Posts

Showing posts from March, 2010

Persaudarian

Image
Hari Senin minggu lalu, menjelang jeda istirahat makan siang saya mendapatkan panggilan telepon. Ditsky sudah pulang dari Belanda. Hore! Ini artinya kami sudah lengkap bersepuluh lagi. Pada saat yang bersamaan saya baru saja menyelesaikan membaca Persaudarian Celana alias The Sisterhood of Traveling Pants. Tadinya cuma saya bertiga diantara kami bersepuluh yang belum pernah sama sekali membaca bukunya ataupun menonton filmnya. Selera kami bersepuluh lumayan beragam untuk masalah bacaan, musik, film dan pakaian, tapi terkadang kami memiliki preferensi yang sama atas sesuatu hal. Nah, buku Sisterhood of Traveling Pants ini salah satunya. Ternyata saya menyukai buku itu. Saya menghabiskan membacanya selama di Surabaya, saat sedang duduk menunggu di depan ruangan tempat ibu saya bekerja Sabtu sore. Saya mengirimkan pesan pendek di tengah-tengah membaca buku itu kepada enam orang yang lain, karena saat itu saya belum tahu bahwa Ditsky sudah sampai di Indonesia. Kalau saya tahu nomor l

Fase Hidup Coffee Maker

Image
Saya kerja kantoran lagi di Jogja ini. Yang saya kerjakan ya sama saja seperti yang saya kerjakan di kamar: teks. Tempat saya bekerja ini berupa rumah yang disewa dan dialihfungsikan menjadi tempat kerja. Di dalamnya bernaung dua lembaga non pemerintah yang berfokus pada upaya bantuan dan pemberdayaan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah. Haha, resmi betul. Informasi tentang pekerjaan ini muncul di tengah-tengah saya galau karena mepetnya neraca besar rumah tangga. Walaupun biaya hidup di Jogja lebih murah daripada di Jakarta, tapi pendapatan dari pekerjaan lepasan juga jauh lebih sedikit daripada di Jakarta. Jangankan surplus, yang lebih sering terjadi adalah defisit. Pada saat mengirimkan cv lamaran kerja, harapan saya tidak terlalu besar. Kalau diterima ya syukur, nggak diterima ya mepet. Ternyata selang dua mingguan, di saat harapan saya yang tidak terlalu besar itu pun sudah mengempis sepertiganya, saya dipanggil untuk wawancara. Saya baru sadar ba

Mencegah Celaka di Dalam Bioskop (bagian 2)

Image
Kenapa sih orang pergi menonton film di Bioskop? Jawaban masing-masing bisa berbeda-beda. Ada yang suka karena ruangan teater bioskop itu gelap dan dingin berAC. Ada yang pergi untuk menikmati SFX suara dan gambar di layar lebar lengkap dengan sistem suara 3 Dimensi yang Surround. Ada yang suka karena buat pacaran. Ada juga yang karena alasan moral yang berbeda: daripada beli bajakan mendingan nonton di bioskop. Ada juga yang tidak terlalu perduli, menonton film di bioskop hanya untuk hiburan semata, bukan karena aspek tertentu yang berkaitan dengan ideologi manapun. Indiscriminating audience, begitu istilah kerennya. Penonton tak pandang bulu. Jenis penonton seperti apakah dirimu? Pandang bulu atau tidak pandang bulu? Pada dasarnya mayoritas kelompok pendengar/pembaca/pemirsa alias kelompencapir, masuk ke dalam kategori pandang bulu. Ayolah, masa sih sampai bisa nggak tahu apa yang nggak disukai dan apa yang disukai? Nah, dibanding penonton pandang bulu, tentunya penonton yang

Dalam Perjalanan Mengunjungi Ibu pada Maret 2010

Image
Di bangku 4 aku duduk sendiri. Begitu juga ibu-ibu di seberangku. Aku membawa 3 tas, ibu itu tiga. Isi salah satu tasku makanan, ibu itu juga. Dia berkacamata, aku tidak. Setelah kereta berjalan kami sama-sama memasang syal menutup kepala. Bedanya punyaku kusut diikat asal, punya dia disemat rapi memakai bros di dekat dagu. Rapi sekali. Ibu itu mungkin umurnya 55 tahun atau lebih. Selain syal penutup kepala, bajunya juga licin rapi. Nggak kayak bajuku yang, seperti isi lemariku lainnya, jarang disetrika. Ibu itu meminta bantal pada pramugara kereta. Bantal itu menyewa 1500 saja. Aku kadang kelewat pelit jadi aku diam saja waktu pramugara menawariku juga. Si ibu juga minta teh panas pada pramugara berikutnya. Sementara aku malah menghabiskan pisang sale keju yang tadinya kubeli dengan niat oleh-oleh tapi kemudian aku lapar sehingga berubah pikiran. Kemudian aku sibuk membaca bekal perjalanan. Si ibu entahlah melakukan apa, mungkin menikmati pemandangan. Ngomong-ngomong, make u

Sevenhundred and Fifty Words for the Drowning Girl Next Door

Image
Experience new thing. Dump sevenhundred and fifty words out of your head everyday and get refreshed, recharged. So I did. I joined. With a vague idea of what I was going to write, or how am I going to utilize this new habit I am going to grow. I do realize, if not being used, my written English would deteriorate. The same goes for my written Bahasa Indonesia. I have to use them both to keep my brain flexible. Then again it really depends on my reading material. I would most probably be writing in English when I had been reading written materials in English. Fortunately (or unfortunately?) the engine could only recognize things written in English. I suppose it will count any language words as long as it's written with Roman alphabets, but the tools included in it, i.e. the mood reader, etc., won't work if the submitted text is in language other than English. So yes, I must write 750 English words every day to meet the goal. This is so far had only been the second day, a

Mencegah Celaka di Dalam Bioskop (bagian 1)

Image
Bahkan sebelum terjadi pengaturan keuangan yang cukup ketat seperti akhir-akhir ini, saya sebetulnya sudah mulai pilah-pilih kalau harus mengeluarkan uang untuk film atau buku. Saya pernah beberapa kali membuang buku karena isinya menurut saya tidak bisa dibaca. Membuang secara harafiah, ke tempat sampah. Kalau buku yang masih bisa dibaca isinya tapi ternyata bukan selera saya, nasibnya lebih baik: berpindah tangan ke orang lain. Saya pernah menulis tentang langkah-langkah memilih sebelum membeli buku , klik langsung saja di sini . Perlakuan pada film hampir sama. Saya berpikir dua kali untuk nonton film di Bioskop, berpikir tiga kali untuk membeli dvd bajakannya, dan empat kali lipat untuk membeli dvd aslinya.  DVD bajakan biar kata murah dan ukurannya nggak makan tempat kayak Kaset video VHS atau Betamax, tapi kalau didiamkan lama-lama numpuk bisa jadi banyak juga. Percuma beli dvd bajakan atau asli kalau ditonton hanya satu kali. Saya cuma mau membeli DVD film yang kira-kira akan

Efek Psikologis The Hurt Locker, Kecenderungan Kekerasan Pada Penonton Film Bermuatan Kekerasan Tinggi

Image
BTW, Bambang Toko Witjaksono, entri kali ini masih soal Hurt Locker dan mengandung spoiler.  Review yang bebas spoiler bisa diklik di sini . Entri ini tentang efek psikologis dari film yang penuh dengan kekerasan. Di Teater 1 XXI kami duduk di deretan paling atas paling belakang. OmJ duduk di sebelah kanan saya, dan di sebelah kiri saya adalah sepasang kekasih. Ceweknya duduk pas di sebelah saya, cowoknya di ujung paling kiri di dekat alley. Waktu kami datang lampu sudah digelapkan dan film sudah mulai jadi saya tidak bisa melihat wajah mereka. Saya cuma bisa melihat bahwa baju atasan mereka sama-sama putih. (memakai bawahan, dan kakinya menjejak tanah juga) Hal pertama yang saya dengar dari cewek di sebelah saya adalah "Itu ngapain sih?"  *hela nafas* Terkutuklah engkau wahai pria yang malang , pikir saya dalam hati setelah pertanyaan Itu lagi ngapain sih kembali berulang sampai 3 kali dalam waktu kurang dari 10 menit. Cewek itu karena saya tidak sempat tanya namanya m

The Hurt Locker

Image
Pasti Rasanya Sakit Kalah Keren Sama Mantan Istri Yang memilih film bukan saya, tapi Nyai Tembi yang perkasa. Senin ini beliau merayakan hari Senin dengan maraton film. Malam-malam saya diSMS, Ikan Pindang, besok saya sama T dan T mau nonton Hurt Locker 12.30 Inglerious Basterds 15.00. Ayamrebusnya sudah disms . Yang dimaksud Ayam Rebus tentu saja adalah omJ yang sedang saya karyakan dan sudah sedengkul bergelimang EYD dan dhapuran keris. Saya sudah bilang pada omJ bahwa, there is no way I am going to go and see Basterds on the big screen. Saya mengakui Tarantino itu sutradara sedeng, dan saya kagum pada filmnya, tapi saya tidak tahan menonton besutan Tarantino, kecuali Kill Bill. Meskipun Tarantino bukan pembuat film thriller. Meskipun saya biasa tahan nonton film bergenre gore. Ada sesuatu dalam film Tarantino yang membuat saya gelisah gak tahan dan mual, meskipun adegannya masih berupa percakapan gak penting khas Tarantino dan belum adegan gore. Jadi, ha. Karena dia sudah sa

Mabuk Buku 2

Image
Hari Sabtu kembali terjadi persekutuan yang tidak direncanakan. Siang-siang omJ, saya, Ubi dan Nyai Geni memakan bersama. Sesudah perut kenyang kami pun kembali menuju ke arah JEC. Ubi untuk berjualan, saya dan Nyai Geni Goldarbe untuk berbelanja, omJ untuk mengantar saya. Sesuai dengan firasat saya, Jumat malam saya tingtong, jadi Sabtu saya bisa beli buku. OmJ tidak tertarik masuk ke dalam JEC, banyak buku dan banyak orang bikin pusing. Ya sudah. Saya masuk, dia pulang. Bekal di kantong rok saya cuma uang 50 ribu. Ini adalah upaya mencegah kalap. Sesuai dengan pantauan sekilas pada hari Kamis, ada komik seharga 2500, dan ada buku dengan kisaran harga mulai dari 8 ribu. Saya secara realistis menetapkan minimal saya dapat 2 buku. Ini tentunya adalah dosa yang kecil, karena di  sebelah kasur pun sebetulnya masih ada 3 sampai 4 buku yang belum selesai saya baca. Sekali lagi, untunglah perut sedang kenyang. Sebetulnya mata juga sedang mengantuk, tapi ternyata dorongan hasrat nerdie

Mabuk Buku 1

Image
Bunneh. At here rain big very. If you become come here heart-heart on street. If you not become yes no what-what. Haa haa haa hari Kamis itu saya yang setengah niat bolos kerja sudah berhasil memikat Nyai Geni Goldarbe untuk ikut serta memeriahkan JEC. Lagipula hujannya berhenti, jadi kami setelah menumpuk persediaan makanan dan minuman dalam kantong plastik, terus bermotor ke arah Timur.  JEC yang besar itu hanya dipakai sepertiga ruangannya untuk Pameran Buku IKAPI yang mempersembahkan berbagai penerbit dan berbagai macam bacaan aneka harga. Saya sempat mengelilingi ruangan mencari warungnya Ubi dkk. Ternyata nyempil di pojokan sebelah kanan pintu masuk.  >Hal pertama yang kami lakukan setelah bertegur sapa adalah serah terima persediaan makanan. Dilanjutkan dengan makan bersama di warung soto/bakso di seberang jalan gedung JEC. Rasanya senang ketemu Ubi lagi. Dan senang karena ketemunya gak di Jakarta! haa haa :p Haiii Uuubbbiiiii Setelah kepadatan perut maksimal, kami kem
Image
Tuhan mendengarkan pikiran saya walaupun saya menyembunyikan kepala saya di balik bantal. Pikiran saya ada banyak, kusut campur aduk. Tuhan mendengarkan semuanya dan memahaminya padahal saya yang punya pikiran saja tidak bisa. Pasti karena Tuhan yang punya saya.

Resensi 14 Blades

Image
Bungkusan Mandarin, Cita Rasa McDonalds **Perhatian: resensi ini tidak mengandung daging babi tetapi berisi spoiler!** Saya dan omJ sedang menunggu-nunggu munculnya film Confucius di jaringan bioskop Jogja. Dibintangi Chow Yun Fat, yang sering disangka gemuk oleh orang bule padahal tidak. Tapi film itu tak kunjung turun, sementara kami haus hiburan. Jadilah 14 Blades ini kami tonton. Buat saya film silat Mandarin adalah genre menyenangkan karena plot cerita dan aksinya berbeda dengan film aksi a la Hollywood atau Bollywood. Dramation menye-menyenya masih ada tentu. Mungkin karena bahasanya yang tidak dimengerti, sehingga kita bergantung penuh pada teks subtitel yang mencemari sudut bawah gambar, menyebabkan unsur dramation mandarin ini dapat ditoleransi. Buat omJ, film silat Mandarin menyenangkan dan dia lebih memilih genre silat daripada aksi modern kalau menonton film berbahasa Mandarin, entah karena apa. Saya belum nanya. Tapi saya menebak karena dia dibesarkan dengan men
Image
Happy Birthday :)

Merombak Penampilan Kolam Penuh Omong Kosong (2)

Image
Selain Kulam Ikan Tetangga , gue juga punya akun di Multiply yang nama blognya berganti-ganti sesuai dengan musim dan suasana . Kedua blog ini disetting bertautan, jadi yang diposting melalui Kulam Ikan Tetangga biasanya akan mengupdate blog di Multiply. Nama blog di Multiply saat ini masih Decadence and Nonsense. Lupa sebelumnya pakai nama apa. :P Kemarin yang duluan dirombak tampilan template-nya adalah Decadence and Nonsense. Gue jarang mengubah template tampilan Kulam Ikan Tetangga karena rasanya lebih susah. Padahal nggak juga sih. Sejarah blog multiply itu kurang lebih karena si bert yang pakai duluan.  Tahun 2005 itu blogger belum melakukan pemutakhiran fitur, jadi segala acara perwidgetan dan fungsi mutakhir yang bisa ditemui dan difungsikan dengan mudah di blogspot yang sekarang, masih lumayan pusing nguliknya di tahun 2005 itu. Bert waktu itu menggunakan fitur multiply untuk memposting resensi makanan. Tadinya satu akun mau kami pakai bersama, tapi kok kayak yang susa

Merombak Penampilan Kolam Penuh Omong Kosong (1)

Image
Resolusi Nyai Geni Magnus Magnificus yang 1024x800 di 2010 menimbulkan efek samping pada saya. Kedua jurnal daring saya yang bertautan mengalami perombakan penampilan. Sebentar... bahasa baku ini agak ganjal... UOOOHH!!! hakdesz hakdesz! oke. Balik ke perkara ganti tampang blog. Udah agak lama kalau diperhatikan, kenapa ya layout template blog gue selalu warnanya coklat, hitam, nggak cerah, depresif. Mungkin pengaruh kemanulaan, mungkin juga karena galau, waktu kemaren browsing template (gratisan) baru, beberapa pilihan yang warna-warni dan kiyut langsung disortir, abis itu pas dilihat lagi... ebuset! Kenapa warnanya gelap-gelap juga sih yang bersisa?! Untunglah dengan asupan karbohidrat yang tidak sedikit sebagai bahan bakar pada saat mengutik blog, pilihan jatuh ke dua template gratisan dengan unsur warna yang semoga saja tidak terlihat terlalu butut dan kusem. galau? galat? Waktu direfresh untuk mengagumi hasilnya, mulailah tampak kecacatan. Settingan widget yang nampak