Liburan Sebelum Badai
Semua orang gelisah. Hari ini kurang tujuh hari lagi adalah HPL si kelinci kecil. HPL, bagi yang awam dan belum mengetahuinya, adalah kependekan dari Hari Perkiraan Lahir. Iya, saya sedang hamil.
BESAR SEKALI.
Rasanya buncit saya ini lebih gede daripada dua minggu lalu ketika saya pergi dari Jogja dan kembali ke Surabaya dalam rangka persiapan kelahiran. Kulit perut makin pecah. Saya sudah berhenti menghitung dan mengamati persentase kerusakan kulit perut. Sekarang tiap kali terasa gatal pedih, saya tahu pecahan kulit itu bertambah. Hanya bisa pasrah sambil oles-oles minyak zaitun agar tidak terlalu gatal.
Popok dan baju ukuran mungil untuk si kelinci kecil sudah siap. Sudah bersih dicuci, dilipat dan dikumpulkan di satu keranjang biar rapi.
Tas darurat persalinan sudah siap. Isinya kain, daster bukaan depan, korset paska melahirkan, baju dalam, pembalut, kamera dengan baterai penuh, peralatan mandi, persediaan makanan kecil dan minuman berenergi, dan satu set baju si kelinci kecil.
Mental? Sepertinya siap, tapi entahlah. Hal sebesar ini, siapa yang tidak akan demam panggung?
Si manyun masih ada di Jogja. Rencananya baru akan kembali ke Surabaya kalau ada tanda-tanda keluarnya si kelinci kecil atau setidaknya dua hari sebelum HPL.
Semua orang gelisah. Oh iya, tadi juga sudah saya tulis. Lucu juga. Ada yang antusias sekali memberi "Selamat ya sudah lahir!" di media sosial dalam jaringan, padahal saya masih berbaring-baring kepanasan di kasur, di kamar, di rumah Ibunda Ratu Alam Semesta saya, sementara si kelinci kecil sedang anteng saja di dalam kantongnya.
Kecemasan saya saat ini adalah jika si kelinci kecil memutuskan untuk melompat keluar duluan sebelum si manyun sampai Surabaya. Tiap hari saya membujuk dia agar mau menunggu papa kelinci datang, barulah dia boleh melompat keluar, kalau bisa hanya dalam dua kali hembusan nafas :) Ibu saya berpendapat saya kelewat santai. USG terakhir menunjukkan belitan tali pusar di leher kelinci kecil, satu kali belitan. Ini berpotensi berbahaya. Apalagi tingkahnya si kecil ini... namanya juga kelinci, sungguh luar biasa.
Terlalu banyak kecemasan tidak baik buat saya. Saya cenderung katatonik kalau terlampau cemas hingga panik. Maka dari itu, sebaiknya saya santai saja. Kan ya? :)
BESAR SEKALI.
Rasanya buncit saya ini lebih gede daripada dua minggu lalu ketika saya pergi dari Jogja dan kembali ke Surabaya dalam rangka persiapan kelahiran. Kulit perut makin pecah. Saya sudah berhenti menghitung dan mengamati persentase kerusakan kulit perut. Sekarang tiap kali terasa gatal pedih, saya tahu pecahan kulit itu bertambah. Hanya bisa pasrah sambil oles-oles minyak zaitun agar tidak terlalu gatal.
Popok dan baju ukuran mungil untuk si kelinci kecil sudah siap. Sudah bersih dicuci, dilipat dan dikumpulkan di satu keranjang biar rapi.
Tas darurat persalinan sudah siap. Isinya kain, daster bukaan depan, korset paska melahirkan, baju dalam, pembalut, kamera dengan baterai penuh, peralatan mandi, persediaan makanan kecil dan minuman berenergi, dan satu set baju si kelinci kecil.
Mental? Sepertinya siap, tapi entahlah. Hal sebesar ini, siapa yang tidak akan demam panggung?
Si manyun masih ada di Jogja. Rencananya baru akan kembali ke Surabaya kalau ada tanda-tanda keluarnya si kelinci kecil atau setidaknya dua hari sebelum HPL.
Semua orang gelisah. Oh iya, tadi juga sudah saya tulis. Lucu juga. Ada yang antusias sekali memberi "Selamat ya sudah lahir!" di media sosial dalam jaringan, padahal saya masih berbaring-baring kepanasan di kasur, di kamar, di rumah Ibunda Ratu Alam Semesta saya, sementara si kelinci kecil sedang anteng saja di dalam kantongnya.
Kecemasan saya saat ini adalah jika si kelinci kecil memutuskan untuk melompat keluar duluan sebelum si manyun sampai Surabaya. Tiap hari saya membujuk dia agar mau menunggu papa kelinci datang, barulah dia boleh melompat keluar, kalau bisa hanya dalam dua kali hembusan nafas :) Ibu saya berpendapat saya kelewat santai. USG terakhir menunjukkan belitan tali pusar di leher kelinci kecil, satu kali belitan. Ini berpotensi berbahaya. Apalagi tingkahnya si kecil ini... namanya juga kelinci, sungguh luar biasa.
Terlalu banyak kecemasan tidak baik buat saya. Saya cenderung katatonik kalau terlampau cemas hingga panik. Maka dari itu, sebaiknya saya santai saja. Kan ya? :)
Comments
Thanks for your comment ((: