A Little Girl who Can Not Smile
Gue sedang cemas.
Menjadi seseorang yang pemurung dan tertekan adalah keahlian gue yang paling teruji. It's my treat. My specialty skill. Andaikan dalam sebuah game RPG, maka gue adalah karakter yang kekuatannya adalah magic, entah natural druid atau malah mage, yang aliansinya hitam. Kalau vampir menyerap HP, maka gue memancarkan negativism energy yang membuat HP lawan menyusut dengan drastis. save Point sangat tinggi alias nggak bisa di-counter attack. Radiusnya memang pendek, tapi yang kena bener-bener nggak bisa saving throw. Pasti kena. Dan HP menyusut dengan persentase yang berbeda, tapi berakumulasi setiap turn, sepanjang serangan itu dilancarkan. Bahkan yang spirit pointnya paling tinggi pun terpengaruh. Ahahaha! Ngeri banget nggak tuh?
Kembali ke bahasan yang sesungguhnya: entah kenapa rasa murung dan tertekan ini mendadak menarik banyak energi negatif. Dan yang lebih aneh lagi, justru pada saat gue nggak lagi murung (walaupun memang tertekan)
Ceritanya begini... Pada suatu sore kami semua para anggota arisan ini berkumpul di garasi. Lumayan banyak yang datang. Hati gue sebetulnya lagi cukup girang karena sambungan jarak jauh sama si CHP entah kenapa terbentuk lagi. (ehm... permisi... "entah kenapa", ya? e? ehehe?)
Sore itu hadir juga Mandosh yang di akhir pekan sebelumnya sempat gue racuni dengan yang memuakkan dan busuk-busuk manis. Bangkai cinta masa lalu gue dalam bentuk rajutan puisi kanibal dan daur ulang. Sepertinya HPnya cukup terkuras. (AHAHAHA)
Dengan praduga tak bersalah, gue menyilahkan seorang cewek untuk membacakan puisinya... yang ternyata... 6 halaman panjangnya, dengan spasi 1.5! (sama bo sama punya gue), dan isinya adalah gerundelan putrid mengenai cinta remaja yang nestapa (lebih bau bangkai punya gue sih). Terus yang lebih ironis lagi, sore itu jadwal arisannya adalah rasa senang... JDUENG!!!
Nggak ada yang menang kecuali gue sama si David, pemuda Rock Prince itu. Yang lainnya pada muntah darah kena serangan jenazah cinta remaja. Nggak ada yang bisa merasa senang. Dengan luar biasa, Mandosh, yang memiliki kekuatan matahari terbit dan tenggelam di atas kepalanya yang botak, tetap bertahan!! Dia sempat batuk darah, tapi masih berhasil dapat point. Padahal dia udah gue serang pake puisi bangkai itu sebelumnya!!! Hebat... hebat... memang Mandosh itu imhotep banget.
Apakah ceritanya usai sampai di sini?Belum!
Senja sepekan kemudian, kembali arisan digelar. Entah kenapa yang datang jarang. Mungkin pada patah hati gara-gara weekend sebelumnya gue nggak ada, Mandosh gak ada, Mdm. Herbal juga nggak ada. (cieeh, berasa dibutuhkan, gue). Karena pekan sebelumnya, semua orang pada muntah darah, pekan ini arisan di ulang lagi.
Peserta baru adalah seorang dara bersuara super lembut. Berhubung gue ganas dan garang, serta sedikit saliwang, gue sempet kuatir ketulian gue ini akan menyinggung perasaannya. Ternyata...
Dara suara super lembut itu, mengeluarkan sebendel dari apa yang tidak lain adalah... aaargggh... mantra keluh kesah merana. Dan karena sebendel... efeknya lumayan gede lah ya, walaupun nggak sebusuk dan sebangkai punya gua.
Mandosh langsung pusing, gue cuma cengar cengir.
Ada apa ini, dengan wanita-wanita muda (yang jelas, dua oknumita itu lebih muda dari gue) dan bangkai-bangkaian itu?
Udah gitu, yang lebih gubrak lagi, pas ditanya, kenapa kok yang diminta rasa senang, yang keluar sedih beneran... Dara itu menjawab dengan suara lirih berbisik "abis saya nggak bisa senang sih saat ini"
WHATTHEHELL!!!
Terus gue dengan lebih whatthehell-nya, ngasih saran dan nasihat ke orang lain tentang bagaimana menemukan dan merasa senang, dong! Gue, gitu!! The Mistress of Pain and Agony! The Torturer of Heart and Soul!! Gue!! Yang kalau DNA-nya dicampur dengan jenis monster lainnya akan menghasilkan hybrid katalisator kiamat!
*keluh*
Kok peran gue diambil sih? Terus gue jadi apa nihh??
Menjadi seseorang yang pemurung dan tertekan adalah keahlian gue yang paling teruji. It's my treat. My specialty skill. Andaikan dalam sebuah game RPG, maka gue adalah karakter yang kekuatannya adalah magic, entah natural druid atau malah mage, yang aliansinya hitam. Kalau vampir menyerap HP, maka gue memancarkan negativism energy yang membuat HP lawan menyusut dengan drastis. save Point sangat tinggi alias nggak bisa di-counter attack. Radiusnya memang pendek, tapi yang kena bener-bener nggak bisa saving throw. Pasti kena. Dan HP menyusut dengan persentase yang berbeda, tapi berakumulasi setiap turn, sepanjang serangan itu dilancarkan. Bahkan yang spirit pointnya paling tinggi pun terpengaruh. Ahahaha! Ngeri banget nggak tuh?
Kembali ke bahasan yang sesungguhnya: entah kenapa rasa murung dan tertekan ini mendadak menarik banyak energi negatif. Dan yang lebih aneh lagi, justru pada saat gue nggak lagi murung (walaupun memang tertekan)
Ceritanya begini... Pada suatu sore kami semua para anggota arisan ini berkumpul di garasi. Lumayan banyak yang datang. Hati gue sebetulnya lagi cukup girang karena sambungan jarak jauh sama si CHP entah kenapa terbentuk lagi. (ehm... permisi... "entah kenapa", ya? e? ehehe?)
Sore itu hadir juga Mandosh yang di akhir pekan sebelumnya sempat gue racuni dengan yang memuakkan dan busuk-busuk manis. Bangkai cinta masa lalu gue dalam bentuk rajutan puisi kanibal dan daur ulang. Sepertinya HPnya cukup terkuras. (AHAHAHA)
Dengan praduga tak bersalah, gue menyilahkan seorang cewek untuk membacakan puisinya... yang ternyata... 6 halaman panjangnya, dengan spasi 1.5! (sama bo sama punya gue), dan isinya adalah gerundelan putrid mengenai cinta remaja yang nestapa (lebih bau bangkai punya gue sih). Terus yang lebih ironis lagi, sore itu jadwal arisannya adalah rasa senang... JDUENG!!!
Nggak ada yang menang kecuali gue sama si David, pemuda Rock Prince itu. Yang lainnya pada muntah darah kena serangan jenazah cinta remaja. Nggak ada yang bisa merasa senang. Dengan luar biasa, Mandosh, yang memiliki kekuatan matahari terbit dan tenggelam di atas kepalanya yang botak, tetap bertahan!! Dia sempat batuk darah, tapi masih berhasil dapat point. Padahal dia udah gue serang pake puisi bangkai itu sebelumnya!!! Hebat... hebat... memang Mandosh itu imhotep banget.
Apakah ceritanya usai sampai di sini?Belum!
Senja sepekan kemudian, kembali arisan digelar. Entah kenapa yang datang jarang. Mungkin pada patah hati gara-gara weekend sebelumnya gue nggak ada, Mandosh gak ada, Mdm. Herbal juga nggak ada. (cieeh, berasa dibutuhkan, gue). Karena pekan sebelumnya, semua orang pada muntah darah, pekan ini arisan di ulang lagi.
Peserta baru adalah seorang dara bersuara super lembut. Berhubung gue ganas dan garang, serta sedikit saliwang, gue sempet kuatir ketulian gue ini akan menyinggung perasaannya. Ternyata...
Dara suara super lembut itu, mengeluarkan sebendel dari apa yang tidak lain adalah... aaargggh... mantra keluh kesah merana. Dan karena sebendel... efeknya lumayan gede lah ya, walaupun nggak sebusuk dan sebangkai punya gua.
Mandosh langsung pusing, gue cuma cengar cengir.
Ada apa ini, dengan wanita-wanita muda (yang jelas, dua oknumita itu lebih muda dari gue) dan bangkai-bangkaian itu?
Udah gitu, yang lebih gubrak lagi, pas ditanya, kenapa kok yang diminta rasa senang, yang keluar sedih beneran... Dara itu menjawab dengan suara lirih berbisik "abis saya nggak bisa senang sih saat ini"
WHATTHEHELL!!!
Terus gue dengan lebih whatthehell-nya, ngasih saran dan nasihat ke orang lain tentang bagaimana menemukan dan merasa senang, dong! Gue, gitu!! The Mistress of Pain and Agony! The Torturer of Heart and Soul!! Gue!! Yang kalau DNA-nya dicampur dengan jenis monster lainnya akan menghasilkan hybrid katalisator kiamat!
*keluh*
Kok peran gue diambil sih? Terus gue jadi apa nihh??
Comments
Kasiaaaan....pada muntah darah semua ya...
Makanya, pakailah senjata ekew, sabuk pendeteksi bangkai dan tongkat penolak mantra keluh kesah merana berlama-lama.
Kalo ga mempan, ikuti jurus gw: Jurus langkah seribu menuju ke tempat bahagia dan penuh dengan makanan enak penghilang nestapa. Huehehehe.....