Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Touch down! Mukanya gak menyiratkan drama mabok enterwind subuh buta

Kurang asiknya transportasi di Bali adalah, susah cari angkot. Sudah ada sistem busway yang bernama Trans Sarbagita, dan informasi rute-rutenya bisa dicari online. Berhubung kondisi cranky dan spanneng karena masuk angin dan lelah batin, saya memilih untuk naik Uber dari bandara ke Kuta. Baru kemudian dari Kuta ke Ubud naik shuttle bus. Nggak langsung dari Bandara ke Ubud karena kami mendarat sekira jam 8:30 WITA dan jam check-in ke penginapan adalah jam 2 siang, agak males nungguin lama buat check-in. Selain itu mabuk akibat masuk angin harus diredakan dulu.

'Masir dulu
Jadi, kami nongkrong makan dulu, baru kemudian pergi ke kantor Perama Kuta. Kenapa Perama, karena ini adalah juga perjalanan semi nostalgila saya. Atau bisa juga karena saya kudet sih, soalnya tahunya cuma Perama. Hahahak. Sesudah beli tiket untuk perjalanan jam 12, saya dan si monster kecil leyeh-leyeh sebentar, kemudian jalan kaki ke pantai Kuta. Jaraknya hanya sekira 10 menit jalan kaki dari kantor Perama.

Perjalanan shuttle bus dari Kuta ke Ubud makan waktu kurang dari 90 menit. Karena anaknya rada kapok muntah-muntah, dia minta dipangku, dan mau merem sepanjang jalan. Tapi nggak bener-bener ketiduran, semacam hanya tidur-tidur ayam. Kantor Perama dekat sekali dengan penginapan kami selama di Ubud, hanya 5 menit jalan kaki. Lalu duduk menunggu selama 10 menit dan kami sudah bisa masuk kamar.

Tampangnya kusut

Selama di Ubud kami jalan kaki, atau naik motor sewa. Ada satu hari di mana kami jalan-jalan ke Tampaksiring naik mobil bersama keluarga teman. Tantangan transportasi masih bisa dijawab dengan motor sewaan sih. Tapi ya itu tadi, karena semi staycation kami akhirnya memang gak banyak keluar penginapan. Masa tinggal di Ubud yang 3 hari itu berbarengan dengan Spirit Festival, menyebabkan jalanan dipenuhi oleh turis yang beraroma spiritual. Toko-toko di pinggir jalan dipenuhi aksesoris yoga dan spiritualisme oriental. Saya yang tadinya bersemangat ingin mencoba kelas yoga di yogabarn (tinggal nyebrang) malah jadi ilfil. Salah satu rancangan petualangan ke Bali Zoo juga batal akibat drama mabok masuk angin. Plus, ternyata ada orderan masuk, walhasil di hari terakhir kami di Ubud, saya malah kerja. Alhamdulillah.

Hari keempat kami turun dari Ubud menuju Canggu, di mana saya ikut patungan rame-rame sewa sebuah villa untuk melewatkan Nyepi. Kami naik satu motor bertiga. Seperti yang sudah diperkirakan, semakin besar si monster kecil, harus ada upaya lebih untuk merencanakan transportasi. Untung jaraknya nggak begitu jauh, sekira satu jam perjalanan.



Berhenti dulu karena kepisah dari rombongan dan punggung dan pantat pegel

Tapi beneran, lebih baik naik motor daripada mobil kalau di Bali mah. Rentan macet sebab jalan kecil-kecil dan ya... tergantung juga sih arah dan tujuannya. Moda transportasi motor bertiga ini masih dipakai sampai kami geser dari Canggu ke Sanur untuk hari terakhir liburan, dan dari Sanur ke Bandara menuju pulang ke Jogja.

Untuk liburan berikutnya, saya mungkin harus mempersiapkan dengan belajar nyetir mobil dan bikin SIM A dan C. Gak punya SIM sangat membatasi alternatif kendaraan untuk mobilitas mandiri.

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Two Thousand Seven All Over Again