Pindah.. ke Bali


Nggak ada yang bilang kalau pindah itu gampang.

Setelah memutuskan buat balik ke Surabaya, keputusan itu ternyata berpengaruh besar ke mental. Butuh waktu lebih dari seminggu buat ngebongkar isi kamar buat disusun di kotak-kotak kardus, dikirim ke Surabaya. Dan itu pun akhirnya banyak banget yang dibuang dan ditinggal.
10 kardus dan dua buah tas, satu kandang hamster berisi satu ekor hamster. Ini memang pilih kasih, tapi cuma Min si Minti yang dibawa. Semua ini ke Surabaya.
Satu buah sepeda, poster wastu Romo Mangun, dan satu buah kontainer plastik, semuanya disimpen di tempat Les Petites.

Dan yang lebih dodol lagi, pas akhirnya semua barang itu dah dikirim, dan tinggal pulang naik kereta, TG gue jatuh di mobil temen dan kebawa ke Jakarta....
Akhirnya nggak berTG GSM, mengandalkan si CDMA semata. Berhubung di luar Jawa Barat nggak ada ESIA, sementara yakin benar itu yang namanya ibunda mulia ratu alam semestaku bakalan ribut kalo anaknya ini nggak bisa dihubungi, maka si CDMA remek itu bernomorkan FREN.

Hal pertama yang dilakukan begitu sampai rumah adalah mandi, makan dan tidur. Rasanya capek banget dan selama hampir seminggu udah nggak beres tidurnya. Sorenya, kardus gelombang pertama dateng. Lima kotak. Berikutnya, tiket pesawat P.P. Syukur puji Tuhan ada rejeki, walopun pengen banget naik kereta aja, bersama si Minti.

Selasa siang mulai naik ke lantai dua dan mulai nandain barang apa aja yang mau dibuang. Lantai bawah ditanganin si adik. Tumben dia mau bersih-bersih dengan rapi... huh! Kardus gelombang dua dateng lumayan siang. Empat kotak. Selasa malem nggak bisa tidur sama sekali. Gelisah berat. Bolak-balik naik turun buat ambil barang atau ngembaliin barang. Sering bengong di tengah rumah, soalnya lupa mau ngapain setelah beberapa langkah. Kok kaya kucing.... Ransel rapi jam 4 pagi. Tidur akhirnya.

Rabu tanggal 27 bangun jam 7 pagi... snooze sampai jam setengah delapan. Jam 10 berangkat ke Juanda, walaupun tiket jam satu lebih sepuluh. Sang Ibunda ratu alam semestaku bersabda bahwa kekacauan Lapindo bikin jalur Waru dan sekitarnya kacau. Nyatanya lancar-lancar aja. Cih... udah gitu pesawatnya delay satu jam, dan aroma roti boy bikin kepala pusing. Tangan dan kaki dingin gara-gara tegang. Daripada daripada, diem-diem menenggak setengah dosis antimo. Mendadak di TV ada berita terbaru, rel jalur Mutiara Timur anjlok. HUAH! Heibats kali mak aku itu, dia ramalkan itu aku ndak boleh naik kereta sama dianya. Okey... semua pertentangan dalam kepala, soal bepergian secara fancy dengan naik montor muluk dibandingkan naik kereta yang murah meriah dan merakyat, langsung lenyap.
Sampai di Ngurah Rai jam empat waktu setempat. Waktu keluar, teringat Chris berdiri di pilar membelakangi exit doors, malam bulan Agustus itu. Dia pakai kaus lengan panjang warna ijo biru, jins, dan docmart andalannya kalo lagi pengen gaya. He squeezed me tight as if wanting to absorbed me right then and there. Hmmh... I miss him I really do.

eniweys, dijemput Dede, dan dengan percaya diri dan tak akan ragu lagi kami berkeliling Denpasar abis naruh ransel di kosan dia.
lalu terjadilah rentetan pertemuan yang nggak banget dengan orang-orang yang nggak kalah nggaknya.

Warung Itali, dengan nona C... "heh... jauh-jauh awak ke Bali... ketemunya sama orang Bandung" begitu yang terlintas dalam pikiran. Tapi itu baru awal dari segalanya!!!

Hari kedua festival, hari ketiga di Ubud, heh... ketemu nona N dari Bandung ... dan tak kalah bututnya, pria A yang kemudian berpuisi nan "sastrawi" di sebuah Casa Pasta, dan membuat bule-bule terpesona. Owkeeyy.....yang dia ulangi lagi (kegiatan bersajaknya, puisinya beda) dua malam berikutnya di Jazz Cafe. Hmh.... I know some people who would rather do something very violence were they in my position. HAH!

Dan puncaknya adalah tanggal 4 pas udah balik ke Kuta lagi... gue ketemuan sama Dede di tempat temennya. Dan temennya Dede adalah nona A alias si Mak Bongky.

Booo ini seisi Bandung pindah ke Bali ya???

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again