Semakin Murah SPP Sekolah, Semakin Beracun...
Kemarin malam saya pulang dini hari lagi karena banyak hal.
Saya pergi ke Puri Indah karena ingin melihat yang indah-indah, dan menemani Lioni yang harus semi-bekerja, semi-refreshing.
Sesudahnya kami menemui satu lagi teman yang nampaknya sedang bosan dan butuh perspektif baru. Ketemuannya di Sarinah Thamrin. Lantas kami ke kosan Lioni karena ingin melihat bayi Pug baru dan ingin nongkrong di tempat yang lebih ... eh paling tidak relatif nyaman :p
Keinginan gagal karena bayi Pug baru sedang dibawa jalan-jalan mama manusianya. Ah, masih bisa ngobrol. Sambil kami ngobrol, sambil saya menulis, sambil bermain dengan Romus dan Hazel yang kedua mama manusianya tidak kunjung pulang.
Pukul 1 dini hari saya baru pulang diantarkan sampai depan gang kosan. Kosan baru. Yang baru saya pindahi Senin malam itu.
Di kamar, sambil tengkurap saya meneruskan menulis, diseling ngerumpi dengan omJ, tapi lalu saya ketiduran.
Tadi pagi saya bangun antara telat dan tidak, jam 7:15. Setelah mandi saya berangkat. Jari saya sempat terjepit pagar. Lama perjalanan masih sama dengan kemarin, 45 menit dengan lalu lintas padat tapi tidak tersendat. Yang potensial makan waktu cukup lama adalah menunggu bus nomer 45 trayek Blok M-Cililitan di terminal blok M. Jari saya snut sut. Hiks.
Di dalam bus saya teringat sesuatu. Mungkin memang ada beberapa hal yang akan saya rindukan dari kosan lama saya di Benhil. Di sana dikelilingi sekolahan. Biasanya saya bersiap pagi-pagi sambil mendengarkan berbagai suara dari TK, SD, SMP. Ada yang belajar main musik, ada yang belajar menghafal surat-surat pendek dari al-Quran, ada yang tertawa menjerit-jerit, ada yang upacara, ada bapak guru yang sabar, ada ibu guru yang stress, ibu Kepala Sekolah yang pidatonya mengesankan beliau clueless, dan macam-macam lagi.
Oh ya, dan sebagai konsekuensi dari adanya berbagai sekolah itu, banyak warung deket kosan lama yang menjual berbagai snek khusus anak sekolah. Biasanya warnanya cukup berani, dan rasanya cukup ajaib, dan sukar ditemukan di supermarket mana pun. Benda-benda beracun nan nikmeh yang hanya bisa ditemukan di dekat sekolahan. Semakin murah biaya SPP sekolahnya, semakin ajaib sneknya.
Di ujung jalan Haji Jian ada Sekolah Matahari, tapi saya ragu snek yang dijual di warung sekitar situ akan seberacun dan senikmeh snek yang dijual di warung di ujung Gg. Sekolahan Jl. Danau Limboto.
Saya pergi ke Puri Indah karena ingin melihat yang indah-indah, dan menemani Lioni yang harus semi-bekerja, semi-refreshing.
Sesudahnya kami menemui satu lagi teman yang nampaknya sedang bosan dan butuh perspektif baru. Ketemuannya di Sarinah Thamrin. Lantas kami ke kosan Lioni karena ingin melihat bayi Pug baru dan ingin nongkrong di tempat yang lebih ... eh paling tidak relatif nyaman :p
Keinginan gagal karena bayi Pug baru sedang dibawa jalan-jalan mama manusianya. Ah, masih bisa ngobrol. Sambil kami ngobrol, sambil saya menulis, sambil bermain dengan Romus dan Hazel yang kedua mama manusianya tidak kunjung pulang.
Pukul 1 dini hari saya baru pulang diantarkan sampai depan gang kosan. Kosan baru. Yang baru saya pindahi Senin malam itu.
Di kamar, sambil tengkurap saya meneruskan menulis, diseling ngerumpi dengan omJ, tapi lalu saya ketiduran.
Tadi pagi saya bangun antara telat dan tidak, jam 7:15. Setelah mandi saya berangkat. Jari saya sempat terjepit pagar. Lama perjalanan masih sama dengan kemarin, 45 menit dengan lalu lintas padat tapi tidak tersendat. Yang potensial makan waktu cukup lama adalah menunggu bus nomer 45 trayek Blok M-Cililitan di terminal blok M. Jari saya snut sut. Hiks.
Di dalam bus saya teringat sesuatu. Mungkin memang ada beberapa hal yang akan saya rindukan dari kosan lama saya di Benhil. Di sana dikelilingi sekolahan. Biasanya saya bersiap pagi-pagi sambil mendengarkan berbagai suara dari TK, SD, SMP. Ada yang belajar main musik, ada yang belajar menghafal surat-surat pendek dari al-Quran, ada yang tertawa menjerit-jerit, ada yang upacara, ada bapak guru yang sabar, ada ibu guru yang stress, ibu Kepala Sekolah yang pidatonya mengesankan beliau clueless, dan macam-macam lagi.
Oh ya, dan sebagai konsekuensi dari adanya berbagai sekolah itu, banyak warung deket kosan lama yang menjual berbagai snek khusus anak sekolah. Biasanya warnanya cukup berani, dan rasanya cukup ajaib, dan sukar ditemukan di supermarket mana pun. Benda-benda beracun nan nikmeh yang hanya bisa ditemukan di dekat sekolahan. Semakin murah biaya SPP sekolahnya, semakin ajaib sneknya.
Di ujung jalan Haji Jian ada Sekolah Matahari, tapi saya ragu snek yang dijual di warung sekitar situ akan seberacun dan senikmeh snek yang dijual di warung di ujung Gg. Sekolahan Jl. Danau Limboto.
Comments