Liburanmu Menyenangkan?


Para perempuan suku Flower H'mong 

Lama tidak mengunggah apa pun di sini. Apakah liburannya menyenangkan?

Tidak.

Saya tidak jadi berangkat ke Vietnam.

Permasalahan itu timbul seminggu sebelum si Manyun berangkat ke Vietnam, ada benjolan hematoma di daun telinga kiri Beka. Entah apa yang dia pikirkan, tapi benjolan itu dibiarkan. Saya harus marah-marah hari Jumat dan Sabtu tanggal 2 Oktober sebelum dia berangkat naik pesawat ke Jakarta siang-siang. Barulah kedua anjing itu dimandikan obat anti kutu, barulah dia berjalan mencari dokter hewan yang praktek di dekat rumahnya. Dokter hewannya tidak ada.

Maghribnya, sesudah mengantar si manyun ke bandara, saya bawa Beka ke dokter hewan. Setelah menunggu sampai setengah jam, saya hanya mendapatkan resep antibiotika dari dokter tersebut. Ditujukan untuk anjing Rottweiler. Si dokter tidak menanyakan nama, berapa usianya, bahkan menyentuh Beka saja tidak. Dokter menyarankan 3 hari lagi saya bawa Beka ke rumah sakit hewan di Sekip. Setelah keahliannya mendiagnosa tanpa menyentuh pasiennya, haruskah saya percaya sama dia?

Saya dan Beka berjalan kaki sampai 2.5 km bolak balik ke praktekan dokter hewan yang satu lagi. Tutup di akhir pekan. Saya kesal. Duabelas hari lagi saya harus pergi menyusul ke Vietnam, perasaan saya mengatakan benjolan hematoma itu harus segera diatasi. Jadi saya telpon dokter hewan lain lagi, teman seangkatan Bapak saya. Beliau berkata, bawa Beka ke Pusat Kesehatan Hewan Senin pagi.

Singkat cerita, darah yang menyebabkan benjolan di telinga itu disedot, dan untuk menghentikan ia jadi benjol lagi, telinga Beka dijepit. Setelah kunjungan pertama itu saya sampai 7 kali bolak-balik ke Puskeswan. Tiap kali untuk membuka jepitan, mengeluarkan lagi cairan yang menumpuk, menjepitnya ulang. Capek tentu saja. Hati saya penuh kecemasan. Dan saya sendirian, harus bekerja dan mengurus telinga.

Saya bilang kalau sampai Senin tanggal 11 itu telinga belum beres, jelas saya tidak jadi berangkat ke Vietnam tanggal 14.

Saya tidak jadi berangkat. Sudah jelas. Saya sedih dan kecewa, tentu saja. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Saya teruskan upaya mengobati daun telinga Beka daripada cuti saya sia-sia.

Sabtu tanggal 16 Oktober, karena terlewat satu hari dari jadwal membuka jepitan telinga dan memeriksa, telinga Beka jadi busuk dimakan bakteri. Saya menangis tiga hari tiga malam. Selama tiga hari itu tiap 2-3 jam saya harus mengoleskan jeli antibiotika khusus ke telinga yang busuk basah itu dan berusaha mencegah Beka menggoyang-goyangkan kepala dan daun telinganya.

Mau tahu rasanya? Hidup rasanya seperti neraka. Tiket yang saya beli ulang hangus, saya tidak jadi liburan, dan jatah cuti 12 hari saya habis untuk di rumah saja, mengawasi dan merawat Beka. Sudah sebegitu yang saya lakukan, telinganya malah tambah parah. Tentu saja saya sedih, capek, kesal dan marah. Mungkin ada puluhan kali saya harus menjelaskan pada teman dan orang yang bertanya, "Lho, kamu gak jadi ke Vietnam?",  "Telinganya Beka memangnya kenapa sih?", "Gak bisa ya dititipkan si Beka?"

Begitulah.

Sekarang si manyun sudah pulang, saya sudah masuk kerja lagi. Telinga Beka yang busuk dimakan bakteri sudah jauh lebih kering dari seminggu yang lalu, dan benjolan hematoma itu masih ada.

Ketahuilah, lebih mudah mengurusi anak sakit daripada mengurusi anjing sakit. Dan kalau sampai kamu masih bertanya kenapa saya sampai menyiksa diri seperti itu hanya gara-gara seekor anjing, jawaban dari saya adalah : "Itu karena kamu tidak tahu."

Liburannya bagaimana? Ini adalah rencana liburan terboros dan paling mengerikan yang pernah saya alami. Saya nggak mau lagi liburan semacam ini.


Foto oleh Jaya Limas, Bac Ha Hill Tribes Sunday Market, Vietnam, Oktober 2010


Comments

Nia Janiar said…
Aaah, aduuh.. turut bersedih atas tidak jadinya liburan dan perihal anjingnya :(

Semoga Beka cepat sembuh dan dapat ganjaran liburan yang lebih menyenangkan.

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Monster Playgroup (Pt. 1)