The Hurt Locker

Pasti Rasanya Sakit Kalah Keren Sama Mantan Istri


Yang memilih film bukan saya, tapi Nyai Tembi yang perkasa. Senin ini beliau merayakan hari Senin dengan maraton film. Malam-malam saya diSMS, Ikan Pindang, besok saya sama T dan T mau nonton Hurt Locker 12.30 Inglerious Basterds 15.00. Ayamrebusnya sudah disms.
Yang dimaksud Ayam Rebus tentu saja adalah omJ yang sedang saya karyakan dan sudah sedengkul bergelimang EYD dan dhapuran keris.

Saya sudah bilang pada omJ bahwa, there is no way I am going to go and see Basterds on the big screen. Saya mengakui Tarantino itu sutradara sedeng, dan saya kagum pada filmnya, tapi saya tidak tahan menonton besutan Tarantino, kecuali Kill Bill. Meskipun Tarantino bukan pembuat film thriller. Meskipun saya biasa tahan nonton film bergenre gore. Ada sesuatu dalam film Tarantino yang membuat saya gelisah gak tahan dan mual, meskipun adegannya masih berupa percakapan gak penting khas Tarantino dan belum adegan gore.

Jadi, ha. Karena dia sudah saya karyakan, bolehlah saya traktir dia nonton maraton, sekalian hadiah ulangtahun :) Sementara menunggu omJ menonton Basterds, saya buat saja resensi sambil menikmati wifi dahsyat dari toko buku seberang.

Kami masuk bioskop terlambat karena saya berkeras makan dulu sebelum berangkat. Film sudah berjalan sekitar 10 menitan, dan sudah pada adegan tengilnya Staff Sargeant William James menjinakkan bom anti tank yang pertama-tama dikira hanya satu, ternyata dirunut tarik kabel... ada segerombol layaknya ketela mukibat.

Tadinya saya pikir film ini akan penuh adegan dar-der-dor penuh heroism seperti Black Hawk Down, tapi ternyata film ini cukup sunyi tanpa banyak noise yang berarti dan heroisme yang mendentum-dentum. Makanya dalam resensi film ini saya masukkan kategori drama. Drama tentara Amerika yang terdampar di negara orang. 

Biasanya saya suka sebal dengan musik latar yang membuat gelisah, tapi ternyata film ini, tanpa musik latar pun sudah membuat saya gelisah. Hampir 40% film saya habiskan dengan kedua kuping saya tersumbat, dan sekitar 30% dengan hanya sebelah mata saya yang terbuka sedikit. Tegang boooo!

Pengambilan gambar dengan gaya hand-held camera-nya cukup ramah di mata. Biasanya gaya pengambilan hand-held membuat saya yang cenderung vertigo menjadi cepat mual dan pusing, tapi tidak di film ini. Gambarnya juga bersih. OmJ berkomentar positif juga untuk bagian ini.

Film heroik perang Amerika biasanya penuh dengan dramation berlebih, dengan dialog yang super nasionalis Amerika dan membuat penonton non Amrik nyengir aneh. Karakter-karakter dalam film ini terasa cukup nyata tanpa dialog berlebih semacam itu. Kalimat klise semacam "I am not ready to die, man." baru dikeluarkan nyaris di ujung film, dan itu pun tidak dalam kondisi karakter yang mengucapkannya sedang berlumur darah dengan usus terburai-burai. Kalimat klise itu terdengar sangat wajar dan sangat manusiawi. Saya sampai nangis. Kurang ajar sekali Kahtryn Bigelow. Pantesan aja lah dia yang menang!

Adegan favorit saya ada beberapa, tapi nanti spoiler. Yang jelas saya bersorak waktu ada kejutan munculnya bintang film Inggris ganteng penggemar nenek-nenek di tengah-tengah cerita. *slrps* 

Karakter favorit saya adalah Sargeant JT Sanborn. Kayaknya dia goldar A deh :P

Apakah saya pingin nonton lagi? Ya, tapi nggak terlalu niat, kalau kebetulan lihat di TV, tidak akan saya ganti salurannya untuk nonton Spongebob. 

Secara keseluruhan, film ini bagus :) Empat Bintang! ****

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again