The Fantasia Project

Berkenalan Dengan Para Pelintas Dimensi
Ini mengerikan.
Tahu-tahu dari tanganku keluar Halia, lalu berturut-turut Tatun, Jenderal Kecil, Pilipa, Huma, dan Arnel.
Halia begitu bersemangat. Ketidaktahuan kami akan kedua dunia itu--yang nyata dan yang dalam tidur--dan hubungan keduanya adalah sama. Halia tahu lebih banyak dariku, tapi ia jenis yang tidak bisa tenang dan selalu terburu-buru. Agak sulit mengikuti runut ceritanya saat Halia bicara padaku.
Tatun bukan orang yang mudah percaya.
Jenderal Kecil menganggap semua orang musuhnya.
Kurasa Pilipa akan bisa menjadi guide yang baik. Ia tampak lebih dapat menguasai diri saat berbicara. Tapi ternyata, selain gelisah, ia sedang bergulat dengan penyelesaian masalahnya. Sedang bergulat dengan dirinya sendiri.
Aku rasa Pilipa tidak terlalu nyaman dengan kenyataan bahwa mendadak tanggung jawab terbesar jatuh padanya. Tanggung jawab untuk membuka tabir misteri dunia mereka. Kurasa ia ingin sekali menolong, tapi tidak ingin memegang peran sebesar itu. Selain kurang percaya diri, Pilipa merasa sendirian. Ia jadi cenderung menarik diri waktu diajak bicara.Sepertinya masalah Pilipa yang lain adalah, ia tidak pernah bisa benar-benar percaya. Baik pada teman-temannya, maupun pada dunia dalam tidur itu.
She was the one, but then she lost her way. Aku tidak tahu apakah dia akan mampu menebus kesalahan ini.
Lagipula, kenapa sih dengan percaya diri aku membuat cerita fantasi? ini adalah genre yang paling menitikberatkan pada kemampuan setting dan deskripsi.
Huampunh deh! Aku memang suka membaca fantasi, dan didongengi, tapi tidak pernah benar-benar menuliskannya.

Kurasa para penulis fantasi adalah orang-orang yang mengerikan.

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again