Misteri Liburan (Part 1)

Kayaknya definisi liburan harus ditentukan dari awal nih, karena liburan adalah harapan.

Liburan itu mungkin, sepertinya, adalah jeda dari rutinitas sehari-hari. Kalau istilah Jawanya mungkin semacam "leren sik" yang setingkat lebih tinggi dan lebih lama dari sekedar meluruskan punggung alias "ngeluk boyok."
Dalam kasus saya, si operator mesin cuci dan penerjemah/penulis kelabakan, liburan bisa cuma sehari tidak melakukan rutinitas domestik dan rutinitas permaculan sekaligus. Namun ini tentunya hanyalah ilusi. Karena kalau tidak melakukan satu, biasanya tetap melakukan yang lainnya.
Entah kenapa, setiap kali ada jadwal mengunjungi Yang Mulia Ratu Alam Semesta, mendadak pekerjaan menumpuk untuk diselesaikan, atau malah tidak selesai sehingga waktu untuk jauh dari pekerjaan domestik di rumah sendiri pun tetap dipenuhi dengan pekerjaan macul di rumah nyokap. Kemungkinan besar karena kemampuan pengaturan jadwal diri sendiri cukup buruk.

Jadi, buat saya, liburan adalah melakukan hal-hal yang tidak biasanya dilakukan. Pergi ke tempat yang tidak biasanya dikunjungi. Makan dan minum yang tidak biasanya ditemui tiap hari. Ketemu dengan sesuatu yang berbeda.

Berdasarkan itu, berarti liburan terakhir adalah waktu mengunjungi keluarga si Manyun di Pontianak bertepatan dengan Cap Go Meh. Februari 2013. 





Mungkin sebetulnya kemping semalam dua malam cukup menarik sebagai alternatif liburan pendek. Tapi kemping itu nggak rame kalau ... mmm.. nggak ramean. Sedangkan geng kemping seringkali mengalami jadwal bentrok. Seringnya juga berbentrokan dengan aneka peristiwa dalam kehidupan ini, misalnya: bujet mepet. Yang mana membawa menuju kesimpulan bahwa, bujet liburan itu harus dialokasikan semenjak jauh hari.



Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again