Olah Ganti Busana


Ini adalah postingan yang nyombong. Saya heran mendengar ibu-bapak lain di luar sana yang mengaku sampai berkeringat dan ngos-ngosan pada saat ganti popok dan ganti baju bayinya. Kok bisa? Apalagi kalau bayinya berusia kurang dari 4 bulan, masa di mana kerjaan dia cuma tidur, pipis, eek, dan bangun untuk minum susu.

Kecuali akhir-akhir ini, di mana si Kunyit sudah mulai bisa guling-guling dan merambat dari duduk ingin berdiri, saya tidak pernah sampai kewalahan dalam memasang dan melepas baju bayi. Pun berganti popok.

Saya lebih kewalahan saat memandikan Kunyit. Terutama setelah dia mulai bisa lincah di atas usia 2 bulan. Dia punya kecenderungan kuat untuk menendang-nendang gembira, alias berenang gaya punggung dalam bak mandi di saat saya masih sibuk membilas sabun dari badannya. Yang cukup kuat melayani keinginan berenang si Kunyit adalah bapaknya. Pergelangan tangan saya seringkali cedera kerja akibat menggendong dia dan kerap tidak kuat menopang sementara dia meluncur-luncur menendang-nendang ujung bak mandi. Apalagi kalau jadwal mandi pagi.

Tapi, memakaikan baju, itu mudah sekali. Sebagian besar baju bayi baru lahir berkancing depan. Tipe ini paling mudah dipakaikan. Tingkat kesulitan berikutnya adalah baju berkerah tanpa kancing. Kancing cetekan alias snap lebih mudah diatasi daripada kancing biasa. Saya sudah mahir memasangkan kaos lengan pendek tanpa kancing bahkan sebelum Kunyit berusia sebulan. Tanpa berkeringat. Tanpa percobaan panjang sebelumnya.

Saya memandikan sendiri si Kunyit sejak hari pertama dia pulang dari Rumah Sakit. Saya mengganti sendiri popoknya. Saya menepuk-nepuknya agar sendawa. Bisa dibilang hampir tanpa harus diberi instruksi atau contoh dari Ibu saya. Satu-satunya hal yang kurang saya kuasai di awal-awal hidup si Kunyit adalah membersihkan lidah dan gusinya dengan kain kasa steril. Karena saya kurang tega memasukkan jari ke mulut Kunyit sampai dalam. Percobaan sikat lidah pertama kami kurang berhasil. Yang kedua kalinya diberi contoh oleh Ibu saya. Baru mahir melakukannya sendiri setelah 5 kali.

Kurang tega, mungkin ini kata kuncinya ya. Kunyit terlahir berukuran besar, dia terasa mantap dalam pegangan tangan saya. Saya merasa lebih percaya diri karena menganggap tubuhnya cukup kuat, tidak ringkih, sehingga bisa melakukan aneka manuver ganti baju dan popok dengan lebih "tega," lebih cepat dan efisien.

Mungkin juga karena sewaktu kecil saya suka sekali ikut mengasuh keponakan-keponakan saya yang waktu itu masih bayi. Memang sudah lama sekali, terakhir gendong keponakan mungkin tahun 1992. Mungkin ingatan akan apa yang harus dilakukan dan bagaimana mengalir kembali bawah sadar setelah bertemu dengan bayi lagi. Kali ini bayi saya sendiri.

Chloe, 2 bulan 10 hari, si lebah madu. Baju renang ini walaupun agak rumit pemakaiannya tidak terlalu susah untuk dipasangkan dan dilepas lagi.

Chloe, 5 bulan 3 hari, LaaLaa kecil. Onesie ini potongan bajunya membuat agak sulit memasangnya, terutama untuk memasang lengannya, agak PR.

Karena Kunyit berpopok kain, sepertinya ini juga memberikan tantangan tersendiri. Popok kain modern koleksi Kunyit ada yang menggunakan velcro alias "perepet" dan ada yang pakai kancing snap alias "cetekan". Memasang yang velcro sih gampang saja, brat bret beres. Yang agak harus dipelajari adalah memasang popok yang memakai snap. Tapi sekali dua kali ganti popok snap, saya sudah lihai sekali memasangnya. Kalau ada orangtua yang bilang pasang popok kain modern model snap itu bikin berkeringat, saya akan memahaminya. Tapi... kalau yang dibicarakan adalah popok sekali pakai... entahlah. Terdengarnya agak bodoh.

Plis dong ah. Nih, kalau pasang popok klasik pakai peniti semacam ini, barulah wajar kalau kesulitan sampai keringatan. Apalagi kalau bayinya sudah mulai aktif sekali. Disposable kan tinggal brat bret. Ah.

Perkara ganti popok yang membuat berkeringat, karena susah... masalah terbesar sebetulnya ketika pup. Pup bayi di bawah 6 bulan yang masih hanya mengkonsumsi susu saja, biasanya ya njebrot. Kalau ganti popok saat bayi tidur sih nggak masalah. Wong si bayi masih semaput ini. Tinggal angkat pantatnya dengan cara menarik kedua pergelangan kakinya ke atas, lap bersih pakai kapas basah/lap basah, mungkin pasang salep anti ruam sedikit terlebih dulu atau langsung pasang popok baru. Agak PR kalau bayinya melek, dan dia tendang-tendang ke sana kemari. Sering lah saya harus berhadapan dengan jebrotan pup yang nempel ke mana-mana karena kaki si Kunyit kena pup di popok yang belum sempat diamankan.

Manuver angkat pantat dengan menarik pergelangan kaki ini justru sebetulnya mudah sekali kalau bayinya kecil dan berukuran normal. Jadi, ibu-bapak yang mengeluh keringetan waktu ganti popok, padahal anaknya pas lahir berukuran 3kg, harusnya mencoba mengganti popok si Kunyit. Kunyit lahirnya 4, 15kg. Tiap bulan bertambah 1 kg beratnya. Silakan bersimulasi ganti popok bayi dengan berat sedemikian. Ditambah dengan gerakan aktif kaki tendang ke sana kemari. Memang tidak gampang, pemirsa. Jurus ganti popoknya harus cepat dan mantap.

Satu lagi yang sepertinya agak sering terdengar dari para ibu-ibu, ke mana-mana harus bawa baju ganti juga karena kena pipis/muntahan bayinya. Karena popok kain modern si Kunyit cukup canggih, sejauh ini saya maupun Kelinci Besar belum pernah harus ganti baju karena kena pipis Kunyit (pasti ceritanya akan agak berbeda pada masa latihan pipis di wc yes, tapi itu masih nanti-nanti kayaknya). Kalau muntah... well...

Kunyit sebetulnya cukup jarang muntah susu kalau dia disendawakan dengan baik dan benar. Kalaupun dia muntah susu, itu sudah kodrati sebagai bayi. Iya, baju kami pernah kena muntah susu dia, tapi frekuensinya cukup jarang. Karena apa?

 Chloe, 4 bulan 1 minggu, pergi ke Solo bersama mbok emban berkain garis-garis.

Kain garis-garis yang tidak modis itu sebetulnya dikenal sebagai alas ompol bayi. Saya membelinya dulu juga untuk tugas itu. Pangkatnya lalu berubah sedikit, untuk sementara--keadaan darurat lebih tepatnya--ketika saya kehabisan insert popok kain. Si kain garis-garis sempat menjadi insert darurat karena saya punya setumpuk dan mereka mudah dibersihkan serta lumayan cepat kering.

Setelah persediaan insert popok kain modern si Kunyit mencukupi, si kain garis-garis mengalami peningkatan kasta, menjadi lap iler dan gumoh. Dalam kondisi darurat tertentu ia menjadi lapisan penahan bocoran LDR agar baju dan kasur tidak basah terkena susu, terutama di malam hari. Saya sering terlihat di tempat umum dengan sampiran kain garis-garis ini di pundak. Sangat tidak fashionable memang, tapi saya jadinya tidak perlu ganti baju ketika Kunyit gumoh di pundak saya.

Begitulah. No sweat, dong ah. Apalagi kalau punya suster atau baby sitter, wah, itu lebih no sweat lagih :) Tiap hari tinggal main saja, tidak perlu merasa capek ganti baju dan popok bayi.

Comments

rid said…
yaampuun..lama gak main ke sini dirimu udah punya baby rupanya.hehehe. selamat yaaa si kunyit is so cuteee ^^

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again