Pootie Tang, Sine Your Pitty on the Runny Kine, Tebby Chai!


Pernah dengar film berjudul Pootie Tang? Belum? Ya… saya nemunya juga kebetulan. Film ini diproduksi tahun 2001 dan saya sendiri baru melihatnya tahun 2007.


We have with us today a man who is so much a part of the culture...
that he scarcely needs introduction.
Pootie Tang.

Film ini adalah proyekan Louis CK, salah seorang penulis skrip untuk acara komedi paling terkenal seAmerika; Saturday Night Live. Malahan, sebetulnya Pootie Tang adalah salah satu karakter yang diciptakan untuk show SNL: seorang pahlawan pembela kebenaran sekaligus artis rekaman yang berbicara dengan bahasa aneh yang susah dimengerti, tak lupa sekaligus model panutan anak-anak. Untuk contoh betapa antiknya Pootie Tang, ia mengatakan hal-hal semacam: “Sine Your Pitty on the Runny Kine”, “You a baddy daddy lamatai tebby chai”, “canapan to the semachai”, dan “Sa da tay!” Lebih aneh lagi, semua orang nampak seperti memahami apa pun yang dikatakan Pootie Tang. Ini tentu saja karena Pootie Tang itu super keren!


Pootie Tang and his gang will sine your pity in the runny kine! Sadatay!

Dalam film layar lebarnya, Pootie harus menumpas Dick Lecter, CEO perusahaan korporat besar yang berusaha membuat anak-anak merokok, minum minuman keras dan makan makanan cepat saji

Plot ceritanya cukup sederhana: ya itu tadi, Pootie harus melawan Dick Lecter yang membuat anak-anak tercemar dengan kebiasaan yang tidak sehat itu. Selain itu ia juga diincar Dirty Dee, yang bajunya necis gaya dan naik mobil bagus, tapi semuanya kotor coklat berlumur tanah dan lumpur.

Sepanjang film ditunjukkan juga latar belakang Pootie Tang, tentang bagaimana dia bisa mewarisi Sabuk Sakti yang dia gunakan untuk mengepreti penjahat. Pootie adalah piatu sejak ibunya, Mamma-Di meninggal. Daddy–Tang, ayahnya, membesarkannya sendirian. Suatu hari Daddy-Tang diserang gorilla lepas di tempatnya bekerja. Sebelum kematiannya, sang ayah memberikan ikat pinggangnya yang sakti mandraguna dengan sebuah pesan, jangan main perempuan atau si Sabuk akan kehilangan kekuatannya.

Begitulah, Pootie lantas terpikat pada seorang cewek seksi, tentunya kaki tangan musuh. Bagaikan Austin Powers yang lemas tak berdaya karena diambil saripati Mojo-nya, pun Pootie Tang menjadi tidak keren dan merasa rendah diri sehingga ikat pinggang wasiat itu pun berhasil direbut darinya oleh Dirty Dee. Pootie Tang yang kalah lalu lari ke pedesaan dan bekerja sebagai buruh tani. Ia menanam jagung dan memakai ikat pinggang seadanya dari tali tambang.

Keadaan di kota menjadi makin buruk semenjak Pootie Tang menghilang. Semua orang merokok, makan junkfood, tidak olahraga, nonton TV terus dan tidak membaca buku. Daddy-Tang di surga, yang tidak rela melihat hal semacam ini merajalela, muncul di hadapan anaknya untuk memberikan ilham. Adegan ini mengingatkan kita pada penampakan Mufasa ke Simba di film Lion King. Akan tetapi, jika adegan dalam Lion King itu terasa mengharukan, adegan penampakan Daddy Tang tersebut dengan sukses membuat penonton ternganga. Daddy Tang menampakkan diri dalam bentuk tanaman jagung yang ditanam Pootie. Ia menasehati Pootie bahwa kesaktiannya terletak tidak di ikat pinggang wasiat, tetapi dalam dirinya sendiri.




-Up here, Pootie.
Hey, watch the leaves.
-Daddy?
- You damn right I'm your daddy.

Menyadari hakikat dirinya ini, Pootie pun segera kembali ke kota, menghajar Dirty Dee hingga penjahat tersebut menjadi bersih, bajunya menjadi putih cemerlang, juga mobilnya menjadi kinclong. Pootie lalu mengambil kembali sabuk saktinya dan dengan segera menjadi super keren seperti sedia kala. Jelas Pootie pun kemudian menang juga melawan si penjahat ekonomi Dick Lecter dan menyelamatkan warga Amerika dari kebodohan, kemalasan, dan kegemukan.

Film Pootie Tang ini benar-benar guilty pleasure. Setting dan aktingnya yang nampak sangat murahan, jalan cerita yang kelewat sederhana, dialog si jagoan utama yang tidak bisa dipahami, dan secara garis besar nuansa kenorakan berlimpah-limpah dari awal sampai akhir, membuatnya pantas masuk kategori film buruk. Tapi herannya, mata tidak bisa lepas dari layar dan tangan tidak tergerak memencet remote untuk memfast-forward atau lantas mematikan DVD player. Malahan tanpa sadar kita tersenyum-senyum, atau malah mendadak tertawa terbahak-bahak setelah sempat berceletuk “apaan sih?” mungkin lebih dari satu kali.

Satu kali? Ah sebetulnya mengoleksi DVDnya dan menontonnya berkali-kali juga tidak apa-apa.

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again