sudah kebacut suka dengan prosesi dan tradisi, maka seiring dan seirama dengan peristiwa pergantian tahun Masehi ini saya pun sudah sibuk menyusun janji-janji. Kecil-kecil saja. Sekecil itu saja kalau sekarung pasti beratnya sama.

Eh tapi tahun ini saya punya inovasi. Saya tambatkan janji itu dengan sebuah tali pada balon helium. Satu untuk satu. Hingga ruangan penuh oleh janji-janji yang mengambang terikat pada balon-balon dengan tali tambang. Nah, sekarang saya aman.

Oke. Mungkin sampai dengan ada yang datang dan berpikir sebaiknya buka jendela saja biar udara masuk, lalu balonnya terbang keluar.



Pesan untuk Mimi: 365 mu akan diimbangi dengan 500ribu akumulasi kata dari kepalaku. Bagaimana?

Comments

@dewikhami said…
Ampun. Post kali ini ditulis buat saya, nih?
LOL.
Gimana kalau 365 saya ternyata jumlahnya lebih dari 50k kata? :D
M. Lim said…
500 ribu kata lho. bukan 50 ribu. Nolnya tiga.

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again