Jula Juli Suroboyo pt 3



Hari Rabu omJ memastikan kedatangannya ke Surabaya pakai kereta Kamis siang, dan rencananya kami bakalan balik ke Jogja Jumat siang naik kereta lagi. Habis menjemput si omJ di stasiun Gubeng, kami jalan kaki ke Surabaya Plaza, alias Delta Plaza, mencari sesuap makanan yang bersahabat. Tadinya mau ngajakin makan soto depan stasiun, tetapi sepertinya omJ agak gak minat. Nyokap menyarankan by phone untuk mencari tempat makan yang tidak mengecewakan di Delta. Setelah muter-muter kayak bego gue menemukan tempatnya, dan kami pun makan rujak cingur, yang kata omJ "Lebih enak yang di Jogja ah." Cih.


Abis makan kenyang karena di luar masih terik, kami nyangkut di Excelso. Berdua mengeluarkan laptop. Buset. Hahaha. Excelso Delta adalah tempat nongkrong bapak-bapak. Dulu waktu masih SMA dan sering main ke plaza satu ini (berhubung sekolah gue deket aja lah dari situ), biasanya remaja nongkrong di mcD yang terletak di ujung lain plaza, dan malas melewati Excelso karena ya itu tadi, isinya bapak-bapak. Dan kami... nongkrong di situ... ngopi. Gaya bener.

Tadinya pulang dari situ gue berencana mau naik angkot line N lagi tapi kebelet boker sangat mengganggu sehingga akhirnya.... kami naik taksi. Jumawa sepekan, boleh lah.

Untungnya cuaca sedang bersahabat, cerah benderang tapi nggak terlalu gerah. Waktu malam juga nggak sepanas yang dicemaskan. Tapi nyamuknya tetap banyak. La La La La.

Setelah sampai di kandang Buaya, omJ ternyata baik-baik saja. Tidak dicacah siapa-siapa. Kami pergi ke rumah Mamah (budhe gue dari nyokap) Kamis malam dan tetap baik-baik saja. Mamah dan sepupu gue nampaknya terpesona pada sipitnya mata omJ. Keluarga kami memang sempat bercampur dengan genetik asli chayna (yang konon terdampar di Madura hihih) sehingga bisa terlihat unsurnya, entah rambut yang ekstra lurus, mata yang cukup sipit, kulit yang lebih kuning cerah dan bukan sawo matang, di beberapa orang dalam kerabat besar. Simbah sipit, Mamah dan om yang bungsu sipit. Mata eke yang belo'? Itu dari keluarga bokap.

Merasa ada kesamaan fitur wajah, terjalin keakraban yang mencairkan suasana di ruang tamu Mamah yang bau kucing.

Tapi kami gak terlalu lama di sana karena supir taksi Zebra yang mengantar kami keukeuh menunggu di luar dengan imbalan mematikan argo. Gue gak enak membiarkan dia nongkrong di depan lama-lama dengan argo mati. Aneh rasanya. Atau, mungkin juga pada dasarnya gue parnoan, takut ditipu di belakang. Jadi kami pamit setelah eke merasa mulai keringetan, dan melanjutkan kabur ke Galaxy Mall.

Galaxy Mall ini saudara-saudara, adalah pusat perbelanjaan yang cukup besar dan mewah yang terletak di kompleks perumahan yang juga besar dan mewah. Kalau mau ilustrasi, yaa bisa dibandingkan dengan Pondok Indah Mall yang terletak di Pondok Indah. Kalau Pasar Atom dikenal sebagai pusat perkulakan besar yang didominasi oleh etnis cina, maka Galaxy Mall ini adalah kelas high-end nya.

Isi mall ini, yaaaa... sama lah ya kayak mall lainnya di dunia. Gitu-gitu aja. Tapi di sini ada Sushi Tei! Alhamdulillah! Kalau ini sih karena gue yang ngidam selama kurang lebih... berbulan-bulan. Hehehe. Sushi for me dan kalau nggak salah omJ makan udon. YAY! Sebetulnya pingin sashimi tapi maklumlah perutnya perut Jawa, jadi kalo gak pake nasi rasanya is ora nendang. Meski demikian, gue jumawa dan gak mesen roll California yang porsinya lebih gede, karena itu kurang Jepang. Kekekek... Gue pesen sushi roll minimalis, hanya diberi alpukat dan salmon dan sedikit wasabi.

Ita da kimasu!


Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again