Resensi Buku: The Historian (Elizabeth Kostova)

The HistorianThe Historian by Elizabeth Kostova

My rating: 3 of 5 stars


Perjalanan membaca buku ini sebetulnya sungguhlah panjang. Waktu saya masih menjadi pemburu buku di tahun 2007, buku in masuk ke dalam keranjang belanja saya bagaikan anugerah. Kondisinya masih sangat bagus bahkan nyaris baru. Karena saat itu saya berburu partai besar, mencapai tiga kardus, saya tak sempat benar-benar memeriksa isinya.

Begitu pun saat harus memasukkan ke data base, pekerjaan itu dibagi tiga agar lekas selesai dan kardus berisi buku tersebut tidak jatuh ke meja saya. Dua hari kemudian teman saya mendadak tertawa keras. Pantas saja kondisinya baru tapi harganya semiring buku yang sudah busuk. Duapuluh lembar hilang dari buku tersebut. Sepertinya kesalahan penjilidan. Walhasil buku tersebut dijual dengan harga super super super miring dan berakhir di pangkuan Demang Blanyuk yang Pemberani. Pemberani karena mau membayar untuk buku yang kurang 40 halaman.

Baru pekan ini saya berhasil membaca buku tersebut dengan tuntas. Nyai Masayu Sobowarung yang meminjamkan sebagai bentuk pertukaran pelajar, pekan sebelumnya ia meminjam novel cemen yang penuh coretan dari rak buku saya. Edisi yang saya baca adalah yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dan dicetak cukup cantik dengan sampul tebal. Nyai Sobowarung yakin saya akan suka membacanya.

Dugaan tersebut tidak meleset terlalu jauh.

Buku vampir yang terakhir kali saya baca adalah Eclipse yang merupakan bagian dari Twilight Saga nan kondang. Hanya sampai halaman duapuluh-sekian dan tidak saya teruskan karena berhari-hari saya tidak membuat banyak kemajuan akibat berulangkali ketiduran saat membacanya. Ini terjadi pada bulan Agustus 2009.

Kostova berbeda dengan Meyer. Jelas.

Perbedaan pertama terletak pada 10 tahun yang dihabiskan Elizabeth Kostova untuk menyelesaikan novel perdananya. Kalimat-kalimat yang diucapkan oleh para tokoh dalam novel ini memiliki makna, meskipun banyak yang mengkritik "the lack of tonal variation" yang artinya kurang lebih, narasi dan tiap karakternya bersuara nyaris sama. Kemudian yang terakhir, bisa dihitung dengan jari berapa kali karakternya horny, dan tidak satu pun penderita gairah seksual itu berjenis vampir.

Sesuai judulnya, Kostova berusaha mengisahkan tokoh horor populer ini dari sudut pandang sejarah. Ia membongkar latar belakang penciptaan Dracula yang ada dalam novel yang mempopulerkan si penghisap versi karya Bram Stoker. Latar belakang itu bernama Vlad Tepes Sang Penyula.

Saya membaca dengan cepat, dengan semangat. Setiap petunjuk yang muncul membuat saya geregetan, ikut gelisah. Sampai dengan setengah buku saya membaca dengan tekun. Lalu... lalu... lalu saya kecapean.

Narasi sepanjang buku ini bertumpuk tiga, dengan alur maju-mundur, sempat membingungkan karena tidak adanya perbedaan "suara" itu tadi. Tapi, karena buku ini adalah buku terjemahan, bisa jadi ketiadaan perbedaan "suara" terjadi karena kegagalan penerjemahan, bukan semata-mata ketidakmampuan Kostova menulis.

Konflik dan ketegangan yang terbangun hingga setengah buku sangat menarik dan mencekam, mengingat yang dibahas adalah kutu-kutu buku. Di dalam novel Kostova, kutu buku pun bisa sekeren Indiana Jones dalam beraksi. Sayangnya setengah bagian akhir novel ini membuat capai. Mungkin karena ketegangan yang terbangun tidak diimbangi dengan adegan-adegan yang sederhana dan relatif tenang, tensi yang meningkat malah diselingi dengan narasi panjang kilas balik yang tidak memberikan istirahat tapi memberikan kerja tambahan bagi otak untuk memecahkan teka-teki. Tiga bab terakhir sangat terasa antiklimaks.

Saya berhasil selesai membaca The Historian dalam dua hari. Sedikit kecewa pada epilog penutupnya yang terasa terlalu mudah dan lembek, tapi sangat merekomendasikannya pada penyuka buku berbagai usia. Jadi kutubuku itu lebih keren daripada jadi kutubuuk.

View all my reviews

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again