MANIFESTO: Pameran Besar Seni Rupa Indonesia 2008

Entah ada yang sadar atau tidak, tapi biasanya kalau anda-anda sekalian pernah bertemu dengan kami pasti tak menyangka bahwa kami yang selalu nampak radikal dan anarkis sebetulnya menyimpan semangat nasionalisme, bahkan mungkin juga patriotisme di balik tumpukan lemak dan ketidakacuhan ini.

Mungkin pernah juga melihat kami menertawakan upaya pemerintah membangkitkan rasa memiliki dalam generasi muda dengan gegap gempita kampanye Visit Indonesia 2008, tetapi lihat, tetap berjargon bahasa Inggris. Juga, dengan nada lebih patriotis: Peringatan Satu Abad Hari Kebangkitan Nasional, tapi lalu gagal menjelaskan konteksnya, harus bangkit dari apa. Oh ya, bisa jadi kami tertawa tapi dalam hati sebetulnya kami sedih dan putus asa. Oh ya, bisa jadi kami tertawa karena sedang ingin tertawa saja.

Karenanya kami datang ke sebuah proyek besar, pameran seni rupa MANIFESTO yang dibuka di Galeri Nasional, Jakarta, tadi malam. Tentu saja datang terlambat, karena kami ini gemar juga menertawakan birokrasi dan segala macam upacaranya. Lalu setelah bertegur sapa dengan beberapa orang yang kebetulan kenal, kami masuk melihat-lihat.

Saya tidak ingat kapan terakhir kali datang ke sebuah pameran seni rupa dan merasa sesenang tadi malam. Selain karena jumpa dengan teman yang sudah lama tak jumpa, rasanya seperti euphoria, seperti mabuk melihat banyak karya yang bagus.

Bagus? Iya, bagus. Sampai saat pulang ke kamar kos pun beberapa masih terbayang di balik kelopak mata saya. Ya, saya belum pernah melihat begitu banyak karya yang bagus sampai-sampai rasanya seakan-akan saya bangga jadi orang Indonesia.

Tidak paham seni rupa juga tidak apa-apa. Sungguh tidak ada salahnya mencoba datang ke Galeri Nasional di suatu senja, dan menghabiskan waktu dalam ruang-ruangnya yang berpendingin udara, menikmati berbagai bentukan rupa karya seni. Ada lebih dari 300 karya di Galeri Nasional, pasti ada yang akan mencuri perhatian, memberi inspirasi, membuat berdecak kagum, menerbitkan senyum, merangsang rasa mual, dan sebagainya.

Pameran Manifesto ini berlangsung sampai dengan tanggal 15 Juni, Galeri Nasional terbuka untuk umum, gratis, jam 10.00 - 20.00.

Informasi yang lebih konseptual di balik penyelenggaraan pameran Manifesto dapat dilihat di sini.

Ini oleh-oleh dari pembukaan pameran semalam.


Jompet Kus Widananto tersipu saat Lioni menyebutkan nama Garden of the Blinds.




Yogie kami kenal di Bandung



Lezat!



BTW, Bambang Toko Witjaksono. Sapa dia kalau ketemu di jalan ya.



Mas Ari, artisan jagoan. Sayang kami tidak melihat Lik War.



Konferensi Batak dari Tanah Sunda. Tiarma Sirait dan Lioni punya langganan pedagang hanbok yang sama di Gede Bage. Maya baru kami kenal malam itu.

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again