002

Sedang meriang.

Sebetulnya sudah tahu sih bahwa hal yang suka gue lakuin itu bisa dikomersilkan. Tapi bahwa bisa sekomersil itu, tidak tahu, bahkan terpikirkan saja tidak.

Untuk 12 kali pertemuan kelas menulis, sebuah lembaga berani mematok harga 2 juta.

2 juta rupiah!

Jaminannya adalah draft novel yang tuntas dan bisa ditawarkan kepada penerbit.

2 juta rupiah per orang. Itu artinya sekitar 160ribu untuk satu kali pertemuan. Kalau kelas itu terisi lima orang saja... sudah berapa keuntungan yang diraup?

Sementara itu gue dan temen-temen berjibakutai dan sering tekor buat ngurusin si bayi.

Dan pas gue ke Bali juga, bule-bule itu bilang "You should get paid for your time."

I know. Itu adalah yang paling realistis. Saya juga butuh makan. Tapi 160 ribu? Gue nggak tega. Hasil ngamen gue aja nggak sebanyak itu sekali-kalinya. Gila. Dan gue yakin ada tuh yang ambil program itu, yang 2 juta itu. Sinting.

Banyak jalan menuju selebritas sastra. Salah satunya adalah membayar 2 juta. Ya sih, kalau sudah tertahbiskan jadi selebritas sastra, 2 juta itu nggak akan ada artinya.

Dunia ini sudah gila. Gila!


The blurry glamour of celebritiness

Soal selebritas sastra lagi. Ya, gue juga pengen jadi selebritas sastra. Tapi gue nggak mau keluar uang dua juta. Terus gimana? Gue udah suka nulis dari lama. Temen gue dari SD juga udah tau kalo gue suka nulis. Bayangkan! Sudah selama itu! Gue sudah bisa menerima pujian dengan lapang dada sekarang. Kalau ada yang bilang "tulisan lu bagus" ya iyalah, gue nulis dari kecil gitu. Masalah apakah gue sudah pernah terbit atau belum udah nggak relevan lagi dalam bahasan ini. I deserve the praise (and the critics too) and I'm fully aware of this.

Makanya gue suka sensi kalau tiba-tiba ada yang main sama si bayi dan terindikasi pengen jadi selebritas sastra instan. Lha kok nyimut? Kok sepenuhnya bergantung pada factor luck dan factor X? Dan ini mengerikan juga buat gue. Kesannya arogantsche bener eike.

Ini bukan sekalinya gue ngomel-ngomel begini. Pernah si cunguk balik ngomelin gue: "Sebetulnya kamu mau jadi apa sih? Fokus dong, kalau kamu serius! Do something about it!"

I know I lack of focus. And often lack of competitiveness. But I'm dead serious about my love of writings. Can you tell?



Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again