The Dynamic Duos

Mbak Danthe dan Gita duduk di sebelah gue waktu workshop pertama gue. Gita umurnya 20, mahasiswa tingkat akhir sastra jawa UI dan lagi bikin skripsi. Mbak Danthe, ibunya, kerja di Femina Group buat majalah Parenting.

Annie Martin duduk di sebelah gue waktu workshop kedua gue. Umurnya baru 12 tahun, kebangsaan Kanada, tinggal di Jakarta, dan dia dateng dianter ibunya, Liz. Dia pengen jadi penulis yang serius, sementara Liz pengen tahu bentuk tulisannya sendiri gimana.

Dynamic Duos ini rajin dan semangat banget ikut workshops dan main event programs, baik bersama maupun terpisah. Sampe sirik lho. I wish my mom was there. Walaupun hal yang beginian bukan style Ibunda ratu alam semestaku dan jelas banget beliau nggak bakalan mau naik turun tangga karena kakinya sakit, sementara Ubud itu tempatnya tangga. Ke atas ke bawah, ke kiri, ke kanan, semuanya pakai tangga. Dukungan sih tetep gede, tapi kayanya nggak bakalan mungkin ngajakin Ibunda ratu alam semestaku pergi ke acara bersawah dan berbudaya begini.

Gue bilang ke Liz, yang mulia Ibunda ratu alam semestaku pernah marah besar waktu gue jatuhin mesin tik dia (yang dia beli pake uang warisan dari bapaknya yang mati diabetes), gara-gara waktu umur 5 gue nggak bisa nulis pake tangan, tapi pengen bikin cerita berjudul Puteri Alam Semesta abis nonton StarWars the Empire Strikes Back. Tapi terus yang mulia ibunda ratu alam semestaku itu pas gue umur 14 beliin komputer jangkrik yang gue lego di Bandung 5 tahun kemudian, soalnya gue selalu tengkurep diem-diem malem-malem buat nulis cerita dan ngabisin entah berapa tumpuk buku tulis, supaya tulisan gue bisa dicetak dan dikirim ke majalah atau koran gituuu. Dan bahwa gue ngerasa, dukungan buat penulis itu bagus banget, soalnya gue selalu merasa mendapat dukungan dari yang mulia ibunda ratu alam semestaku.

Waktu sesi workshop karakter, dan proto-Jenderal Kecil muncul, Annie adalah salah satu yang bilang pengen tahu lebih banyak soal si Napoleon junkie ini. Gue merasa tersanjung. Annie sendiri lagi nulis novel sebuah kerajaan fantasi the Castle of K. Heybats! Waktu gue umur dua belas tahun, tulisan dalam jurnal gue hanyalah seputar komik yang pengen dibaca, kegiatan menari yang lagi digandrungi, dan bubur ayam bikinan yang mulia ibunda ratu alam semestaku.

Gue dan Gita sama-sama ngefans Sapardi Djoko Damono dan langsung kompak. Pas Sapardi diajak ngobrol Ikranegara di Indus, gue dan Gita heboh banget duduk di depan. Sibuk bisik-bisik pengen nguntit Sapardi dan foto bareng Ikranegara. Kaya groupies band tahun 60an.

Mbak Danthe ngajakin makan siang dan gosipin workshop di Indus bawah waktu ternyata sesi workshop puisinya dibatalin. Foto-foto di teras yang menghadap sawah di bukit dan gunung.

Memang sih gue sendirian dan masih sirik soalnya nggak ditemenin emak gue, tapi rasanya seneng para Dynamic Duo itu kadang membiarkan gue jadi bagian mereka.

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again