Misteri Liburan (pt. 2): Tambahan Bagasi sebagai Komplikasi dari Beranak.

Saya berusaha mengingat kapan saya liburan sendirian. Tadi jadi sibuk bongkar-bongkar album foto di Facebook. Jadi orang yang suka mengunggah foto ke Facebook itu ada gunanya, karena entah disimpan di hard disk drive sebelah mana berkas asli fotonya. Kemungkinan sudah lenyap bersama meninggalnya Meg.

Liburan ramean yang cukup berkesan adalah pada pergantian tahun 2008-2009. Janjian berlima buat pergi ke Pelabuhan Ratu. Seru juga itu.

Hey Beeert...


Kemudian liburan sendirian yang terakhir ya waktu ke Bali 2009 itu. Antara "I'm freeee!" dan nggak juga karena sendirian jadi harus lebih waspada. Misalnya dapat terlihat di foto itu, hasrat abok terganjal kesadaran untuk tetap waras. Hahaha... *pret*

Tapi sekarang liburan nggak bisa sendirian... sejak ketambahan monster Momo. Komplikasi pertama adalah, biaya liburan harus ditambah buat tiket si monster kecil. Chloe sudah sulit dipangku sejak 18 bulan karena dia besar dan aktif. Dan liburan itu biarpun bujetnya mepet, idealnya ya nggak bikin lebih capek daripada sebelum liburan.
Komplikasi kedua adalah barang yang dibawa. Tadinya bisa bepergian ringan, cuma bawa satu ransel 30 liter. Sejak monster Momo muncul, seringkes apapun bawaannya pasti tetap banyak.


Sebab si monster pakai popok kain, minimal seperempat ruang harus disisihkan untuk menampung piranti perpopokan monsternya. Tapi sekarang monsternya hanya pakai popok waktu tidur malam. Harusnya ini bisa mengurangi jumlah bawaan cukup drastis. Kami cukup beruntung si monster dulu minumnya ASI. Piranti persusuan botol membuat manajemen packing menjadi lebih rumit.

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again