Self Esteem Ngalor-Ngidul

Hari ini Kamis. Nanti malam saya dan Prinscarming dan beberapa teman akan naik kereta menuju Malang, Jawa Timur. Kami hendak pergi ke sebuah pulau kecil di Selatan Malang: Pulau Sempu. Saya sudah ingin pergi ke sana setidaknya semenjak bulan Februari 2010 semenjak banyak mendengar cerita tentang laguna tersembunyi di selatan pulau tersebut yang konon super indah. Perjalanan ini sendiri sudah dirancang sejak sebulan lalu. Saya sampai ambil cuti dua hari khusus untuk perjalanan ini. Tapi apa yang terjadi?

Semenjak ditetapkan bahwa kami akan benar-benar pergi ke pulau Sempu, saya malah gelisah. Kegelisahan ini semakin meningkat ketika waktu keberangkatan semakin dekat. Misalnya saat mengetik entri jurnal ini, jemari tangan saya beku rasanya dan jantung saya berdebar kencang sekali.


Oh iya, tadi pagi memang saya minum kopi.

Tapi biasanya juga saya minum kopi dan efeknya tidak seperti ini. Saya sudah mulai tambah senewen semenjak hari Sabtu minggu lalu. Heu...

Ibu saya menelpon tadi siang untuk mengatakan bahwa ia mendengar cuaca di Malang akhir-akhir ini buruk sekali, sebaiknya tidak memaksakan menyeberang, jangan berenang, dan lain sebagainya. Beliau selalu melakukan ini tiap kali saya laporan akan pergi-pergi, dan saya tahu ia mencemaskan keselamatan saya sebagai ibu-ibu. Saat menerima telpon dan mendengar wejangan keselamatan ini, ternyata saya dalam hati merasa agak gondok. Untung dari dulu saya sering agak bandel, pergi tanpa pamit. Kalau saya betulan selalu menurut, mungkin saya seperti kantung kentang jamuran, nongkrong di rumah nonton tipi dan nggak ke mana-mana karena takut ini-itu. Atau lebih parah, pergi ke suatu tempat tapi terus di hotel/penginepan aja, dan hanya mengunjungi tempat-tempat "aman" yang notabene biasanya cukup membosankan karena berkaitan dengan kegiatan belanja leholeh de el el. Hal semacam yang terjadi pada kedua sepupu saya karena budhe saya jauh lebih bawel tentang wejangan keselamatan ini dibandingkan ibu saya.

Sementara itu, karena hari ini agak sepi, saya berusaha melakukan apa saja yang menghilangkan kecemasan saya yang semakin meningkat. Membaca teks yang sudah pernah saya kerjakan, atau yang kira-kira bisa saya kerjakan, tidak berhasil. Membuka jejaring daring yang tidak terblokir di jaringan internet kantor, tidak berhasil karena dalam sekejap saya bosan dan kembali dirundung kecemasan. Saya baca-baca ke sana kemari seperti kalut dan galau. Hihihi...

Seorang teman mencolek saya dan menunjukkan tautan ini, yang dengan segera membuat saya jadi teringat pada tautan yang satunya lagi. Teman saya yakin saya bisa. Saya yang sedang senewen tidak yakin apa-apa.
Self-esteem is a term used in psychology to reflect a person's overall evaluation or appraisal of his or her own worth. Self-esteem encompasses beliefs (for example, "I am competent" or "I am incompetent") and emotions such as triumph, despair, pride and shame. ...
--en.wikipedia.org/wiki/Self-esteem--
Dan karena saya cemen, maka kecemasan saya ternyata semakin meningkat walau tak menembus batas. Tangan semakin dingin, isi kepala semakin kalut, kata-kata semakin lebay.


Sementara itu laman untuk membuat entri jurnal masih terbuka di sudut dengan ruang putih kosong yang bisa diisi apa saja. Tadinya saya mau menulis tentang ketidakpercayadirian yang meliputi saya, tapi baru dua kalimat saya menghapusnya. Lantas saya mau menulis sepenggal adegan yang melibatkan bayangan yang melintas dalam kepala saya sesiangan, seorang cowok ganteng berbaju katun yang berjalan telanjang kaki di lantai parket dan pasir kelabu dengan gerakan yang lambat bagai melayang seperti bergerak di dalam air. Gagal. Baru dua kalimat saya merasa tidak sanggup menceritakannya. Kata-kata saya seperti adonan dadar gulung yang terlalu encer sehingga gagal dan tak berbentuk di atas penggorengan panas. Saya semakin gelisah. Semakin tidak percaya diri.

Akhirnya saya putuskan menceritakan kecemasan saya yang hendak berangkat naik kereta tengah malam nanti menuju Malang. Saya tidak tahu mesti menulis seperti apa jadi saya langsung, asal begitu saja.

Saya belum berkemas.

Saya belum mulai menulis lagi.

Saya ingin pulang dan tidur terus-menerus tiga hari tanpa mencemaskan ini dan itu.

Benda ini, sepertinya saya tahu setidaknya satu orang yang overdosis meminumnya...

Blah. Ini sudah jam setengah lima. Tanggal 29 Juli. 2010.

Selamat ulang tahun Lioni.

Ohiya, tangan saya sudah tidak terlalu dingin. Bagus lah!

Comments

matakakiku said…
Pulau Sempu, Malang,. hmm,. aku selalu merindukan Malang,. hati2 dalam perjalanan dan selamat Tanggal 29 Juli. :D
salamatahari said…
Pilihan kegiatan yg pas : Dlm keadaan begitu, nulislah ngalor ngidul. Kalo bisa juga, main musiklah ngalor ngidul. Atau nyanyi2lah ngalor ngidul.

Kadang kengalorngidulan musti diakomodasi justru untuk ngerapiin situasi ... hehehe ...
rid said…
ah,senangnya yang bisa traveling :)

mungkin karena terlalu semangat jadinya timbul rasa cemas yg berlebihan itu,hehehe
yg penting hati2 saja dan semoga liburannya menyenangkan :D
M. Lim said…
@matakakiku: terima kasih. perjalanan dilaksanakan dengan aman walau tidak sentosa. telapak kaki menderita.

@Dea: memang benar, menulis adalah terapi!

@rid: hehehe... semoga bisa terus traveling! Tapi kecemasan yang penuh antisipasi skenario terburuk ini berhasil membuat saya melewati petualangan dengan gagah berani. Ceritanya akan ditulis nanti... pulang dari liburan, kerjaan numpuk, huhuu...

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Monster Playgroup (Pt. 1)