Versus Ngemil
Jadi! Untuk merayakan usia kehamilan 28 minggu, saya ke dokter untuk periksa! :D
Kami datang hampir terlambat, jam setengah sembilan malam pak dokter nampak sudah bersiap mau pulang. Ealah, ternyata kalau Kamis tidak terlalu banyak pasien yang mengantri. Yang daftar mungkin cuma 8 orang. Saya lihat di atas meja suster ada satu lagi status lain selain punya saya. Yang satu itu betul-betul tidak nongol sepertinya.
Berhubung nyaris hampir saja tapi tidak terlambat betul, pak dokter pun membuka kembali kunci pintu ruang praktek dan menunggu sementara saya ditimbang dan diukur tekanan darahnya.
"Lho, mbak, kenapa bulan ini naiknya 4 kg?"
*gelisah* *mata melirik ke kiri dan kanan*
Padahal sumpah saya gak banyak ngemil. Saya masih ingat apa saja yang saya cemil sepanjang 4 pekan itu. Saya ngemil coklat Monggo... itu pun hanya dua batang dalam rentang waktu dua pekan. Sebungkus Chacha coklat kacang, tapi itu pun tidak sendirian, karena berbagi dengan orang satu ruangan. Satu hari saya pernah ngemil kacang mede, sisa bahan masakan si manyun, sambil tiduran dan baca komik. Kacang medenya asli gak sampai segenggaman tangan. Dua hari sebelum periksa saya ngemil bolu. Bersama kopi. Ehem. Lalu siang harinya sebelum periksa itu... erm... emang sih saya ngabisin separuh bungkus chaca coklat kacang, dan sebungkus snack monde....
Baiklah! Nasi sudah menjadi bubur. Ngomong-ngomong soal nasi, mungkin ini penyumbang naiknya berat badan saya. Selama dua pekan terakhir sepertinya saya makan nasi, mi dan pasta sering sekali. Lebih sering dari biasanya. Bawaannya pingin makan pakai nasi panas yang punel (iya, punel, bukan pulen). Sepertinya harus benar-benar berpindah ke beras merah. Simpan stok buah-buahan dan sayuran di kulkas. Lebih banyak minum air putih...
Susu juga saya jarang minum. Paling-paling susu kedelai seminggu 2 - 3 kali.
"Itu mesti hati-hati lho, mbak. Kalau di Amerika konsumsi susu kedelai sudah dibatasi karena bisa menimbulkan resiko kanker hati."
Ah. Oh. Hm. Tapi kan kalau seminggu 3 gelas, gapapalah yaaa... :P
Berita baiknya adalah little J sepertinya sudah dalam posisi yang baik dan benar. Artinya, saudara-saudara, kepalanya sudah menghadap ke bawah, bukan ke atas ataupun melintang ke samping. Hore. Saya bisa berhenti nungging 20 menit di pagi hari dan lagi di malam hari.
"Oke, mulai sekarang periksanya tiap dua minggu sekali ya?"
DEG!
*cleguk*
Tiap dua minggu sekali? Berarti benar sebentar lagi kelinci kecil ini akan keluar dari tubuh saya. Hiy! Waktu berlalu lumayan cepat juga. Rasanya baru kemarin saya mengeluh celana panjang sudah tidak nyaman dipakai, tahu-tahu sudah ada bola sepak plastik di balik baju saya dan sebentar lagi saya harus menghadapi sensasi baru yang berbeda. Gegar budayaaaaa.....!
Sesampainya di rumah, saya lapar.
Padahal saya sudah makan darmi.
Gulang-guling di kasur saya gelisah. Pingin makan. Pingin makan. Tapi kan barusan sudah makan.
Untuk mengatasinya saya bikin lassi tomat. Sesudah habis, perasaan agak tenang. Tapi hanya satu jam. Setelah terbangun lagi karena harus ke kamar mandi, saya merasa lapar lagi. OMEGOD! Yang bener aja! Roti gandum habis. Masak saya makan mi? Kan itu karbohidrat. ARRGGHH!!!
Untunglah masih ada pisang. Saya makan pisang sebutir dan minum teh manis panas segelas dan buru-buru berusaha tidur. Tapi selama tiga jam saya merasa sungguh sengsara karena ilusi lapar.
Hiks. Kenapa kalau dilarang ngemil malah jadi tambah pingin ngemiiill?
Kami datang hampir terlambat, jam setengah sembilan malam pak dokter nampak sudah bersiap mau pulang. Ealah, ternyata kalau Kamis tidak terlalu banyak pasien yang mengantri. Yang daftar mungkin cuma 8 orang. Saya lihat di atas meja suster ada satu lagi status lain selain punya saya. Yang satu itu betul-betul tidak nongol sepertinya.
Berhubung nyaris hampir saja tapi tidak terlambat betul, pak dokter pun membuka kembali kunci pintu ruang praktek dan menunggu sementara saya ditimbang dan diukur tekanan darahnya.
"Lho, mbak, kenapa bulan ini naiknya 4 kg?"
*gelisah* *mata melirik ke kiri dan kanan*
Padahal sumpah saya gak banyak ngemil. Saya masih ingat apa saja yang saya cemil sepanjang 4 pekan itu. Saya ngemil coklat Monggo... itu pun hanya dua batang dalam rentang waktu dua pekan. Sebungkus Chacha coklat kacang, tapi itu pun tidak sendirian, karena berbagi dengan orang satu ruangan. Satu hari saya pernah ngemil kacang mede, sisa bahan masakan si manyun, sambil tiduran dan baca komik. Kacang medenya asli gak sampai segenggaman tangan. Dua hari sebelum periksa saya ngemil bolu. Bersama kopi. Ehem. Lalu siang harinya sebelum periksa itu... erm... emang sih saya ngabisin separuh bungkus chaca coklat kacang, dan sebungkus snack monde....
Baiklah! Nasi sudah menjadi bubur. Ngomong-ngomong soal nasi, mungkin ini penyumbang naiknya berat badan saya. Selama dua pekan terakhir sepertinya saya makan nasi, mi dan pasta sering sekali. Lebih sering dari biasanya. Bawaannya pingin makan pakai nasi panas yang punel (iya, punel, bukan pulen). Sepertinya harus benar-benar berpindah ke beras merah. Simpan stok buah-buahan dan sayuran di kulkas. Lebih banyak minum air putih...
Susu juga saya jarang minum. Paling-paling susu kedelai seminggu 2 - 3 kali.
"Itu mesti hati-hati lho, mbak. Kalau di Amerika konsumsi susu kedelai sudah dibatasi karena bisa menimbulkan resiko kanker hati."
Ah. Oh. Hm. Tapi kan kalau seminggu 3 gelas, gapapalah yaaa... :P
Berita baiknya adalah little J sepertinya sudah dalam posisi yang baik dan benar. Artinya, saudara-saudara, kepalanya sudah menghadap ke bawah, bukan ke atas ataupun melintang ke samping. Hore. Saya bisa berhenti nungging 20 menit di pagi hari dan lagi di malam hari.
"Oke, mulai sekarang periksanya tiap dua minggu sekali ya?"
DEG!
*cleguk*
Tiap dua minggu sekali? Berarti benar sebentar lagi kelinci kecil ini akan keluar dari tubuh saya. Hiy! Waktu berlalu lumayan cepat juga. Rasanya baru kemarin saya mengeluh celana panjang sudah tidak nyaman dipakai, tahu-tahu sudah ada bola sepak plastik di balik baju saya dan sebentar lagi saya harus menghadapi sensasi baru yang berbeda. Gegar budayaaaaa.....!
Sesampainya di rumah, saya lapar.
Padahal saya sudah makan darmi.
Gulang-guling di kasur saya gelisah. Pingin makan. Pingin makan. Tapi kan barusan sudah makan.
Untuk mengatasinya saya bikin lassi tomat. Sesudah habis, perasaan agak tenang. Tapi hanya satu jam. Setelah terbangun lagi karena harus ke kamar mandi, saya merasa lapar lagi. OMEGOD! Yang bener aja! Roti gandum habis. Masak saya makan mi? Kan itu karbohidrat. ARRGGHH!!!
Untunglah masih ada pisang. Saya makan pisang sebutir dan minum teh manis panas segelas dan buru-buru berusaha tidur. Tapi selama tiga jam saya merasa sungguh sengsara karena ilusi lapar.
Hiks. Kenapa kalau dilarang ngemil malah jadi tambah pingin ngemiiill?
Comments