Mabuk Buku 1
Bunneh. At here rain big very. If you become come here heart-heart on street. If you not become yes no what-what.
Haa haa haa hari Kamis itu saya yang setengah niat bolos kerja sudah berhasil memikat Nyai Geni Goldarbe untuk ikut serta memeriahkan JEC. Lagipula hujannya berhenti, jadi kami setelah menumpuk persediaan makanan dan minuman dalam kantong plastik, terus bermotor ke arah Timur.
JEC yang besar itu hanya dipakai sepertiga ruangannya untuk Pameran Buku IKAPI yang mempersembahkan berbagai penerbit dan berbagai macam bacaan aneka harga. Saya sempat mengelilingi ruangan mencari warungnya Ubi dkk. Ternyata nyempil di pojokan sebelah kanan pintu masuk.
>Hal pertama yang kami lakukan setelah bertegur sapa adalah serah terima persediaan makanan. Dilanjutkan dengan makan bersama di warung soto/bakso di seberang jalan gedung JEC. Rasanya senang ketemu Ubi lagi. Dan senang karena ketemunya gak di Jakarta! haa haa :p
Setelah kepadatan perut maksimal, kami kembali ke JEC. Ubi kembali berjualan dan saya berputar-putar menggoda iman. si Iman sempat tergoda di warung Gramedia, yang buku-bukunya berdiskonan luar biasa. Jahanam. Luarbiasa jahanam. Masa buku Titipan Kilat Penyihir jadi ceban? Padahal tahun lalu di Gramex Surabaya saya beli harganya di atas 25 ribu.
Akibat pukulan telak itu, juga didukung perut kenyang yang menekan nafsu belanja, saya tidak beli apa-apa. Tapi si Nyai Geni Goldarbe kayaknya beli 2-3 buku yang cepat-cepat disembunyikan barbuk-nya di dalam tas. Hii hii hii...
Bunneh, harusnya bawa kamera, jadi kita bisa foto-foto.
Iya sih. Saya lupa bawa kamera. Jadinya pertemuan mengharukan penuh dramation itu tidak ada barbuk-nya.
Besok deh, atau kapan, gitu. Kata saya pada si Ubi. Sepertinya saya mau tingtong. Jadi mungkin saya bisa beli buku.
Comments