Dokter Pak Dokter

Apa yang istimewa dari duduk menunggu giliran periksa dokter? 
Nggak ada. 
Di ruang tunggu itu ada televisi dan isinya sinetron yang saya nggak tahu judulnya. Saya tonton juga karena saya lupa bawa bacaan, sambil muka saya sudah tidak terkendali lagi otot-ototnya; mulut menganga, alis nyaris bertaut, mata kadang melotot kadang tinggal segaris mencemooh. 
Itu adalah kunjungan pertama saya ke dokter kandungan. Ini yang membuat menunggu giliran periksa menjadi istimewa. Saya dapat nomer urut 7. Sudah diperiksa tekanan darahnya dan ditimbang berat badannya. Manyun duduk di luar karena di dalam ruang tunggu dia tidak bisa merokok. Tegang nih ye. Isi ruang tunggu itu pasangan-pasangan, sebagian besar perutnya sudah terlihat menonjol secara signifikan. Saya senyum-senyum sendiri agak gelisah, berusaha membayangkan saya buncit, dan oh pasti akan meledak membesar. 

Dokter kandungan itu adalah rekomendasi teman si manyun yang anaknya sebentar lagi genap setahun. Orangnya asyik, begitu katanya, nggak matre. Penting ini. Karena ibunda Ratu Alam Semesta saya bekerja di bidang medis, saya tahu bahwa tidak semua pekerja medis mulia hatinya. Ada yang gemar meresepkan obat-obatan mahal padahal ada yang generik, ada yang gemar menganjurkan aneka pemeriksaan yang sebetulnya tidak terlalu penting atau dibutuhkan. Sudahlah kesehatan itu mahal, pas lagi sakit diporotin itu ibarat sudah jatuh tertimpa tangga digiles setum pula. 

Konsultasi pertama dengan pak dokter kandungan berjalan cukup lancar. Orangnya santai, gemar bercanda. Sebagai pasangan calon orangtua anyaran yang tegang karena pertama kali konsultasi ke dokter kandungan, hal ini sangat melegakan. 

Setelah mengkonfirmasikan bahwa hasil uji kehamilan mandiri adalah benar, pak dokter menanyakan riwayat kesehatan keluarga. Lalu mengingatkan untuk tidak ngemil karena sebaiknya kenaikan berat badan selama kehamilan tidak terlalu drastis. *glek* Si manyun langsung nyengir penuh kemenangan, selain mengadu bahwa saya suka menyimpan persediaan camilan di meja kantor. *uhuk* *asahpisau*

Bye-bye snacks ;(
Untuk menjaga agar kenaikan berat badan tidak drastis, sebaiknya malah makan besar setiap kali merasa lapar. Hm, ini adalah usul yang aneh, begitu pikir saya waktu itu. Tapi ternyata pak dokter sakti. Seminggu sesudahnya kapasitas lambung saya sepertinya semakin mengecil. Kalau rasanya kepala berat ingin muntah, ini artinya saya lapar, saya harus makan. TAPI! Baru empat sendok makanan masuk,  saya mual ingin muntah, ini artinya perut saya kepenuhan. Saya merasa seperti motor matic dengan tangki kecil tapi boros bensin. Dalam sehari saya bisa lapar sampai delapan kali, tapi mengisinya pun tidak bisa banyak-banyak. Hiks. Yang biasanya bisa makan 1 - 1,5 piring, kapasitas berkurang menjadi seperempat piring saja. TIDDAAKKK!!!

Ini adalah porsi normal, lantas cuma bisa 
.... segini... hiks...
Kamu tahu apa yang paling banyak lemaknya? Saya pasrah dan menggeleng. 
Susu hamil. Erm... mata saya melirik kiri kanan dengan gelisah karena dengan centilnya saya sudah terlanjur beli itu susu hamil yang katanya anti muntah itu. Bungkus kecil sih. Sudah tinggal separuh pula isinya. Pak dokter bilang makan biasa aja, kalau terpaksa sekali ingin ngemil sebaiknya buah, nggak usah susu hamil. 
Buahnya boleh buah apa saja, durian juga boleh. Nyeh, becanda nih pak dokter. 
Beneran, boleh. Saya pun ... memasang wajah datar bingung tak percaya.
Suplemen pun beliau resepkan yang generik saja. Karena saya bilang saya gemar berenang, beliau pun menganjurkan berenang seminggu sekali. Santai.
Demikian kunjungan pertama ke dokter kandungan. Fyuh.

Meskipun merasa enggak ngemil (banyak-banyak... dikit saja), kunjungan kontrol berikutnya ternyata berat badan saya naik dua kilogram.

Mbak, grafik pertambahan berat badan itu selalu kurva naik lho. Kalau tiap bulan kamu naik dua kilo, nanti mau jadi seberat apa? Kata pak dokter sambil menggambarkan ilustrasi si kurva. Huhu. Si manyun ngadu lagi, ngemil tuh dok. Ih! *gak santai* *asah golok*

Moga-moga sampai giliran kontrol berikutnya saya nggak naik lebih dari dua kilogram. Kayaknya saya beneran harus menimbun buah sebanyak-banyaknya ini.

Comments

salamatahari said…
Mindang, gue seneng, deh, mbacain diary kehamilan lo. Berasa excitement dan seneng2nya. Semoga Si Thumper sehat2 di dalem perut.

Cerita terus, ya, tiap Kamis gue mampir, lho =)
sehat selalu ya :) gak hamil aja suah jaga berat badan kok, apalagi kalo hamil, hihihi...

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again