Tragedi Upik Abu

Kalau saya bilang saya ini nggak jago masak, orang mengira saya merendahkan diri. Apa daya, memang itu adalah benar: saya bisa masak tapi saya nggak jago, dan memang saya merendahkan diri. HAH!

Akhir pekan yang lalu kembali saya menjadi hostess dalam sebuah pesta rumahan yang diadakan di kediaman Prinscarming. Yang datang adalah teman-teman saya main di Jogja, tapi sebagian besar peserta pesta rumahan itu adalah anggota komunitas online yang memungkinkan anggotanya saling menginap satu sama lain pada saat sedang bepergian (disclaimer: STD not included).


Untuk persiapan pesta, saya memakai gaun pesta super indah yang dijahit oleh tikus-tikus peliharaan saya di loteng rumah sementara Prinscarming mempersiapkan drum yang diubah menjadi alat panggangan yang dibuat oleh tukang las yang juga sahabatnya.

Akan tetapi, meskipun saya sudah bergaun indah, saya tetap menjadi upik abu. Sebagian besar waktu pesta saya habiskan meniup-niup dan mengipas-ngipas bara agar lancar jalannya. Hey! Tuktiktaktiktuktiktaktiktuktiktaktiktuuuk.... Ya, ya, ya, siapa suruh saya kipas-kipas seperti itu? Sebetulnya karena apa ya? Karena saya males duduk-duduk lantas ada yang komplen "Aduuh makanannya mana nih lama bener siiihh", sementara dalam undangan jelas tertera itu adalah pot luck yang mana artinya dalam Bahasa Indonesia kurang lebih "Ikutserta bersumbangsih dalam bentuk makanan dan minuman".

pengetahuan sosial: jikalau pestanya adalah barbeque, jangan harapkan makanan cepat saji

Ya, ya, ya, saya emang tukang komplen tapi nggak di depan orangnya. Malam itu upik abu juga merasa agak jengah melihat seonggok ikan hidup dalam kantong plastik dititipkan di bak cuci dapur Prinscarming. Ceritanya apa ya?

Ceritanya yang lain sudah membawa makanan yang gampang diolah dan tidak memerlukan perhatian khusus. Semacam terong, jagung dan jamur, yang bisa langsung dicuci, potong-potong, dibakar/goreng dengan perawatan sedikit bumbu garam dan bawang putih. Nah, cerita yang ini adalah seonggok lele hidup dalam kantong plastik. Siapa yang kira-kira mau (sesuai dengan urutannya):

a. menggetok si lele hingga modar

b. membersihkan isi perut si lele

c. membumbui si lele sebelum

d. menggoreng si lele dengan banyak minyak, atau

e. membakar si lele.

Nampaknya bukan orang yang membawa lele tersebut, pemirsa. Sampai pada satu titik, nona L yang gagah berani, dengan ditemani pacarnya abang A yang strong and silent type, membunuh itu ikan, membersihkan isi perutnya, membumbui dan menggorengnya. Akibat keberanian ini, tangan nona L terciprat minyak panas.

LHO? KOK BISA KECIPRATAN MINYAK, SIH?
Jika anda masih bertanya semacam di atas, jelas anda belum pernah menggoreng seeekor ikan pun dalam hidup anda, terutama ikan lele.

Terus terang, kalau misalnya nona L tidak melakukan itu dengan gagah berani, saya secara pribadi, dengan gaun pesta saya yang super indah, akan membuang isi kantong plastik tersebut di got depan agar mereka bisa terbebas berenang kian kemari.


Moral dari cerita ini adalah: Jikalau anda datang ke sebuah perhelatan yang berkode "Potluck", bawalah makanan yang sudah/mudah diolah. Tak usah banyak, minimal cukup untuk lima porsi. Dan pastikan makanan itu adalah makanan yang anda sendiri mau memakan/mengolahnya. Kalau situ merasa gak bawa makanan, jangan komplen kenceng-kenceng seakan-akan host dan hostess tidak sedang bekerja keras agar perut tetap terisi dan semua orang terhibur.



Catatan untuk diri saya sendiri: lain kali kalau ada potluck, tak perduli saya hostess atau tamu, saya akan minum-minum, ngakak-ngakak dan nggak perduli pada alat masak sama sekali. cuh.

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again