Belajar Mencintaimu Apa Adanya

Dulu aku menolak belajar mencintaimu walau Bapakku menyukaimu. Aku memilih yang lain, dan kemudian setelah bertahun-tahun, ternyata cintaku pada pilihanku sendiri itu tumbuh tapi tak berkembang. Malahan setelah sempat pulang ke rumah Ibuku, cinta pada pilihanku itu kemudian rontok layu.

Karena mengikuti mimpi aku bertemu denganmu, walau sebentar, dengan kesan yang tidak begitu baik.

Aku masih sempat mencari cinta yang lain, mengikuti tren masa itu. Di saat teman-teman sebayaku merasakan kasmaran dan gairah hidup, aku merasa hubungan itu makin hambar kurang garam. Aku tidak kunjung cinta dan malah jadi benci. Dalam keadaan seperti itu jelas toh, kalau aku memilih pergi.

Akhirnya, aku kembali padamu. Mengambil resiko, dengan peringatan Ibuku bahwa mungkin niatanku tidak murni padamu. Bahwa meski kau dekat tapi sebetulnya kau cukup asing dan jauh. Biarpun Bapak terlalu optimis aku akan sangat mencintaimu, aku masih bisa tetap skeptis dan tidak terlalu berangan-angan jauh seperti orang kasmaran mabuk rindu.



Jogja. Lewat setahun sudah aku menetap di tanahmu, meminum air dari sumbermu, menghirup udara dari pepohonan yang tumbuh padamu, dan memakan hasil keringatku yang menetes di punggungmu. Aku rasa sudah tepat aku datang tidak terlalu awal. Mungkin dengan begini kita bisa menjalin hubungan yang lebih sehat dan aman.



Iklan Keluarga Berencana ini disponsori oleh kantor Kumpeni melalui fasilitas listrik dan jaringan internetnya. AHAHEY! *alias semi magabut*

Comments

@dewikhami said…
Suka sekali dengan tulisan ini :)
M. Lim said…
terima kasih mimih :)
ribka said…
sama, aku juga suka .. ",)
M. Lim said…
makasih juga ribka :)
hihihik

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Main ke Desa