Tante Girang Membaca


Coincidentia
Penulis: Tari Danawidjaja
Editor: A Ariobimo Nusantara
Penerbit: Grasindo, 2005
Tebal: 188 hal + XX
ISBN: 979-750-264-2

Novella ini menceritakan mengenai kebetulan yang menghubungkan Mario dan Shirley, sepupunya manajer band yang pacaran dengan pemain band yang kemudian menjadi tiga segitiga dengan sepupunya si pemain band ini, yang bernama Angky. Lah!

Premis konflik yang menjanjikan drama tidak terbangun dengan baik. Jalan cerita lempeng saja dari bab ke bab. Dalam sekejap antusiasme berubah menjadi kebosanan. Tari juga tidak memaksa pembaca untuk menekuni satu demi satu kisah yang ia rangkai dalam novella debutnya ini. Ia memberikan rangkuman di bab terakhir! Rasanya seperti membaca diktat kuliah saja.

Dengan gaya bertutur anak muda masa kini, Tari berusaha ramah pada "yang kurang gaul" dengan memberikan catatan kaki untuk menjelaskan istilah-istilah berbahasa trendi pergaulan. Yang lucu, ia tidak memberikan catatan kaki untuk berbagai penggunaan bahasa asing yang bertebaran dalam novellanya. Jadi, sebetulnya siapa yang ia harapkan membaca novella ini? Orang-orang yang cukup berpendidikan untuk bisa memahami Bahasa Inggris tapi "nggak gaul"? Terlepas dari itu, penggunaan catatan kaki tersebut memudar seiring kemajuan bab, lantas hilang sama sekali. Bagian catatan kaki yang tak diperlukan dan yang tak konsisten ini sangat mengganggu kenikmatan membaca.

Kelebihan Tari mungkin terletak pada penggambaran setting. Ia pernah mengunjungi dan atau tinggal di tempat-tempat yang ia gunakan sebagai setting cerita dalam novella ini. Namun sayang sekali, suasana setting lokasi tersebut kurang tergambar dengan baik. Padahal apabila diolah dengan lebih sabar, ini bisa menjadi titik kuat novella Tari. Setting bisa sangat mempengaruhi mood dan juga menambah unsur drama dalam cerita.

Tari juga mampu memberikan penutup yang segar untuk tiap babnya. Sayang sekali penutup keseluruhan cerita di akhir Novella yang berbentuk rangkuman itu sangat mengganggu.

Secara keseluruhan, nafas novella ini cenderung pendek-pendek. Patahan tiap bab masih terasa. Strategi yang diterapkan untuk merangkainya menjadi sebuah novella layak mendapatkan tepukan di pundak dan ucapan pemberi semangat, namun hasilnya masih belum maksimal. Semoga Tari Danawidjaja tidak berhenti berkarya dan mencoba lagi.

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again