Ini Dia Seniman Muda yang Perduli Masa Depan Bangsa



Kali ini mengenai seniman muda berbakat caleg...

Karya yang paling membuat saya tergugah dalam Bandung Art Now tersebut adalah dua dari tiga karya video yang dibuat Yusuf Ismail alias Ucup.

Ucup adalah orang yang rajin menulis blog di Multiply, biasanya berisi cerita-cerita semi mabuk yang membuat pembacanya tertawa. Di balik cerita-cerita semi mabuknya, seringkali tertangkap kesan bahwa Ucup sedang mengkritik sesuatu, biasanya isu sosial politik ekonomi dan budaya yang sedang hot dibahas saat itu. Atau, bisa jadi, Ucup sedang bosan saja, tidak bermaksud lebih dari sekedar memamerkan ketidakwarasannya dengan sengaja. Atau, bisa jadi tersimpan pesan subliminal dalam blog Multiply Ucup yang mendorong pembacanya untuk mencalonkan dia menjadi anggota legislatif.

Dalam Bandung Art Now, Ucup memamerkan satu karya video dan dua karya video instalasi.
Video Instalasi yang berjudul Laugh (kayaknya salah sih.. yang bener apaan sih Cup?) menggunakan dua televisi. Satu TV menayangkan rekaman orang tertawa terbahak-bahak. Di atas TV yang ini terpasang sebuah kamera micro yang merekam ekspresi orang yang sedang memperhatikan rekaman orang tertawa terbahak. TV kedua tersambung langsung dengan si kamera video, dan menunjukkan ekspresi wajah orang-orang yang sedang memperhatikan TV pertama. Idenya tidak asing, dan seandainya cara memajang kedua TV itu lebih direkayasa sedemikian rupa, mungkin efeknya akan lebih mengena; lingkaran tawa tiada henti yang menular.

tapi Iie nggak ketawa, jadi gimana saya mau ketawa liatnya?



Instalasi video Ucup yang berikutnya juga sederhana. This is What is That terdiri dari sebuah TV menayangkan berulang-ulang video dokumentasi yang dibuat Ucup tentang dirinya sendiri yang sedang melihat-lihat, menawar, dan kemudian membeli tiga lukisan kanvas di Jalan Braga, Bandung. Ketiga lukisan tersebut dipajang di belakang pesawat TV.

Karya tersebut terasa sangat erat berhubungan dengan video yang dipamerkan Ucup, satir tentang iklan layanan SMS yang menampilkan berbagai kurator, yang kebetulan semuanya satu almamater dengan Ucup. Kurator-kurator tersebut; Asmujo Jono Irianto, "Ucok" Aminudin TH Siregar, Heru Hikayat, Rifky Effendy a.k.a Goro, dan Agung Hujatnikajennong, mengiklankan diri sendiri agar penonton mengirimkan SMS berisi pesan "Reg Spasi" yang sudah dikenal, diikuti jargon yang merupakan ciri khas masing-masing kurator.

Video tersebut lumayan kocak, dan bertambah kocak terutama bila penontonnya mengenal seperti apa para kurator yang menjadi bintangnya.


Seniman Muda Faisal Habibi dan Seniman Muda Yusuf Ismail mengapit karya yang menampilkan kurator senior "Ucok" Aminuddin TH Siregar


Kedua video tersebut buat saya lumayan pedas gugatannya. Mungkin juga sesungguhnya saya merasa takjub karena seakan-akan Ucup memahami isi pikiran saya dengan membuat karya tersebut, takjub karena merasa diwakili. Ya, katanya Ucup ini mau jadi caleg. Saya akan mendukungnya karena dia sudah mewakili salah satu aspirasi saya.

Singkat kata, saya cari-cari si Ucup dengan dada berdebar. Rasanya seperti penggemar yang mau ketemu bintang sinetron andalannya. Ketika akhirnya ketemu, karena Ucup yang berbakat jadi caleg itu sadar ia harus selalu bisa ditemukan dan dihubungi para pendukungnya untuk bisa berdialog--sengaja memakai pakaian merah mencrang motif bunga sepatu yang bisa dikenali dari jarak 2 km--, saya segera bertanya padanya, "Video spasi reg itu, kok [para kurator itu] mau [diabadikan aibnya dalam video] sih?"
Jawaban Ucup yang pendek membuat saya terpana, "Mau lah. Orang mereka bangga kok! Kan masing-masing ada ciri khusus yang dibanggakan!" Kata Ucup seraya menghampiri penggemarnya yang lain setelah menjabat tangan saya.

Berikutnya, ada 3 lukisan cat air berukuran 1 kali 0.7 cm yang dibuat oleh Cinanti Astria Johansjah alias Keni.

Waduh ini sih asli bersambung besok aja....
Photos courtesy of Novani Nugrahani dan masih mencomot tanpa ijin dari Facebook Faisal Habibi, atau Ucup, lupa...

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again