Kunjungi Kalimantan 2013 (part 2)
Penerbangan dengan Express Air sebetulnya cukup menyenangkan. Servis kru darat di bandara Adi Sucipto cukup sigap. Meskipun mister Bapak yang antri check-in tiket sempat jadi agak capek hati karena lamaaaa… Sekali lagi, dikarenakan sistem penjualan tiket yang belum on-line. Dalam artian yang sesungguhnya. Semuanya tulis tangan. I shit you not.
Maaf gambarnya bureng, kamera hape-nya sudah manula, tapi kelihatan kan kalau itu tulisan tangan? |
Di dalam ruang tunggu, sambil menanti munculnya armada Express Air yang akan mengangkut kami, Chloe jejeritan histeris melihat aneka pesawat udara yang sedang parkir menunggu penumpangnya boarding. Setelah capai jejeritan, Chloe mondar-mandir keluar masuk Periplus, keluar masuk toko baju yang ada di ruang tunggu. Menyapa mbak dan mas pramuniaga toko, juga anak-anak kecil yang juga sedang menunggu jadwal penerbangan mereka dengan keluarganya. Ada satu keluarga dengan dua anak yang ternyata mereka juga hendak ke Pontianak. Chloe saking mengakrabkan diri dengan kedua anak itu, dia pun mendapatkan bagian puding cemilan. Hmm…
Ketika akhirnya pesawat Express Air sudah parkir di apron, kami terpesona dan lega karena ternyata Express Air menggunakan Boeing 737-300 dengan jet, bukan baling-baling. Heheheh. Perjalanan pulang dari Pontianak ke Yogyakarta, penerbangan kami dengan Express Air menggunakan Boeing 737-200, pesawat yang sedikit lebih kecil.
Take off dan landing bersama Express Air terasa mulus, saudara sekalian. Mungkin karena para pilotnya terbiasa dengan bandara-bandara kecil di wilayah Indonesia Timur, jadi apa lah artinya landasan Adi Sucipto yang katanya pendek itu. Yang menyenangkan, buat saya, di tengah penerbangan berdurasi 1 jam 10 menit itu penumpang disuguhi minuman hangat dengan pilihan kopi atau teh. Sewaktu penerbangan pulang karena berangkatnya pukul 7 malam, penumpang juga disuguhi roti sederhana isi kacang hijau rasa keju.
Ini adalah penerbangan pertama Chloe. Ia tidak terlalu rewel saat berangkat tapi cukup gelisah saat pulang dari Pontianak. Mungkin karena saat pulang ia sudah flu jadi perubahan tekanan udara terasa lebih tidak nyaman di telinga. Ia menempel di pabrik asi baik saat take off maupun landing di penerbangan berangkat maupun penerbangan balik dari Pontianak.
Selama penerbangan menuju Pontianak, si anak kecil ribut pindah-pindah dari kursi saya ke kursi di depan tempat mister Bapak duduk, lalu pindah lagi ke pangkuan saya, lalu minta pindah lagi ke bapaknya. Tapi dia relatif kalem, terutama dibandingkan bayi umur 8 bulanan yang menangis terus-terusan sepanjang penerbangan berangkat itu. Sepertinya si ibunya kurang tanggap pada ketidaknyamanan di telinga karena perubahan tekanan udara itu.
Hmm baca-baca petunjuk keselamatan |
Hmm Mak ayo main sama Momo |
Ah Emak nggak asik ah bobo terus |
Sementara pada penerbangan pulang, seorang bapak yang tadinya duduk di sebelah saya dengan baik hati berpindah kursi. Kebetulan memang masih ada tempat duduk kosong di deretan depan. Jadi Chloe bisa duduk sendiri di antara saya dan mister Bapak. Saya sih sudah teler duluan karena Antimo baik pada perjalanan menuju maupun kembali dari Pontianak.
Comments