Duduk Sama Tinggi, Rebah Sama Rendah

Kangen punya meja yang besar dan kursi yang nyaman. Semenjak pindah-pindah mengikuti kata hati yang dimulai pertengahan tahun 2006, saya nggak punya meja lagi buat kerja


Waktu masih ngekos di KGU 16 sempat punya meja komputer dan kursi kerja yang pas tingginya, sudutnya, dan kenyamanannya. Letaknya di sudut dekat pintu masuk kamar, menghadap keluar jendela, dengan rak buku di sisi kiri dan sebuah lampu baca kuning menempel di tepi rak itu. Rasanya sedap betul nongkrong di situ.

Di rumah Yang Mulia Ratu Alam Semestaku, di kamar saya di lantai dua, saya memang punya meja buat kerja. Meja itu meja belajar lama, Olympic, bongkar pasang, sudah bersama saya sejak 1988 sepertinya. Sudah ikut pindah rumah dua kali. Tapi ketika pindah lagi ke Jakarta lalu ke Bandung lalu ke Jogja lalu ke Jakarta, lalu ke Jogja lagi sepanjang 2007-2009, selain di tempat kerja, saya gak punya meja kerja di tempat tinggal saya.

Sekarang memang berkat Meg saya bisa ngetak-ngetik di mana saja. Termasuk di dapur, sambil nungguin panci isi masakan di atas kompor. Tapi nggak ada yang bisa menggantikan meja buat kerja. Sudut khusus yang isinya sampah dari kepala saya. Hahaha.

sangat futuristik, bakal ketiduran gak ya pake ini?

Karena pemalas, seringkali saya buka Meg sambil tengkurap. Tentu saja ini tidak sehat. Seringkali jadinya malah ketiduran. Atau gak ketiduran tapi terus mata pegal, pundak pegal, lengan pegal, pinggang kaku. Kadang-kadang Meg saya buka lalu ditaruh di pangkuan sambil sayanya duduk selonjoran. Sayangnya permukaan duduk harus enak, kalau gak enak pantatnya pegal, kalau di atas kasur... err... saya jadinya pengen tengkurep... nah kalau sudah tengkurep... hahah lingkaran syaiton.

Sambil berharap punya meja kerja lagi, mungkin sedikit visualisasi akan merumuskan yang saya inginkan, dan kemudian alam semesta akan menjawab doa saya... (hayah!)

Kursi yang di atas itu kayaknya didesain dengan konsep ergonomis. Kayaknya nyaman. Akan lebih nyaman lagi kalau bantalannya itu bisa memijat. Hmm, sambil bekerja sekalian dipijat juga. Sedaap.


Kalau meja yang di atas itu mungkin sebetulnya didesain untuk gambar, tapi bentuknya cukup asik buat nulis. Di papan itu bisa ditempelkan aneka macam sampah yang suka saya kumpulkan. :) hore. Ditambah dengan kursi yang empuk dan bisa distel ketinggian dan derajat kemiringan sandarannya... ohyeah!



Kalau yang di atas ini, hahaha kemungkinan besar kalau suatu hari nanti punya rumah sendiri, sudut kerja saya akan nampak seperti ini. Penuh. Penuh. Penuh dengan sampah. Kalau ini tempat saya, itu sudut yang kanan itu, yang masih kosong itu, akan penuh dengan berbagai tempelan kertas tulisan, stiker, gambar guntingan majalah, artikel koran, foto, bekas bungkus makanan yang menurut saya aneh, dan seterusnya.


Nah, gambar yang terakhir ini sedikit mengingatkan pada sudut kerja saya di KGU 16. Sedikit. Karena waktu itu saya pake desktop PC, bukan mesin tik. hihihi.

Ah itu lagi yang saya pengen. Mesin tik.

Jadi ingat. Saya mau bikin wishlist ah.

Comments

@dewikhami said…
HAAAAAAAAAAAAAAA. Ini enak sekali dibacaaaa!
Saa...yaaa juga mau punya meja dan kursi yang nyaman! *bukannya duduk di atas kasur palembang dan nongkrongin lepie di meja pendek, uh!*

Wishlist, wishlist, wishlist! Saya juga butuh. *mau belajar nulis tanpa teraniaya dengan keinginan menggebu*

Wishlist saya yang nulis 365 sampah dalam satu tahun saja susah sekali dipenuhi T__T

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Main ke Desa