Posts

Showing posts from April, 2006

Basking in the Brief Moment of Shallow Satisfaction

(of which the memory will last eternally) Menertawakan sebuah kejadian pait nggak penting berkaitan dengan parfum aroma stroberi yang berbahaya. Buah stroberi itu rasanya enak, dan baunya juga menyenangkan, tapi aroma itu nggak semua orang cocok gitu. Apalagi kalo pada dasarnya aroma alamiah badan orang yang bersangkutan udah agak acem, yang mana kalo udah keringetan dan kecampur sama si parfum aroma stroberi... maak... mau itu parfum belinya di Clinic atau Bodyshop, yuuk maang! Apalagi kalo si orang acem yang bersangkutan udah persona non grata. AHAHAHA! Waktu : Malam Hari sekitar pukul 9. Lokasi : Kamar Gorila Gue : *masuk ke kamar Gorila* Mamolaaaa! *melihat persona non grata, mencium aroma* Ih, kok kamar lu baunya acem sih? *dengan suara keras, intonasi ditekankan pada penistaan aroma, dan wajah yang mendukung intonasi sepenuh jiwa* Gorila : Mana sih? Nggak ah. Eh, si Millenia udah mati lho... [Gorila lagi seneng main Grandia] Persona non Grata : *memunggungi, pura-pura nggak perdu

Kastil Pompoko

A Journal of Another Realm Akhir-akhir ini nggak butuh waktu limabelas menit buat ingat mimpi. Memang nggak lengkap dari awal sampai akhir, tapi sebagian besar mimpi itu teringat sama gue. Malam tadi mimpinya terbagi jadi dua cerita yang berbeda. Tentang gue yang punya tiga teman dekat, dan kami mau bersenang-senang ke suatu tempat setelah semacam ujian atau pekerjaan. Karena kendaraan yang terbatas (sepeda motor) diputuskan kami akan berangkat dalam dua kloter. Lalu gue dan temen gue memutuskan naik motor temen gue aja. Yang tadi diparkir di garasi rumah dia di ujung gang. Bukannya balik badan dan lurus saja, temen gue malah ngajak belok ke kanan. Kenapa muter? Kata temen gue, lewat situ akan lebih cepet. Walaupun secara logika ini nggak jalan, gue nurut aja. Kami belok ke kiri lagi masuk ke sebuah gang yang jalannya menurun. Kami jalannya pelan-pelan, padahal dua lagi temen kita udah berangkat duluan, dan kayanya kita atau gue nggak cemas kita bakalan kesasar atau ketinggalan dari me

Promethean

MENUNGGU HERAKLES Waktu baca ini gue tiba-tiba sadar kalo selama ini gue nggak terlalu tersentuh dan tergerak dengan yang namanya matahari terbit. Kenapa ya? Sebetulnya gue nggak pernah terlalu suka matahari. Padahal sebagai anak kecil di Surabaya, gue akrab dengannya. Gue berani berlarian, bersepeda, dan berjalan-jalan ditemani dia. Tapi entah kenapa, nggak satu kalipun gue menganggap matahari terbit itu istimewa. Kalau matahari terbenam iya. Gue lebih pernah duduk atau berbaring di atap mengagumi pantulan sinar merahnya di awan-awan keemasan berlatar langit biru. Gue lebih pernah bergandengan tangan dengan yang terkasih dan merasa begitu syahdu di bawah senja yang cerah pulau itu. Tapi matahari pagi? Gue mungkin adalah satu-satunya orang di antara temen-temen deket SMA gue yang belum pernah ke Bromo buat menyaksikan matahari terbit. Gue memang adalah satu-satunya orang di keluarga gue yang nggak pernah melakukan itu. Waktu terakhir pusat alam semestaku, Yang Mulia Ibu, pergi ke san

023

Tadi malam mimpi aneh. Mimpi Ophelia dan Hamlet. Tapi ceritanya nggak kaya Hamlet Shakespeare. Hamlet pria tinggi besar dengan rambut dan jenggot perak dan berusia paruh baya dan sudah memiliki istri. Dia menguasai sebuah perusahaan sebesar negara bagaikan kaisar mini. Wajahnya penuh garis-garis usia dan bijaksana, suaranya berat dan dalam, matanya entah abu-abu atau biru aku lupa, gerak-geriknya yakin dan tak tergesa-gesa. Dia tak banyak bicara. Kami jatuh cinta. Dengan begitu tentu saja aku Ophelia. Entah rumah tangga macam apa yang Hamlet punya. Istrinya berperawakan besar dengan rambut keriting pirang, hidung mancung bangsawan, dahi tinggi dan mata biru. Dia tidak pernah tidak kaya. Usianya pun paruh baya. Aku tak tahu banyak tentang istrinya kecuali bahwa dia membenciku karena suaminya jatuh cinta padaku yang usianya tak jauh dari anak mereka. Aku tak perduli padanya. Hamlet menemuiku di sore-sore yang sejuk, datang ke tempatku yang berjendela besar dengan tepian plaster putih yan

Some Things Are Better Said When Sober

Some Things Are Better Said When Sober Kalkun itu adalah hewan yang aneh. Unggas yang nggak cakep kaya merak, ada benda aneh nempel di mukanya, pantatnya gede, jahat pula! Kalau misalnya ada yang protes: "Keberatan yang Mulia, Soang jauh lebih ganas" Gajah akan berkata "Overruled, soang masih keliatan manis. Lagipula ada sendratari baletnya, Soang Lek (terj. bebas Indonesia: Angsa, Paman)." yang akan membuktikan, lain daripada tidak, betapa mamagajah ini sering banget korslet. Mamagajah sedang cukup senang karena mendapatkan semacam pencerahan. Yah, memang premis "hanya waktu yang akan bisa menjawabnya" itu sudah mulai terbukti sepetek. Waktunya sekitar 24 jam, terus Mamagajah dapat mini-pencerahan waktu lagi berkalkun ria dengan dugongratu. Begini pencerahannya itu: "Don't worry what other thinks of you. They don't do it often" Memang sih, mamagajah nyontek itu dari kutubrantakan , sebuah ajang kegilaan yang sangat digemari pausbiru. Ta

022

"Keluarga Gue dan Cowok Gue" Pagi-pagi buta di hari Kamis malam Jumat, biasanya sebuah stasiun radio yang kondiang dan gawul di Bandung akan mengudarakan sebuah acara yang isinya jasa ramalan pakai tarot dan entah apa lagi. Seperti biasa, radio selalu nyala buat jadi temen ribut di kamar. Gue mulai menyadari isi dan jadwal siaran ini dua minggu yang lalu. Pemberi jasa ramalan adalah dua orang pemuda. Yang menelpon hampir sembilan puluh sembilan persen adalah cewek usia remaja tanggung dengan permintaan ramalan yang seratus persen sama: cinta. Pagi ini, seorang cewek SMA, yang mungkin masih kelas satu, dan umurnya baru 15, baru pacaran satu bulan sekian hari dengan cowoknya, menanyakan ramalan masa depan asmaranya dengan cowok itu, dan tentang keluarga. Rentetan pertanyaan ini membuat gue jadi inget curhatan beberapa saat yang lalu soal "Of Men, and the Female Hormonal Desires ". Di usia segitu ternyata, kalau diingat-ingat, ada kecenderungan cewek untuk mengikatkan

Some Things Are Better Left Unspoken Not Pt.2

Some Things Are Better Left Unspoken Not Pt.2 Selama ini gue selalu dijutekin sama orang ini, and it shattered my heart completely once , sehingga sebetulnya akan lebih mudah buat gue kalo membenci dia. Masalahnya, susah buat tetap benci kalau dia mendadak jadi manis dan baik ke gue. Karena gue paten bukan jenis orang yang seperti itu. Ditambah bahwa, selain karena dia jutek duluan, gue nggak pernah bener-bener punya alasan mendasar buat membenci dia. Gue bukan jenis orang seperti itu. Untuk sejenak gue bingung kenapa gue harus merasa bingung. (halah) Lho? tapi serius juga ini bingung. Yang bikin gue heran, penting nggak sih kebingungan ini? Apa yang menyebabkannya? Kenapa gue mikirin? Perlu nggak dipikirin? Dan sederet pertanyaan-pertanyaan fundamental filosofis lainnya, yang amboi, membuat gue berharap gue sungguh jenis orang yang nggak pake mikir . Ignorance is really a bliss, dan bukan omongkosong bagi gue. Balik ke bingung yang tadi. Kalau mau nggak pakai mikir, begitu orangnya b

Some Things Are Better Left Unspoken Not

Some Things Are Better Left Unspoken Not Ngebandingin cerita itu kaya pedang bermata dua. Di satu sisi bisa jadi seneng kalau ternyata ceritanya cocok dan jadi ada justifikasi tentang suatu hal yang diyakini. Di sisi lain, bisa jadi nemu suatu fakta yang tadinya nggak diketahui, dan fakta baru ini nggak selalu bagus, memberikan efek kejutan yang nggak menyenangkan. Tadi malem gue ngebandingin cerita sama Bert, masih ada kaitannya dengan yang gue bandingin sama Dugong Ratu dan Nona Jaket Biru. Beberapa fakta baru sebetulnya nggak terlalu baru, soalnya gue juga udah pernah denger hal semacam itu, dan gue bisa nebak-nebak soal fakta itu. Tapi entah kenapa pas denger beneran, rasanya kaget juga, rasanya sakit juga. Mungkin karena dalam hati gue sebetulnya nggak berharap mendengarnya ternyata benar? Butut banget soalnya, men. "Saya gampang trauma" Oh hey, coba tebak! Gue juga lhooo... Untuk berbagai alasan satu dan lainnya, orang seringkali menyangkakan Mama Gajah ini nggak bisa s

021

Kebahagiaan pada saat ini: 1. Dapat kartu pos dari Wanten. YAY! 2. Ngomong yang menjurus-menjurus sama Droste. 3. Masih secangkir kopi panas. 4. Langit yang cerah Selasa malam kemarin, dan bulan yang nyaris purnama, membuat KGU serasa Mirkwood atau Rivendell kalau kita mendongak dan ngintip bulan dari sela-sela daun. 5. Mencari bintang jatuh sampe bola mata rasanya kering. 6. Cakar setan sambil makan sampah mewah. 7. Gangguin hemster-hemster bobo pas lagi bosen siang-siang. 8. Pencet-pencet Medog karena sekarang dia gendut banget.

020

Tragedi Kamera dan Aroma Menyan di UNPAR Hidup gue mendadak seperti tanpa warna waktu tiba-tiba, tanpa gue tahu apa sebabnya, kamera gue lensanya burem ancur yang membuat gue galau antara marah, sedih, dan shock. Deket-deket wiken pula! Udah gitu, malem minggunya, sebagai grupis Kuburan, kami ramai-ramai ngintil mereka ke Dago Tea House terus ke UNPAR. Untungnya Dita bawa kamera jadi agak terekamlah kegilaan yang melampiaskan itu. Tapi kalau Dita balik ke Aceh... dan kamera gue belum beres... atau nggak bisa beres? AAARRGGGHHH tidaaakkk....!!! Eniwey malem itu, waktu kami mengrupisi Kuburan di UNPAR, gue ketawa-tawa kaya gila waktu nemu balon nganggur terus disumpel-sumpelin ke badan. Menyerupai ibu hamil, menyerupai mbak-mbak kover majalah Popular, dan memperkosa Doni Kuburan supaya dia menyerupai hemster dengan tingkat hormon tinggi. Gue ketawa sampai nangis. Udah gitu nyusut ingus banyak banget... hoooh... Dari sebelum berangkat gue saking takutnya tambah sakit badan sampe bela-bel

019

Tadi malam mimpinya sedih. Bukan mimpi ngeri, tapi mimpi sedih: Arisan mulai telat karena kegeser acara lain. Terus pas udah lagi ngejelasin ilmu baru, papan tulis diserobot sama orang, ngejelasin yang nggak ada hubungannya. Ya jelas dong, papan tulis gue kuasain lagi. Ternyata emang nggak ngomongin hal yang sama. Orang-orang itu kepengen nonton film. Lho kok? Kata mereka jam arisan harusnya udah liwat kan? Lho kok? Kan arisan telat gara-gara kegeser acara yang tadi... tapi mereka lebih pengen nonton film. Sambil sedih gue pulang. Di rumah (ceritanya, rumahnya kaya rumah Mak Sioe, tetangga nenek gue) gue dikasih tau kalo ada pendukung gue yang ditamatkan riwayatnya oleh siapa nggak tau. Mimpi aneh Jadi sedih Pas bangun, sambil nunggu cucian mateng gue sms Mandosh. Kata Mandosh, bunga mimpi tapi kantong semar. Ha... lucu juga ya kalo dibikin cerita anak. Masalahnya, premisnya apa? (halah...)

018

Sepekan ini Ophelia si patah hati ngomel-ngomel gara-gara dapur berantakan dan kamar mandi kosan kotor lagi. Mama Gajah dengan kejinya berkata "Kalo lu mau ganti bagian bebersih, lu minta ganti sama yang mulia Ratu aja. Dia jarang banget bersihin kamar mandi. Terakhir dia bersihin aja Bulan Februari. Kamu bilang ke dia, terus kalian tukeran deh. Masalah dia nggak mau bersihin dapur ntar, biarlah anak dapur yang ngomel-ngomelin dia." Sungguh Mama Gajah yang laknat, memberikan sugesti-sugesti mengenai beberapa hal. And it totally hit the spot! AHAHAH Ophelia si patah hati memanggil dewan kos untuk berkumpul sore-sore. Termasuk sang Ratu dan ajudannya, yang sambil ketawa-ketiwi mengirakan dewan kosan dipanggil untuk membahas penggusuran kos-kosan. Yang ternyata nggak tuh, dewan kosan membicarakan perihal kebersihan bersama. Sontak keduanya merasa diadili. Sepanjang pertemuan dewan, Mama Gajah menghadap ke arah lain akibat kurangnya kontrol otot wajah. Ohoho... lalu sang mulia Ra