Nasi Jagung Pembawa Berkah

Akhirnya berangkat juga setelah merasakan kecemasan yang semakin meningkat semenjak sebulan sebelum hari keberangkatan. Saya memang adalah pencemas andalan.

Semenjak Rabu malam tanggal 28 Juli 2010 saya dan Prinscarming sudah sibuk mempersiapkan berbagai barang yang hendak dibawa. Tenda, makanan, anti nyamuk, tabir surya, tas pinjaman sekaligus juga lampu kepala. Kamis pagi sepanjang hari di kantor, saya semakin gelisah. Jam makan siang saya mendapat kabar bahwa Prinscarming sudah mendapatkan kompor portabel untuk kemping. Tidak tahan gelisah saya menulis panjang lebar ngalor ngidul.

Kamis sore saya dijemput dari kantor, lalu kami sibuk berkemas, sambil saya berusaha tenang karena tidak ingin sampai lupa membawa benda-benda yang penting. Kereta yang akan kami tumpangi berangkat dari stasiun Tugu sekitar tengah malam. Kereta Malabar, berangkat dari Bandung dengan tujuan Malang.

Saya dan Prinscarming berangkat ke stasiun naik becak jam sepuluh malam karena takut terlambat. Di stasiun kami bertemu dengan dua peserta lain dari Jogja. Jumlah kami jadi genap berempat. Saat menunggu di salah satu restoran sambil memakan mi instan seduh, bertemu dengan Aridoki yang akan pulang ke Bandung menggunakan Malabar yang berlawanan arah. Kereta Aridoki datang duluan. Kereta kami terlambat muncul, sedikit lewat dari jam satu malam.

Saya tidak memotret perjalanan kereta berangkat karena malas mengeluarkan kamera. Kelas ekonomi yang harganya mahal itu tidak terlalu penuh tapi sempit sehingga agak sesak. Di atas kereta kami bertemu kontingen peserta kemping dari Bandung. Mereka berempat juga seperti kami. Sepanjang perjalanan kami tidak terlalu banyak mengobrol. Mereka ngobrol sendiri, kami juga sibuk ngobrol sendiri dan berusaha tidur karena saya yang pencemas mengalami kecurigaan bahwa kereta baru akan sampai Malang jam 9 atau jam 10 paginya. Sepertinya di tengah kecemasan tersebut saya berhasil tidur-tidur ayam cukup lama. Prinscarming baru bisa tidur ketika kereta sudah sampai di Blitar.

Pukul delapan pagi kami sampai di stasiun Malang. Seumur hidup baru kali ini saya sampai ke Malang dengan naik kereta api. Seingat saya, juga belum pernah saya ke Malang naik kendaraan umum lainnya. Stasiun kereta api Malang tidak terlalu besar. Di sana kami disambut oleh kontingen Malang yang sudah menyiapkan rancangan perjalanan. Ransel-ransel kami dimasukkan di satu mobil, lalu kami naik angkot.



Perhentian pertama adalah sarapan. Semacam nasi campur di pagi hari dengan sayur lodeh nangka dan gorengan sebagai lauk. Semua gorengannya jerohan, dari ayam dan sapi. Saya tak terlalu suka jerohan. Apalagi pagi-pagi begitu.

Untunglah di sebelah si pedagang nasi campur jerohan itu ada pedagang urap. Urap sayurnya sedap, dan betapa menyenangkan melihat nasi yang disendokkan ke pincuk saya: nasi jagung! Terakhir saya makan nasi jagung saya belum tumbuh dada dan belum menstruasi. Yoi, sudah lama sekali. Sarapan yang sederhana itu membuat rasa optimisme tumbuh.


Yea, sarapan adalah penting, saudara-saudari. Makanan pertama di tempat yang kita kunjungi akan menentukan general mood perjalanan tersebut :D


Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Main ke Desa