Jika Matamu Adalah Jendela Jiwamu Maka Jendelamu Adalah Mata Jiwamu?


Gue menghabiskan malam tidak bisa tidur dengan mengintip. Mengintip kesana kemari, tidak yakin mencari apa. Mungkin karena gue ga punya TV.

TV memungkinkan orang mengintip leluasa kehidupan nyata orang lain yang bagaikan mimpi. TV memungkinkan orang mengintip tentang kehidupan nyata yang bagaikan mimpi (buruk). TV, teknologi, cikal bakal korupsi jiwa, baik yang diintip maupun yang mengintip.

Apa tadi? Kenapa gue nggak punya TV? Karena sekarang nonton film bisa di laptop. Kalau sedang pingin nonton TV ya bisa nebeng tetangga. Nonton TV nebeng tetangga bisa mempererat hubungan sosial dan tali silaturahmi. Tentunya, waktu nonton bukan pada saat tetangga sedang tidur atau apa lah masa-masa pribadi yang tak layak jika dicampuri.

Kembali ke mengintip, apa ya kepuasan yang didapat dari mengintip? Apakah memang kepuasan yang didapatkan dari mengintip? Sepertinya orang mengintip karena mereka merasa ada yang kurang. Mereka merasa harus mencari pembanding, untuk sekedar meyakinkan bahwa benar memang ada yang kurang (berarti kurang percaya diri, deh ya). Mengintip membuat mereka bisa melakukan perbandingan ini (dengan objek yang diintip tentunya) tapi secara tersembunyi, ya namanya juga ngintip.

Wah.

Gue kadang ngintip ke dalam rumah orang-orang melalui jendela mereka. Seperti yang gue lakukan di malam tidak bisa tidur. Gue gak yakin apa yang gue cari. Ya, rasanya ada yang kurang, tapi nggak tau apa.

Jendela. Kenapa gue gak ngintip lewat lubang pintu aja? Atau dari lubang di dinding? Kenapa harus jendela?

Kalau kata Wikipedia:
A window is an opening in a wall (or other solid and opaque surface) that allows the passage of light and, if not closed or sealed, air and sound. Windows are usually glazed or covered in some other transparent or translucent material. Windows are held in place by frames, which prevent them from collapsing in.
The word Window originates from the Old Norse ‘vindauga’, from ‘vindr – wind’ and ‘auga – eye’, i.e. "wind eye". In Norwegian Nynorsk and Icelandic the Old Norse form has survived to this day (in Icelandic only as a less used synonym to gluggi), while Swedish has kept it—mostly in dialects—as ‘vindöga’ (‘öga – eye’). Danish ‘vindue’ and Norwegian Bokmål ‘vindu’ however, have lost the direct link to ‘eye’, just like window has. The Danish (but not the Bokmål) word is pronounced fairly similar to window.
Window is first recorded in the early 13th century, and originally referred to an unglazed hole in a roof. Window replaced the Old English ‘eagþyrl’, which literally means ‘eye-hole,’ and ‘eagduru’ ‘eye-door’.

Oke. Jadi jendela punya hubungan erat sama mata. Kalau mata bisa dianggap sebagai jendela menuju jiwa, perasaan yang sebenarnya, kalau menggunakan mata untuk mengintip isi jendela, artinya jadi bagaimana ya?

Rumah Yang Mulia Ibunda Ratu Alam Semestaku di Surabaya punya banyak jendela. Seandainya rumah Yang Mulia Ibunda Ratu Alam Semestaku bukan di kompleks perumahan di perkotaan yang padat, mungkin rumah itu akan punya lebih banyak jendela lagi. Yang Mulia Ibunda Ratu Alam Semestaku nggak suka rumah yang ventilasinya buruk. Seperti sarang TBC, begitu beliau bilang.
Rumah yang gue anggep rumah sekarang, di Jogja, cuma punya dua jendela. Jendelanya kecil, di dalam rumah, di dinding antara dua ruangan. Membuka dari ruang dalam yang ditinggali, ke ruangan depan yang dikosongi. Dari ruangan dalam ke halaman belakang hanya ada beberapa lubang ventilasi, bukan jendela. Dari ruangan depan ke halaman depan rumah adalah sederet pintu, yang hanya dibuka kalau mau keluar atau masuk rumah saja. Dua jendela kecil itu tidak bisa dipakai mengintip orang lain.
Malam tak bisa tidur dan kemudian mengintip. Gue belum nemu apa yang kurang, gue kadang malah mengagumi jendelanya. Tapi yang sudah gue lihat pun, dari balik jendela-jendela itu, adalah mimpi buat gue. Mimpi buruk dan mimpi bagus nggak bisa dibedain, campur aduk kayak cendol.

Itu dia! Mimpi! Itu dia yang kurang!

Jelas! Gimana sih gue ini? Malam tak bisa tidur, bagaimana gue bisa mimpi?

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again