Resensi 14 Blades



Bungkusan Mandarin, Cita Rasa McDonalds


**Perhatian: resensi ini tidak mengandung daging babi tetapi berisi spoiler!**

Saya dan omJ sedang menunggu-nunggu munculnya film Confucius di jaringan bioskop Jogja. Dibintangi Chow Yun Fat, yang sering disangka gemuk oleh orang bule padahal tidak. Tapi film itu tak kunjung turun, sementara kami haus hiburan. Jadilah 14 Blades ini kami tonton.

Buat saya film silat Mandarin adalah genre menyenangkan karena plot cerita dan aksinya berbeda dengan film aksi a la Hollywood atau Bollywood. Dramation menye-menyenya masih ada tentu. Mungkin karena bahasanya yang tidak dimengerti, sehingga kita bergantung penuh pada teks subtitel yang mencemari sudut bawah gambar, menyebabkan unsur dramation mandarin ini dapat ditoleransi.

Buat omJ, film silat Mandarin menyenangkan dan dia lebih memilih genre silat daripada aksi modern kalau menonton film berbahasa Mandarin, entah karena apa. Saya belum nanya. Tapi saya menebak karena dia dibesarkan dengan menonton film-film silat klasik. Mungkin rasanya seperti pulang ke rumah? Mungkin merasa gegar budaya melihat aksi silat yang tidak sesuai pakem?

Untungnya 14 Blades ini adalah cerita berlatar Cina Daratan Jaman Ming (...mungkin). Saya sendiri bersorak riang karena jagoannya Donnie Yen. Ceritanya tentang seorang Jenderal super sakti mandraguna layaknya ninja campur betmen, diperankan oleh, tentu saja Donnie Yen. Si Jenderal punya senjata maut serupa satu set pisau dapur dalam sebuah kompartemen kayu super praktis, yang saya yakin didesain oleh IKEA. Jenderal ini terlibat dalam sebuah konspirasi untuk mengambil alih kekuasaan kaisar oleh pangeran Ching.

Bang Dooooonnnn!!!

Pangeran Ching-nya diperankan oleh Sammo Hung. Kemunculan Sammo Hung di 10 menit awal membuat kami tertipu bahwa film ini mantap. Ternyata! Itu hanyalah hoax.

Sammo Hung hanya muncul di awal dan akhir film, itu pun saya yakin pengambilan gambar adegan Sammo Hung cuma butuh satu hari saja. Sementara 14 Blades sendiri biarpun berlatar klasik tapi cara bertuturnya modern. Jangan bayangkan Hero dan Crouching Tiger atau bahkan Curse of the Golden Flower untuk perbandingan 'modern' di sini. Bandingkanlah dengan Ultra Violet, atau film koboi, semacam itu. Aromanya sangat generik bagaikan burger mcDonald's.

Alkisah, kaisar yang sedang berkuasa tololnya luar biasa, kerjanya mabuk dan main wanita. Penguasa de fakto negara itu adalah sang wazir penasihat, yang ternyata tolol juga, karena dengan sogokan 1000 batang emas, ia merancang sebuah kudeta. Hal pertama yang ia lakukan adalah menyatakan bahwa seorang penasihat senior lainnya sebagai penghianat, dan mengirim Pasukan Pengaman Kekaisaran (Paspamkek) berupa ninja betmen ala Cina untuk menangkap si penghianat ini. Berbekal surat sakti dari kaisar tolol, ia menyuruh Jenderal utama Paspamkek melakukan tugas rahasia penangkapan, sementara tiga ajudan kepercayaan si jenderal dipencar ke dua tempat yang berbeda dengan dalih menjaga keamanan kaisar.

Jenderal Betmen Yen dengan kompartemen senjata tajam IKEA-nya melarikan diri waktu tahu misinya disabotase, pasukan ninja betmennya dihabisi setelah nyaris berhasil melaksanakan tugas rahasia itu. Salah satu ajudannya yang paling muda dan ambisius ternyata kena sogok juga dan membunuh dua ajudan lainnya. Pasukan ninja Betmen made in Taiwan itu pun memburu sang Jenderal Betmen Yen dengan bantuan seorang perempuan / penyihir misterius yang dikirim oleh Pangeran Ching.

Penjahatnya yang ini lumayan keren tapi tetep kurang nampol

Jenderal Betmen Yen berhasil pergi dari kota larangan dengan bantuan perusahaan kurir pengaman, macam Securicor jaman sekarang, yang namanya dong... "Pengawal Keadilan". Haa haa haa. Juragan perusahaan itu punya anak perempuan si putri Huang Zhou yang jodohnya agak seret. Langsung ketebaklah, nanti pasti putri Huang Zhou ini saling memprospek dengan Jenderal Betmen Yen.

Di tengah petualangan menyingkap konspirasi penuh fitnah, darah dan harta, muncullah tokoh Elang Gurun, garong muda budiman yang sepertinya muncul juga di cerita Journey to the West-nya Sun Go Kong dan diadaptasi juga di Dragon Ball. Aduh, dasarnya film ini lebay ya, setiap si garong ini muncul dengan jurus terbangnya, gue antara ngakak dan geli melihat udel pemerannya.

ihiiyyy... six pack niyeee...

Ujung cerita, baik wazir penasihat mata duitan, maupun ajudan ambisius, semuanya terkena tulahnya sendiri. Sementara sang Jenderal Betmen Yen pun akhirnya "lewat" setelah menggunakan jurus pamungkas yang tidak pernah dipakai kecuali terdesak, yaitu bilah pedang sakti ke 14. Cieeh... Preet...

Tak ketinggalan sepanjang film ini berbagai dramation dan adegan pamer kulit dan otot dan pandang-memandang a la film Twilight.

*hela nafas*

Akhir kata, film ini memang menghibur, tapi lebih baik nunggu bajakannya saja, atau minjem aja daripada buang bandwidth buat mendownload.

Kalau kata omJ "Kok banyak adegan buek-nya ya?" dengan nada antara datar dan heran. hihihi.

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again