Ketel Air, Semangkuk Kentang Rendang dan Menara Dadar

Hari itu, hari apa ya itu, minggu lalu itu, rasanya urusan di kantor adalah seperti seketel air yang mendidih. Panas dan penuh meletup-letup tutup. Daripada homanyunho, langsung saja membuat janji dengan orang-orang untuk makan sampah. yeah, I'm an emotional eater.

Yang sukses diajak bersekongkol adalah Ubi, karena Iie tidak bisa dadakan dan Lioni males geser pantat all the way from blok M. (Bert Ditsky di Belanda dan Bert di Bandung, so cannot ajak-ajak)

Sampai di sana ada yang rekomen pasta dan Ubi rekomen kentang sambil kami berdiri-diri menunggu didudukkan oleh pelayan. Nampak Pancious penuh padahal bukan malam akhir pekan. Ah, makanan apa tadi? Kok pasta kok kentang? Kan mau makan pancakenya!

..kasian tuan, saya belum pernah makan pancious, tuan, kasian...

Kami didudukkan akhirnya setelah sekitar 15 menit, cukup untuk menentukan apa yang mau dipesan. Gue mau mencoba kentangnya karena nampak lezat aduhay, dan baiklah Ubi akan memesan pancake dengan citarasa eskrim dan bailey's.
witness the monstrosity

hap hap... Kami berjalan masuk untuk duduk di tempat yang disiapkan. Baru dua langkah, lho kok ada Marko. Setelah basa-basi, dia nunjuk ke meja di sebelah meja yang akan gue duduki di mana Ubi sudah berada di sana dengan tidak sabar menunggu memesan. Itu dia Thalia. Reuni dadakan di Pancious? Nggak juga. Mereka nampak sibuk bergunjing dengan teman masing-masing dan gue antara lapar dan masih menahan ketel air mendidih itu.

Yak, pesan. Yak makanan datang. Yak langsung serbu.

Pancakenya lembut. Ya ya. Tapi gue juga bisa kok bikin pancake lembut :P Yang harus istimewa memang toppingnya ya ya ya. Es krim dengan siraman sirup karamel dan bailey's (yang terakhir itu nyata cuma seupil kuantitasnya, pastilah karena muyhull) dan oh oh kacang almon :) Senyum pun lebar HAH HAH HAH tawa berderai derai. Ketel air mulai berhenti meletup-letup.

Oh kentang kecil-kecilnya itu. Ya ya itu kentang rendang. Dipanggang dengan butter dan rempah daun-daun dan oh oh merica sepertinya. Lalu disuwir di atasnya daging asap. Nyam. Panas-panas demikian dia dicocolkan ke mayones yang sudah dicampur rajangan chives. SEDAP.

Sesudahnya sambil Ubi merokok dan gue koret remah-remah, kami bicara serius sekali. ah ya, serius sekali mengenai beda mengisap rokok dan mengisap tai.



Jam sepuluh kurang sedikit kami pulang. Perut kenyang.

Ketel air sudah dingin. Yak siap dijerang kembali di atas bara besok hari. Siap.

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again