Posts

Showing posts from January, 2009

Not an Angkot Journal (Fashion Destruction Jakarta Edition)

Image
Approximately 09:00 this morning, while waiting for my bus at the platform 4, of the Blok M Bus Station, I stumbled upon this... Oh yes, I know how this is rude, taking photo of someone without their consent, and posting it online. :) And oh yes I know that am not the most fashionable person in Jakarta, but this is rather interesting to use as an example of what can be called as the Fashion Suicide. I commit Fashion Suicide every now and then. It does feel rather embarassing after I pulled myself together and looked back to the particular piece of wardrobe I wore in...well, embarassment. But, like any other stubborn girl, I trod on, carefully. Thank gods, I'm not trendy, thus I never feel to be as suicidal as this girl. Let's see. Plaid shirt with somewhat empire line cut detail thingy going on there, and that golden sequin detail across the shoulders at the back. Checked. Skinny jeans. Checked. A belt! Worn low on the hip and is quite thick. Checked. All of these elem

This is How We Travel!

Image
Gue adalah mahluk pemabuk. Gampang banget mabuk kendaraan. Moda transportasi yang paling sering digunakan untuk perjalanan jarak jauh adalah kereta api. Kalau pake bus... ha ha ha... pasti huek. Kalau naik pesawat, urm... ga punya uang. Terus terang gue hampir tidak pernah pakai kelas eksekusi kalau naik kereta. Kalau buat yang itu, bisa tanya Lioni gimana rasanya. Untuk perjalanan ke arah Timur kali ini gue naik Senja Utama Yogyakarta, kelas bisnis yang berangkat dari Stasiun Pasar Senin pukul 19.20. Kalau perekonomian memadai biasanya gue lebih milih Eksekutif Gajayana, yang berangkat dari Gambir jam 5 sore. Tapi long weekend menyebabkan harga yang berlaku adalah harga terjauh, setara dengan perjalanan Gambir - Malang. Bokek lah hay. Entah kenapa, kemarin Senja Utama Yogya penuh sesak, terutama gerbong 3 yang gue tumpangi. Masa karena long weekend? Saya pernah pulang dengan kereta Bisnis menjelang long weekend, dan tidak sepenuh kemarin. Benar-benar penuh! Ini orang, bukan p

Berjodoh Tak Akan ke Mana!

Image
Luar biasa yang namanya jodoh! Setelah berhasil berjodoh dengan Wee Free Men melalui salah satu toko buku langganan gue: Omuniuum, lanjutannya langsung berjodoh sama dua buku terusannya! Jadi setelah peristiwa bersejarah gue diapelin lintas propinsi untuk pertama kalinya , si OmJ pergi dalam rangka urusan kerja. Malamnya dia mengeluh bosen (dan karena bokek nggak bisa parti) padahal masih harus 36 jam lagi dia berada di tempat itu. Berhubung gue nggak kreatif, langsung mengusulkan dia pergi ke toko buku, atau apa lah. Haha, padahal kan itu jurus andalan gue kalo lagi mati gaya. Si om bukan jenis kutu mabok macam eke . Besok paginya gue ditelpon pas lagi di jalan menuju kantor, omJ: Udah punya ini, ini sama ini belum? *menyebutkan beberapa judul buku Terry Pratchett* M: Hm? omJ: ini aku lagi di Kinokuniya. Kamu udah punya yang mana aja? M: Oh... yang pertama itu udah, yang lain belum. omJ: Ya udah. *klik* M: ha? (bengong sambil ngeliatin menara jamsostek) Besok lusanya di

Kota Mimpi-mimpi Realita

Image
Orang bilang di Jakarta kenyataan hidup sangat pahit. Menurutku ini kurang pas. Aku melihat Jakarta tidak punya realita. Jakarta adalah kota mimpi, ia dibangun di atas mimpi, dengan bahan mimpi, dan kehidupan yang berlangsung di dalamnya semata-mata mimpi. Mimpi kemapanan ekonomi, mimpi gedung tinggi dengan kaca-kaca yang memantul cahaya dan lampu kota. Mimpi kejayaan warna-warni sinar listrik di rumah-rumah dan jalan-jalan aspal menganak sungai membelah belantara julangan beton raksasa. Di dalam semua ini ada mimpi-mimpi keluarga modern yang ayahnya berbaju rapi bekerja di kantor, ibunya mengejar karir bukan karena semata uang tapi untuk "aktualisasi diri" dan "kesejajaran hak". Dari ibu dan ayah modern ini ada mimpi anak-anak yang bahagia masa kecilnya, menguasai multi bahasa dan menjalani kehidupan akademis di sekolah-sekolah bermutu yang memberikan mereka pengetahuan dan wawasan. Kemudian anak-anak impian ini akan menjadi mimpi-mimpi remaja yang berdandan d

Rumah Iqbal Kerampokan :(

Image
Postingan ini bukan hoax. Iqbal teman saya baru tertimpa musibah, dan dia baru memposting cerita ini jam setengah dua belas malam, Sabtu, 24 Januari 2009 tadi, di akun facebooknya, http://www.facebook.com/note.php?note_id=46247731658 . Saya posting ulang di sini atas seizin dia. Sekalian untuk penyebaran informasi modus operandi, supaya nggak ada lagi terjadi kejahatan dengan pola seperti ini. Saya dan temen-temen curiga Ibunya Iqbal terpikat karena unsur gendam a.k.a blek mejik. Jadi, kalau punya tetangga atau saudara yang tanpa curiga menerima orang asing di rumah, dan (insya Allah bukan suudzon) ada gelagat kurang sedap, mungkin bisa antisipasi dari awal. === Kejadian ini menimpa ibu saya di rumah, Parung, jawa barat. 3 Bulan yang lalu ada suami istri (fotonya attached) datang ke rumah ibu saya dan curhat bahwa istrinya sakit. Entah bagaimana mereka kemudian diizinkan tinggal di rumah ibu saya, di beri kamar dan setelah beberapa waktu mereka diberi warung di depan rumah i

Naik Kuda di Puncak

Image
Blah! Hari ini adalah hari kerja terakhir untuk pekan ini! Hurah! Besok libur, Minggu libur, dan Senin libur! Seperti biasa, Jumat adalah hari termanyun di kantor. Hari Jumat cukup pendek karena dipotong break shalat Jumat yang cukup lambreta. Semangat orang-orang buat kerja biasanya cukup rendah karena merasa "aduh ini kok nggak selesai-selesai siiiih". Di kepala sudah terbayang kasur, makanan, film, dan lain-lain yang nggak ada hubungannya sama kerja. Masalahnya, entah kenapa semua assignments pasti numpuk di hari Jumat. Sisa dari minggu ini, dan PR buat minggu depan. UHUY! APALAGI kalau mau long weekend. Dijamin muntah darah. Long weekend hurah! Tadinya saya mau diajak om saya naik kuda di Puncak. Iya. Om saya. Adik bungsunya nyokap. Dia dan keluarganya mau jalan-jalan ke Puncak, nginep, terus pagi-pagi naik kuda, piknik, and so on. Hihihi. Sepupu saya dari si Om yang bungsu ini masih remaja, yang satu kelas 2 SMP, adiknya masih SD. Dibandingkan saya dan adik saya

Semakin Murah SPP Sekolah, Semakin Beracun...

Image
Kemarin malam saya pulang dini hari lagi karena banyak hal. Saya pergi ke Puri Indah karena ingin melihat yang indah-indah, dan menemani Lioni yang harus semi-bekerja, semi-refreshing. Sesudahnya kami menemui satu lagi teman yang nampaknya sedang bosan dan butuh perspektif baru. Ketemuannya di Sarinah Thamrin. Lantas kami ke kosan Lioni karena ingin melihat bayi Pug baru dan ingin nongkrong di tempat yang lebih ... eh paling tidak relatif nyaman :p Keinginan gagal karena bayi Pug baru sedang dibawa jalan-jalan mama manusianya. Ah, masih bisa ngobrol. Sambil kami ngobrol, sambil saya menulis, sambil bermain dengan Romus dan Hazel yang kedua mama manusianya tidak kunjung pulang. Pukul 1 dini hari saya baru pulang diantarkan sampai depan gang kosan. Kosan baru. Yang baru saya pindahi Senin malam itu. Di kamar, sambil tengkurap saya meneruskan menulis, diseling ngerumpi dengan omJ, tapi lalu saya ketiduran. Tadi pagi saya bangun antara telat dan tidak, jam 7:15. Setelah mandi saya

Mungkin Akan Jika Seandainya

Image
Saya dikasih tunjuk barang nemu ini tadi. Nemunya online . Ini beneran dipake nggak ya? Deeemn, saking noraknya ini keren abis! Jika, seandainya saya memilih dalam pemilu, mungkin saya akan memilih orang ini. Dia demikian anehnya sehingga saya merasa terwakili. Sumpah.

The MOST Luxurious Room

Image
Jadi akhirnya saya pindah kos-kosan. Induk semang saya memutuskan tahun ini tidak akan menyewakan lagi spare rooms di rumahnya karena anak-anaknya sudah cukup besar untuk punya kamar sendiri-sendiri. Pemberitahuan sudah diberikan via las asisten de rumah tanggas semenjak pertengahan Desember, namun seperti biasa terjadi non sinkronisasi, dan info baru nyampe ke saya tanggal 7 bulan ini. Jadwal kamar dikosongkan maksimal tanggal 31 Januari. Panik? Manyun? Hari itu saya untuk pertama kalinya diapelin omJ, all the way from Jogja to Jakarta, jadi saya cenderung masabodo. Bikin mood pacaran rusak aja itu informasi kalau dipikirin dalam-dalam. Walaupun, heheh diem-diem panik juga. Mana sempet bertualang cari kosan baru? Malem itu sambil pacaran saya sms beberapa orang yang saya kenal di Jakarta, "Ada kamar kosong gak di tempat elu?" Jawabannya semua "Nggak ada". Dewi Fortuna yang bukan Anwar mungkin masih sayang sama saya kayaknya. Tadinya Nila, salah satu yang s

Benda Yang Menarik!

Image
Jangan bayangkan Obi1thejedi saat anda memakan snek ini. Harganya Rp 500. Rasanya? ... jangan bayangkan Obi1thejedi saat anda memakan snek ini.

Sastra dan (/di?) Ruang Kota

Image
Nama acara tersebut adalah Sastra di Ruang Kota. Undangan acara tersebut berbentuk kartu pos berwarna cerah, dengan kutipan teks yang cukup provokatif, dibagi-bagikan oleh seorang pria yang terkenal banyak mengenakan aneka rupa kalung di lehernya. Meskipun pria tersebut terkenal saya tidak tahu namanya, juga pacar saya selalu lupa nama pria itu namun ingat bahwa dia konon bekerja untuk Antara. Undangan memberi tahu acara diadakan di Taman Menteng pada hari Sabtu pukul 4 sore. Ada iming-iming berupa 300 helai kaos yang akan dibagikan gratis kepada 300 orang yang hadir awal ke acara tersebut. Sementara, teks yang provokatif dalam kartu pos tersebut adalah karena ia merupakan kutipan dari Misbach Yusa Biran yang pada tahun 1971 sepertinya pernah menuliskan sebuah kalimat dalam karyanya yang berbunyi "Kalau Bung seniman, jangan tinggal di kampung." Tentunya ia menjadi provokatif karena kartu pos yang saya ceritakan ini disebarkan pada malam pembukaan pameran Bandung Art Now

Dihipnotis

Image
Kembali dari Bandung Art Now... Namanya adalah Albert Yonathan Setiawan. Dulu dia jurusan kria keramik. Kok saya bisa tahu? Karena dia satu studio dengan salah seorang teman kos saya selama di Bandung. Dibanding Pramuhendra, menurut saya Albert ini lebih cakep. HA HA HA HA HA... .....ahem. Karya Albert dalam pameran ini berupa instalasi yang terdiri dari empat elemen. Dua buah meja, masing-masing dengan tumpukan tanah liat yang dibakar. Tiga buah patung macam totem dari tanah liat juga, diatur dalam formasi segitiga, dan elemen suara seperti gong kecil yang dipukul dengan frekuensi yang konstan sehingga menimbulkan kesan menghipnotis. Karena dulu saya pernah bantu-bantu Bert mengajar keterampilan tanah liat pada anak kecil, saya tahu bahwa sebelum dibentuk menjadi bermacam-macam, tanah liat diuleni dulu sampai semua gelembung udaranya keluar. Lalu tanah liat tersebut dibentuk menjadi silinder macam lontong sambil menunggu untuk dimanfaatkan. Atau bisa juga disiapkan dalam ben

Nietszhe dan Gerombolan Piyik

Image
Sekalian karena ada Bert datang berkunjung dari Bandung, pada hari Minggu tanggal 11 Januari saya datang lagi ke Galeri Nasional sekalian menemani Bert. Saya ingin menikmati Bandung Art Now dengan lebih tenang dan seksama. Seperti yang sudah saya bilang, saya agak bingung melihat ada nama "pemain lama" yang nyelip di antara "gerombolan piyik". Selain GB, nama yang saya kenali adalah RE Hartanto--dikenal juga dengan nama pop Tanto, yang dua tahun belakangan ini melejit menjadi seniman berpenghasilan stabil dengan seri lukisan potret dan seri lukisan gambar-gambar berbau morbid--melibatkan tulang belulang berbagai mahluk. Terakhir saya melihat karya Tanto secara langsung adalah di Galnas juga, dalam pameran Manifesto tahun lalu. Saya tidak hafal judul dan serinya, tapi lukisan itu BESAR, sekitar 2 meter panjang kanvasnya dan entah berapa lebarnya, dengan latar hitam menampilkan seorang penari Bali yang sedang histeris, mangap lebaaaar sekali. Tentunya melihat na

Pancaran Sinar Senter yang Meninabobokan

Image
Lho, ini masih dari Bandung Art Now, kok! GB bukanlah seniman muda. Sesungguhnya ia cukup berusia (matang). Terus terang saya agak aneh melihat nama GB di antara nama anak-anak muda belia, walaupun GB bukan satu-satunya "pemain lama" yang nyelip di antara "gerombolan piyik". Masih ada RE Hartanto, Christine Ay Tjoe, dan oh siapa lagi, saya lupa lengkap nama-nama mereka dan malas membuka facebook event Bandung Art Now untuk memeriksa. Kembali ke GB, perbedaan usia dari rekan sesama perupa yang berpameran di GalNas kemarin, tidak membuat karya GB jadi basi dibandingkan karya para perupa muda. Terutama karya berupa sederet lampu senter yang diletakkan pas di depan pintu masuk Galeri Nasional. Karya instalasi sederhana ini akan menyala bila tombol hitam di dekatnya dipencet, sehingga deretan senter itu menembakkan gambar ke dinding di hadapannya. Gambar tersebut didominasi warna hijau dengan tulisan yang berbunyi "Your History is My Lullaby". Keren abis,

Masih dari Bandung Art Now

Image
Berikutnya, ada 3 lukisan cat air di atas kertas berukuran 1 kali 0.7 cm yang dibuat oleh Cinanti Astria Johansjah alias Keni. Karyanya sebetulnya tak terlalu wah, menampakkan sosok seseorang yang wajahnya tidak nampak, tapi kalau pernah melihat bentuk Keni, bisa menebak bahwa ini adalah potret diri. Potret diri Keni memakai berbagai baju berbagai warna dengan pose dan bahasa tubuh yang nyaris serupa. Saya sudah pernah melihat dua karya Keni yang lain, masih dengan tema yang sama, dalam pameran 4+9 di galeri Rumah Rupa, Kemang, tahun lalu. Dibandingkan dengan tiga karya yang dipamerkan kali ini, menurut saya dua karya Keni yang di Rumah Rupa itu terlihat lebih halus dan lebih terlihat rapi. Entah apakah pemilihan medium cat air di atas kertas merupakan strategi (penjualan) yang disengaja oleh Keni, tapi melihat karya cat air berukuran besar merupakan selingan yang segar di antara berbagai karya cat minyak atau acrylic di atas kanvas yang berukuran raksasa. Jarang saya melihat senim

Ini Dia Seniman Muda yang Perduli Masa Depan Bangsa

Image
Kali ini mengenai seniman muda berbakat caleg... Karya yang paling membuat saya tergugah dalam Bandung Art Now tersebut adalah dua dari tiga karya video yang dibuat Yusuf Ismail alias Ucup. Ucup adalah orang yang rajin menulis blog di Multiply, biasanya berisi cerita-cerita semi mabuk yang membuat pembacanya tertawa. Di balik cerita-cerita semi mabuknya, seringkali tertangkap kesan bahwa Ucup sedang mengkritik sesuatu, biasanya isu sosial politik ekonomi dan budaya yang sedang hot dibahas saat itu. Atau, bisa jadi, Ucup sedang bosan saja, tidak bermaksud lebih dari sekedar memamerkan ketidakwarasannya dengan sengaja. Atau, bisa jadi tersimpan pesan subliminal dalam blog Multiply Ucup yang mendorong pembacanya untuk mencalonkan dia menjadi anggota legislatif. Dalam Bandung Art Now, Ucup memamerkan satu karya video dan dua karya video instalasi. Video Instalasi yang berjudul Laugh (kayaknya salah sih.. yang bener apaan sih Cup?) menggunakan dua televisi. Satu TV menayangkan reka

The "It" Artist of Bandung

Image
Masih juga di Bandung Art Now... Berikutnya adalah karya Pramuhendra, yang menurut bisik-bisik tetangga, adalah "the IT artist". Usianya masih muda, dan baru sekitar dua tahun belakangan Pramuhendra ini aktif berkarya dan berpameran, namun harga karyanya sudah wah, wah, wah! Ada juga yang bilang Pramuhendra ini adalah seniman paling cakep di antara sepantarannya. Tak kalah gosipnya saya menimpali, mungkin itu karena Pramuhendra lebih rajin mandi dibandingkan rekan seniman sepantarannya. Karya Pramuhendra lumayan keren; di atas kanvas yang lumayan besar, mungkin dua meter kali satu meter, ia menggunakan charcoal menggambar nampak belakang sosok beberapa orang berbaju kemeja sama persis, sedang mengamati sejumlah gambar berpigura di dinding. Judulnya? Ah, saya lupa. Saya cuma ingat mediumnya. Gosipnya lagi, salah satu selebritas yang terkenal sensual seIndonesia Raya (bukan, bukan JuPe) nampak hadir malam itu, tujuannya untuk mengadakan pendekatan pribadi pada Pramuhend

Bunda Maria dan Babi Ngepet

Image
Masih di Bandung Art Now... Bunda Maria berwujud Marge Simpson, berdiri menggendong kristus berwujud Bart Simpson pada lengan kirinya, adalah salah satu objek yang saya perhatikan. Sayang labelnya terletak di bawah sehingga agak tidak jelas. Saat kemudian saya kembali ke sana, labelnya malah tidak ada sama sekali, jadi saya tidak bisa bilang pasti itu karya siapa dan mediumnya apa. Bunda Marge ini berukuran tinggi hampir setengah meter, warnanya putih susu dengan garis emas. Garis emasnya tidak terlalu rapi. Yang menarik adalah cara ia dipajang. Bunda Marge diletakkan diatas pedestal sewarna dinding yang dipasang kurang lebih satu setengah meter dari lantai, sehingga mau tak mau saat melihatnya, kita harus mendongak. Kurang lebih sama seperti adat memajang patung orang suci dalam rumah ibadah. Agak susah untuk mengamati dengan seksama detil dari patung tersebut. Sebelum sempat mencerna segala detil, leher sudah pegal. Jadi, bisa saja disimpulkan begini, detil finishing bukanlah hal

Bandung Art Now

Image
Saya datang terlambat ke pembukaan pameran Bandung Art Now di Galeri Nasional hari Rabu yang lalu. Karena terlambat saya melewatkan pidato pembukaan, kehabisan katalog pameran, dan juga kehabisan konsumsi yang disediakan penyelenggara. Galeri Nasional rasanya lebih penuh dari pembukaan-pembukaan pameran lainnya yang pernah saya hadiri di tempat yang sama. Belakangan saya tahu bahwa kontingen seniman dari Bandung tersebut datang naik bus. Apakah karena ini Galnas terasa sesak? Bisa jadi karena konsumsinya yang lekas habis, jadi para tetamu merasa lebih baik masuk ke dalam dan melihat-lihat daripada bengong di luar, sementara biasanya karena konsumsi yang melimpah, para tetamu lebih memilih nongkrong di luar sambil makan minum dan ngobrol hingga akhirnya mungkin tidak masuk sama sekali. Kalau memang benar alasan ini yang dipilih, sungguh cerdik cara dagang penyelenggara pameran kali ini. Bisa juga karena malam itu hujan. Tidak terlalu deras memang, dan juga tidak terlalu lama. Tapi

Angularity Sweetness

Image
image taken from here Cheesy. But oh I can't get over it, just like Nabati Coklat!!!!

Semoga Anda Beroleh THE FORCE!

Image
"MAY THE FORCE BE WITH YOU" English: MAY THE FORCE BE WITH YOU French: QUE LA FORCE SOIT AVEC TOI Polish: NIECH MOC BEDZIE Z TOBA Russian: DA PRIBUDET TEBE SILA Ukrainian: NEKHAJ SYLA BUDE Z TOBOYU Slovene: NAJ BO MOC S TEBOJ German: MOGE DIE MACHT MIT DIR SEIN Spanish: QUE LA FUERZA TE ACOMPANE Hungarian: AZ ERO LEGYEN VELED Italian: CHE LA FORZA SIA CON TE Latvian: LAI SPEKS IR AR TEVI Czech: NECHT TE SILA PROVAZI Finnish: OLKOON VOIMA KANSSASI Indonesian: Semoga anda memperoleh kekuatan Portuguese: Que a forca esteja com voce Romanian: FIE CA FORTA SA FIE CU TINE Netherlands: Neem die macht mee, en doe er wat leuks mee! Dutch: MOGE DE KRACHT JE BIJSTAAN Swahili(kenya) NA KIPAWA KIWE NAWE The Swahilian sounds really cool.