Layaknya Nasi dengan Telur Asin
Telur asin itu pemberian ibu saya. Dimasukkan dalam tas sebagai bekal makan perjalanan kereta dari Surabaya ke Jogjakarta hari Senin malam tanggal 2 Agustus. Tapi tidak saya makan. Saya simpan di kulkas, menunggu saat yang tepat untuk dimakan. Saat yang tepat itu biasanya waktu makan siang.
Telur asin itu terbuat dari telur bebek asli. Sepertinya bebeknya juga peliharaan sendiri. Telur bebek satu ember diasinkan dengan campuran entah apa, biasanya sih tanah dengan garam dan mungkin juga jerami. Bebek siapa? Bebek Pak Shoddiqin. Beliau dulu supir ambulans waktu ibu saya masih bertugas di Puskesmas sebuah desa bernama Ngoro di wilayah Mojokerto, Jawa Timur. Sampai sekarang masih terjalin tali silaturahmi dengan beliau. Terkadang Pak Dikin datang ke rumah ibu saya membawa hasil bumi, atau hasil ternak. Telur bebek yang diasin ini salah satunya.
Dari tadi malam saya sudah terpikir ingin membawa bekal makan siang pasta dengan telur asin. Begitu saya bangun tadi pagi, selain merebus air panas untuk kopi sesembahan bagi si Prinscarming yang akan mengantar saya pergi bekerja, saya merebus air sepanci kecil untuk masak pasta. Yang tersisa di persediaan saya cuma jenis conchiglie. Fusilinya sudah saya habiskan kapan hari. Ihihihik.
Hari ini saya tidak menakar pastanya seperti biasa. Biasanya dua cangkir 150 ml. Hari ini entah berapa, mungkin 4 cangkir. Padahal mau saya makan sendiri. Ya sudahlah.
Air mendidih di atas api sedang, dituangi dua sendok teh garam, satu sendok teh minyak zaitun, sejumput oregano kering dan sekitar 4 cangkir pasta. Aduk sekali waktu untuk memastikan pasta tidak lengket satu sama lain.
Sementara itu saya merajang bawang putih dua siung, bawang bombay seperempat butir, satu butir cabai hijau yang saya buang isinya karena saya tidak punya paprika, dan sebutir cabe rawit biar pedas.
Satu sendok makan minyak zaitun saya panaskan dengan api sedang pada wajan anti lengket. Setelah minyak panas apinya saya kecilkan dan saya tumis itu bawang putih, bombay dan cabe rawitnya. Bersamaan dengan bawang jadi layu, pasta sudah siap dan saya tiriskan. Sambil meniris pasta saya masukkan itu cabe hijau ke dalam tumisan di wajan. Setelah agak layu itu cabai hijau, api saya matikan, pasta saya masukkan juga ke wajan. Tabur sejumput garam dan dua jumput merica sebelum saya campur jadi satu hingga merata.
Yeah. Tunggu dingin sedikit, baru dimasukkan wadah makan siang.
Jam setengah satu siang saya tambahkan sebutir telur asin, lalu semuanya saya makan dan habiskan! OHOHOHO!
Telur asinnya enak sekali. Masir kalau kata orang Jawa. Sayang betul tidak ada lime soda dingin. Pasti bsia tambah sedap makan siang saya hari ini. Ahahahaha...
Kenapa tidak masak nasi saja? Karena, masak nasi menyebabkan saya harus menunggu sejam sebelum nasi matang dan bisa dibawa di wadah bekal makan siang. Pasta cuma butuh waktu 5 menit untuk matang.
Kenapa tidak pakai mi instan? Bo... harus ya gue jawab? (siapa juga yang nanya... myeh)
Telur asin itu terbuat dari telur bebek asli. Sepertinya bebeknya juga peliharaan sendiri. Telur bebek satu ember diasinkan dengan campuran entah apa, biasanya sih tanah dengan garam dan mungkin juga jerami. Bebek siapa? Bebek Pak Shoddiqin. Beliau dulu supir ambulans waktu ibu saya masih bertugas di Puskesmas sebuah desa bernama Ngoro di wilayah Mojokerto, Jawa Timur. Sampai sekarang masih terjalin tali silaturahmi dengan beliau. Terkadang Pak Dikin datang ke rumah ibu saya membawa hasil bumi, atau hasil ternak. Telur bebek yang diasin ini salah satunya.
Dari tadi malam saya sudah terpikir ingin membawa bekal makan siang pasta dengan telur asin. Begitu saya bangun tadi pagi, selain merebus air panas untuk kopi sesembahan bagi si Prinscarming yang akan mengantar saya pergi bekerja, saya merebus air sepanci kecil untuk masak pasta. Yang tersisa di persediaan saya cuma jenis conchiglie. Fusilinya sudah saya habiskan kapan hari. Ihihihik.
Hari ini saya tidak menakar pastanya seperti biasa. Biasanya dua cangkir 150 ml. Hari ini entah berapa, mungkin 4 cangkir. Padahal mau saya makan sendiri. Ya sudahlah.
Air mendidih di atas api sedang, dituangi dua sendok teh garam, satu sendok teh minyak zaitun, sejumput oregano kering dan sekitar 4 cangkir pasta. Aduk sekali waktu untuk memastikan pasta tidak lengket satu sama lain.
Sementara itu saya merajang bawang putih dua siung, bawang bombay seperempat butir, satu butir cabai hijau yang saya buang isinya karena saya tidak punya paprika, dan sebutir cabe rawit biar pedas.
Satu sendok makan minyak zaitun saya panaskan dengan api sedang pada wajan anti lengket. Setelah minyak panas apinya saya kecilkan dan saya tumis itu bawang putih, bombay dan cabe rawitnya. Bersamaan dengan bawang jadi layu, pasta sudah siap dan saya tiriskan. Sambil meniris pasta saya masukkan itu cabe hijau ke dalam tumisan di wajan. Setelah agak layu itu cabai hijau, api saya matikan, pasta saya masukkan juga ke wajan. Tabur sejumput garam dan dua jumput merica sebelum saya campur jadi satu hingga merata.
Yeah. Tunggu dingin sedikit, baru dimasukkan wadah makan siang.
Jam setengah satu siang saya tambahkan sebutir telur asin, lalu semuanya saya makan dan habiskan! OHOHOHO!
Telur asinnya enak sekali. Masir kalau kata orang Jawa. Sayang betul tidak ada lime soda dingin. Pasti bsia tambah sedap makan siang saya hari ini. Ahahahaha...
Kenapa tidak masak nasi saja? Karena, masak nasi menyebabkan saya harus menunggu sejam sebelum nasi matang dan bisa dibawa di wadah bekal makan siang. Pasta cuma butuh waktu 5 menit untuk matang.
Kenapa tidak pakai mi instan? Bo... harus ya gue jawab? (siapa juga yang nanya... myeh)
Comments