Mencari Identitas 2

Bisakah manusia hidup tanpa identitas?

Manusia memiliki kecenderungan untuk mencari persamaan dan perbedaan di antara mereka, melakukan semacam identifikasi melalui imitasi dan lain-lain. Kemudian untuk sebuah persamaan mereka berkumpul membentuk kelompok. Ini mungkin juga merupakan insting primitif. Dalam kelompok, perburuan maupun pertahanan diri akan lebih berhasil daripada sendiri. Dan untuk mendapatkan kerja kelompok yang sukses dalam kedua upaya itu, masing-masing anggota kelompok harus sehati dan sepikiran. Dengan kata lain cocok. Dengan kata lain ada kesamaan.

Begitu kena sensus pemerintah, kamu jadi punya identitas. Kartu Tanda Penduduk adalah tanda identitas. Seperti juga halnya kartu identitas lainnya, entah itu kartu tanda anggota persewaan komik, atau kartu nama.

Katakanlah, kamu tidak merasa perlu akan KTP. Persetan taik kucinglah kartu identitas itu! Terlepas dari apakah identitas yang "dipaksakan" ini memiliki arti atau tidak pada kamu, tergantung sepenuhnya pada pemikiran kamu. Tetap saja, identitas kewarganegaraan ini sudah mengikatmu pada sebuah set kewajiban, sebuah pembatasan.

Sebal dan marah terhadap identitas yang dipaksakan itu, kamu yang merasa tidak membutuhkan identitas Indonesia, lantas memutuskan untuk pergi saja lah dari Indonesia.

Kamu lantas mengetahui bahwa untuk pergi ke luar wilayah Indonesia, kamu akan dimintai tanda identitas tersebut, walaupun kamu memilih untuk tidak beridentitas.

Hal di atas terjadi bila kamu meninggalkan Indonesia dengan cara yang "normal" (ah, apalah artinya normal itu), dan legal. Kamu bisa saja dengan sukses menghindarkan diri dari legalitas formal yang normal, dan pergi keluar dari Indonesia dengan ilegal. Selamat!

Atau mungkin tidak selamat? Karena saat menginjak wilayah selain Indonesia, kamu tetap akan dimintai identitas. "Dari mana anda? Kenapa datang ke wilayah ini?"

Katakanlah kamu lantas mengatakan "Saya sudah muak beridentitas orang Indonesia, makanya saya datang kemari."

Negara itu, misalnya saja namanya Kampret, ceritanya memahami alasan kamu, mengijinkan kamu tinggal dan menerima kamu sebagai warga negaranya yang bila kamu tolak, ya kamu harus keluar dari negara Kampret. Selamat! Another imposed identity for you! Congratulations, you are a Kampretian now!

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Main ke Desa