Jula Juli Suroboyo pt 4


Jumat! Saatnya pulang!
Tadinya waktu menjemput omJ mau sekalian beli tiket buat pulang besoknya, BUT! Little did we know there would be difficult to find a train ticket for Friday, during the beginning of a long weekend, to a city known as a popular holiday destination. Kita harus balik ke stasiun kereta di hari H, sedikit lebih pagi, jadi bisa dapet tiket buat Jumat siang, paling enggak Jumat sore.

Sesudah Ibunda Ratu Alam Semestaku menunaikan pekerjaannya di pagi hari, dan adik gue diantar bokap ke Airport pagi-pagi (hari itu dia pergi bersama rombongan ibu-ibu dan bapak-bapak jalan-jalan akhir pekan panjang), kami pun diantar ke stasiun Gubeng buat mencari tiket. Sesudah dapat, kami makan siang dulu di Soto Gubeng Pojok :) nyem nyem. Nah!

Dalam perjalanan pulang mendadak muncul ide untuk mengunjungi Madura.
JEJENG!

Seperti yang sedang ramai diberitakan, akhirnya selesai juga proyek 19 tahun tak kelar-kelar itu: el Jembatan de Suramadu yang menghubungkan pulau Jawa dengan titik asal Surabaya, ke pulau Madura dengan titik tujuan yang masuk dalam wilayah kabupaten Sampang. (kalo gak salah eheh).

"Memangnya sempet?"
Bokap bilang dia dan adik gue udah nyobain, Nyokap belum karena waktu mereka udah semangat mau jalan-jalan nyobain jembatan itu, jembatannya ditutup. Heh. Mobil kami belok dan sekitar 20 menit kemudian sudah ngantri di pos bea lewat Jembatan. Bayar 30 ribu.

Jembatannya cukup keren, kayaknya lebih keren lagi di malam hari waktu lampu sorotnya nyala. TAPI,... kata nyokap sebagian besar lampu sorot Jembatan yang di bagian bawahnya sudah hilang digondol maling. Beserta juga berton-ton besi pelindung jaringan kabel optik yang dipasang menumpang struktur jembatan itu. Gue nonton di berita. Selain itu entah berapa karung mur dan baut yang dicolong juga. YA AMPUN!!!! kreatif bener. Pas kami liwat pun nampak beberapa pekerja mengelas itu mur baut supaya ga bisa dicolong dengan mudah. Jembatan segede itu, banyak dong murs dan bautsnya.

Kadang jembatan Suramadu ini ditutup dengan alasan angin laut terlalu membahayakan buat menyeberang. Ini bikin manyun orang yang mau lewat kembali ke Surabaya atau Madura. Nyebrang lewat jembatan hitungannya lebih murah daripada nyebrang pakai ferry, yang selain kendaraannya dihitung, perkepala juga kena biaya tambahan. Bokap bilang bisa jadi itu ada persekongkolan antara pengurus jembatan dan para pemilik ferry penyeberangan, cuma biar usaha ferry itu nggak mati.

Di tengah-tengah jembatan Suramadu, angin berhembus bau laut :) Gak nyampe 15 menit kami sudah mendarat di tanah Madura. Kiri kanan jalan besar empat lajur dua jalur itu masih sepi, paling-paling ada beberapa warung sederhana yang berjualan minuman. Menurut berita yang gue baca di koran, petak-petak tanah ini sudah habis laku dan harganya melambung. Begitu juga petak tanah dekat jembatan yang terletak di ujung lain jembatan di Surabaya. Banyak orang yang membelinya untuk membangun toko dan tempat usaha.

Sisi jembatan Madura gersang, tanahnya putih karena banyak mengandung kapur, ini sih sudah karakteristik Madura. Sementara sisi jembatan Surabaya jauh lebih padat dan lebih hijau walaupun sama aja panasnya kalo menurut gue sih.

Kalau kami mengikuti jalan raya terus maka kami akan sampai di Sampang. Tapi itu udah jam 11 dan gue parno karena tiket kereta kami berangkat jam 4 sore. Jadi kami pun balik lah ke arah Suramadu menuju Surabaya. Angin laut lagi. Hmmm...Gue ketiduran sampai rumah. Hihihi.

Setelah beres-beres brak bruk brak bruk sempat teler ketiduran sebentar, langsung ke stasiun, dan tuut tuut... naik Mutiara Selatan tujuan Bandung untuk turun di Jogja jam setengah sepuluh malam. Ohyeah.
Surabaya lagi waktu lebaran. Siap-siap antri tiket mudik ohyeah.

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again