002

Pagi-pagi, setelah merendamnya dalam otak gue selama beberapa minggu, akhirnya gue menulis ke seseorang yang bikin gue patah hati tiga tahun belakangan ini. Gue nggak tahu apakah dia akan memaafkan gue, tapi yang jelas gue sudah memaafkan dia dan diri gue sendiri.
Kenapa gue mikirinnya begitu lama? Karena gue pernah sayang sama orang itu, dan gue pada dasarnya orangnya memang begitu. If I care enough for someone, I would most definitely strive to get away from the strife. Dan kata Cecunguk Purba ini membuat gue jatuh ke kotak "Caring Person", sementara gue merasa seperti carrot semata.
Moga-moga orang itu juga mendapatkan kelegaan yang sama yang gue rasakan, atau moga-moga lebih.

Yang lucu, waktu gue baca lagi surat itu... kenapa gue kesannya malah marah-marah ya? Heh...

Oiya, waktu jalan-jalan bersepuluh itu Dugong jadi Samantha, Paus Biru jadi Carrie, Charlotte itu Mml. Petite, dan gue jadi Miranda Hobbes.

Miranda Hobbes itu hard in the exterior, and very soft in the interior. Dia akhirnya jadi yang pertama punya anak (walaupun di luar nikah) di kuartet itu, tapi hidup dia yang paling normal. Dia punya masalah dengan komitmen, tapi masih lebih waras ketimbang obsesi Carrie ke Mr. Big, obsesi Charlotte ke komitmen itu sendiri, dan Samantha yang kebalikannya Charlotte. She always play it safe, control freak, dan freak out waktu kehilangan kontrol. Wow... that's me! Cuma gue nggak seambisius Miranda kayanya.

Tolol deh... gue belajar dewasa dari nonton sinetron.
Baidewey, gue belum nonton dua season terakhir, dan gue lagi jatuh cinta berat sama Aidan Shaw. Hmmmhh... Aidan...

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again