Kawin (bagian 2)
Bagian yang paling menegangkan dalam kawinan kemarin adalah bertemu dengan mamanya si manyun untuk pertama kalinya. Hikayat rumah tangga tentang menantu dan mertua yang tidak cocok adalah hal yang cukup mengerikan jika menimpa.
Karena sudah diwanti-wanti bahwa Mama Pontianak kurang lancar berbahasa Indonesia, maka kebat-kebitlah ibu saya. Saya juga sih, antara pasrah dan gimana gitu. Mamah datang bersama dua adik perempuannya. Ketika akhirnya ketemu di bandara Juanda, saya cuma bisa cengar-cengir lebar. Dalam mobil sepanjang perjalanan ke hotel, meriahlah ibu-anak-tante itu berceloteh dengan campuran antara Haka-Tiociu-Melayu dan bahasa Indonesia. Saya cuma cengar-cengir di kursi belakang. hihik.
Sepertinya yang tegang bukan cuma ibu saya, mamah juga. Ketika akhirnya jumpa muka antara calon besan terjadi, komunikasi ternyata cukup lancar dengan penerjemah si manyun dan tante-tante. Lalu barulah terlihat ibu saya dan si mamah senyumnya lebih lega :D
Kalau adat cina, keluarga biasanya memberikan hadiah pada mempelai perempuan mulai dari perkakas masak ini itu dan... ini dia favorit saya: memberikan perhiasan emas. HOHOHOH! Rasanya mau lari sepanjang koridor terus terjun ke kolam renang dari lantai 4 sambil tersipu-sipu waktu saya dipasangkan kalung oleh Mamah :"> Tapi berhubung di hotel itu nggak ada kolam renang, akhirnya saya cuma tersipu aja.
Akad nikah tidak semenegangkan ketemu mamah untuk pertama kalinya. Karena ini acara sekali dalam seumur hidup, saya pun pasrah disasak, alis dikerik (argh!), dirias lumayan tebal (pelembab, foundation, bedak padat, bedak tabur, glek) lengkap dengan bulu mata palsu yang menjulang 90 derajat mencakar langit. Saya berhasil membuat si manyun dibedakin juga. HAHAHAHAH! Jangan sampai saya ngelenong sendirian.
Dua mobil penuh sesak dengan keluarga, saksi, pengantin dan Kappaletta pun menuju KUA. Setelah basa-basi formil, akad dilaksanakan, dokumen resmi ditandatangani, buku nikah diberikan, foto-foto sebentar, lalu pulang. Prosesnya makan waktu nggak sampai satu jam. Mungkin malah cuma 20 menit.
Dari rumah ke hotel, siap-siap untuk makan siang bareng. Bulu mata palsu pun copotlah sebelah. Penting abis. Cabut aja lah dua-duanya.
Di ujung makan siang, Kappaletta menyanyikan lagu yang saya pesan, lagu yang selalu terngiang di kepala tiap kali saya membayangkan ingin mendengar lagu apa di hari pernikahan saya. Baru dua baris lirik air mata saya perlahan mulai menggenang, merembes sampai akhirnya membanjir bagaikan pancuran. Saya sudah menikah. Mimpi apa saya semalam?
Acara kawinan pun ditutup dengan foto-foto bersama.
Demikianlah. Kini saya sudah sah dan legal menyandang nama Lim. Horeee....
Oh ya, lagu yang dinyanyikan KAPPALETTA buat saya itu adalah ...
Karena sudah diwanti-wanti bahwa Mama Pontianak kurang lancar berbahasa Indonesia, maka kebat-kebitlah ibu saya. Saya juga sih, antara pasrah dan gimana gitu. Mamah datang bersama dua adik perempuannya. Ketika akhirnya ketemu di bandara Juanda, saya cuma bisa cengar-cengir lebar. Dalam mobil sepanjang perjalanan ke hotel, meriahlah ibu-anak-tante itu berceloteh dengan campuran antara Haka-Tiociu-Melayu dan bahasa Indonesia. Saya cuma cengar-cengir di kursi belakang. hihik.
Sepertinya yang tegang bukan cuma ibu saya, mamah juga. Ketika akhirnya jumpa muka antara calon besan terjadi, komunikasi ternyata cukup lancar dengan penerjemah si manyun dan tante-tante. Lalu barulah terlihat ibu saya dan si mamah senyumnya lebih lega :D
Kalau adat cina, keluarga biasanya memberikan hadiah pada mempelai perempuan mulai dari perkakas masak ini itu dan... ini dia favorit saya: memberikan perhiasan emas. HOHOHOH! Rasanya mau lari sepanjang koridor terus terjun ke kolam renang dari lantai 4 sambil tersipu-sipu waktu saya dipasangkan kalung oleh Mamah :"> Tapi berhubung di hotel itu nggak ada kolam renang, akhirnya saya cuma tersipu aja.
Akad nikah tidak semenegangkan ketemu mamah untuk pertama kalinya. Karena ini acara sekali dalam seumur hidup, saya pun pasrah disasak, alis dikerik (argh!), dirias lumayan tebal (pelembab, foundation, bedak padat, bedak tabur, glek) lengkap dengan bulu mata palsu yang menjulang 90 derajat mencakar langit. Saya berhasil membuat si manyun dibedakin juga. HAHAHAHAH! Jangan sampai saya ngelenong sendirian.
Dua mobil penuh sesak dengan keluarga, saksi, pengantin dan Kappaletta pun menuju KUA. Setelah basa-basi formil, akad dilaksanakan, dokumen resmi ditandatangani, buku nikah diberikan, foto-foto sebentar, lalu pulang. Prosesnya makan waktu nggak sampai satu jam. Mungkin malah cuma 20 menit.
Dari rumah ke hotel, siap-siap untuk makan siang bareng. Bulu mata palsu pun copotlah sebelah. Penting abis. Cabut aja lah dua-duanya.
Di ujung makan siang, Kappaletta menyanyikan lagu yang saya pesan, lagu yang selalu terngiang di kepala tiap kali saya membayangkan ingin mendengar lagu apa di hari pernikahan saya. Baru dua baris lirik air mata saya perlahan mulai menggenang, merembes sampai akhirnya membanjir bagaikan pancuran. Saya sudah menikah. Mimpi apa saya semalam?
adegan flashback diiringi lagu SM*SH
2007
2007
2008
2009
2010
2010
Acara kawinan pun ditutup dengan foto-foto bersama.
Demikianlah. Kini saya sudah sah dan legal menyandang nama Lim. Horeee....
Oh ya, lagu yang dinyanyikan KAPPALETTA buat saya itu adalah ...
Comments
Makasih Andika :">
Pantesan jadi jarang posting sekarang. Sedang ribet nyiapin kawinan tho ternyata... ^^