FF: Kala

Aku tahu dari awal bahwa yang kauinginkan adalah seorang anak lelaki.
Maka ketika Bara lahir, sudah sewajarnya kau mencintai Bara lebih dari Dara walaupun tentu saja kau tidak akan mau mengakuinya terang-terangan.
Sudah sewajarnya pula kau tidak mengungkapkan kekecewaanmu saat Dara ternyata lebih mampu memenuhi mimpi-mimpimu dibandingkan Bara, yang seperti tak paham arti di balik nama pilihanmu, malah layu sebagai kuncup yang bahkan malu untuk mekar.
Kemudian kau pun terpaksa harus menerima saat Dara, yang kecewa karena pencapaiannya selalu berarti kecil di matamu, memutuskan pergi dari rumah kemudian hancur seperti sebuah bangunan besar yang retak pondasinya, remuk  ambruk ke dalam.
Sementara, kuncup layu yang begitu kau puja itu berusaha hidup senormal yang ia harapkan, yang sayangnya, walau kau malu tapi tak mau mengaku, tetap tak akan pernah normal bagimu.

Aku?
Aku hanya duduk di sini setia menyaksikan setiap curah tinta yang digoreskan kedua anakmu. Sampai pada titik terakhir ketika mereka berdua pergi tak kembali dari sisimu.


Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Main ke Desa