Gajah Penguntit

Ya, bener, lu bisa liat otak gue dari sini, kan?
Gara-gara ada kenangan kompetisi yang nggak terselesaikan, kayanya gue dianggap seseorang sebagai stalker a.k.a penguntit.

Jadi begini,
sebagai remaja tanggung yang kutu buku, upaya mencari uang jajan lebih diarahkan pada mengikuti lomba-lomba berbahasa Inggris di seluruh Surabaya. Salah satunya adalah kompetisi tahunan di Universitas Kristen Petra yang cukup bergengsi dengan hadiah yang besar.

Waku itu ada satu tim dari luar Jawa, terdiri dari tiga orang, dua perempuan satu lelaki. Nah yang cowok ini bule. Pas penyisihan gue bete banget karena ngerasa, ya iyalah dia bahasa Inggrisnya jago, wong dia ini bule gitu lhooooo.
Untuk memperpendek cerita, gue nggak masuk final, tapi si bule ini masuk. Terus pas dia dipanggil ke panggung, kenapa namanya nama Bali banget dan nggak ada unsur bulenya? "Kalau nggak salah ibunya Inggris atau apa gitu, bapaknya orang Bali" Jawaban muncul dari peserta yang duduk di sebelah gue, namanya Michael, dan dia dari sebuah SMA katolik di Jogja. Si Michael ini namanya bule, muka dan logatnya jawa banget. Kontras banget sama si bule Bali, makanya gue inget dia.
Terus, yah...si bule cuma dapet juara dua apa tiga gitu, soalnya yang menang SMA Petra. Biasa...
Tapi dalam hati gue, berkobar sebuah semangat, "tahun depan aku akan ikut, dan aku akan menghadapimu di final!!!"
Bukannya sengaja nyari nih, tapi hampir setahun kemudian, suatu pagi pas baca koran, gue liat nama dia di kolom kecil, menang beasiswa ke Singapura...LHO??? Beneran si bule Bali itu?? Kayanya sih iya, gitu pikir gue. Wong nama dan SMAnya sama kaya si bule Bali itu. DARN! Berarti nggak bisa ketemu dia lagi di kompetisi itu dongggg!!
Penasaran ini terbawa dan terkenang sampai lama, soalnya emang jarang banget gue ngerasa segitu kompetitifnya. Bayangkan! Kalau bisa menang dalam kompetisi berbahasa Inggris melawan orang yang lidah ibunya memang Inggris... apa bukan pencapaian itu namanya? (SMA Petra nggak masuk itungan walopun mereka juara satu, soalnya... biasa....)
Taunya di Ubud kemaren ini gue menemukan si bule Bali 11 tahun yang lalu itu dong!!

Hai Kadek Khrisna! Tau nggak, 11 tahun yang lalu gue geregetan pengen ngalahin lu... blah...

dan besoknya, kayanya dia jadi ngehindarin gue... hahaha... kayanya mikir, "gila ni cewek stalker banget, sampe tau gue dapet beasiswa ke Singapura dan masi diinget2 sampe sekarang. Sebelas tahun yang lalu gitu loch!" atau sesuatu yang senada sama itu, atau entahlah...
Buat menghilangkan praduga bahwa gue GR, gue berusaha melambai dan senyum pas papasan sama dia... bo... buang mata aja lah dienya!
Hiks...antara sedih dan bete... Kayanya salah gitu kalo gue punya kenangan masa SMA yang menurut gue menarik dan gue inget-inget dan penasaran, dan taunya gue ketemu lagi sama orangnya 11 tahun kemudian, dan saking takjubnya dengan kebetulan ini lantas ngasih tahu si bersangkutan.

Yasudslah... padahal menurut gue ini bisa jadi cerita yang menarik seandainya endingnya bahagia dengan "akhirnya mereka menjadi teman dan mengadakan kompetisi berbahasa Inggris untuk mengobati rasa penasaran Mirna." In which I won, of course...

Blah

Comments

Anonymous said…
Hm, keinginan yang engga tercapai bisa jadi cerita what if yg bagus loh, soalnya ngejar impian juga kan?

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again