0027

Seleksi Idola Indonesia dibikin berlapis, soalnya ini menyangkut penentuan selera orang banyak, alias laku nggaknya penjualan album, alias alasan uang.

Pendekatan untuk pacaran, adalah istilah yang sebetulnya aneh, untuk menamai kegiatan yang nggak kalah anehnya.

Sebetulnya pemaknaan pacaran buat orang Indonesia itu lebih menjurus ke simulasi berumahtangga kalo nggak menyebutnya zinah ( yang mana penggunaan istilah yang terakhir bakal membuat gue terbakar baik di Surga maupun Neraka secara simultan). Anyway, karena itulah mereka pakai juga istilah pendekatan.

Di negeri Barat yang Barbar sana, penjajakan sebelum menikah disebut courting. Kurang lebih ini disebut pacaran. Di jaman kuno, yang mana semua orang masih naik kuda dan Ford belum membuat mesin mobil, Courting berarti mengenali apa yang disukai dan tidak dari sang incaran. Memikat sang calon pasangan. Apa kebiasaan calon pasangan masing-masing. Siapa dan bagaimana keluarga masing-masing. Lalu semua orang diberitahu bila ada kecocokan, dan dilangsungkanlah pernikahan. YAY, Hore...
Di masa modern, kurang lebih begitu juga. Abang lihat Adik manis, Kalau Adik bersedia mari Abang ajak Adik jalan-jalan, makan malam, nonton, ngobrol, tidur. Kalau setelah agak lama ternyata baik-baik saja dan semuanya cocok, mari Abang dan Adik lebih serius lagi. Hal berlaku untuk kedua belah pihak jenis kelamin.

Tapi di Indonesia, ada proses courting untuk courting. Hmhh... macam seleksi Idola Indonesia saja. Seleksi berlapis-lapis dan dinista sama sederet juri. Nggak sepenuhnya salah sih. Jelas ribet dan repot dan beraroma hormon remaja tanggung. Dan kalau Idola Indonesia itu UUD (ujung-ujungnya duit), pendekatan untuk pacaran itu entah menyangkut apa.

Gue pernah nanya soal beda kencan sama pacaran ke temen gue yang Barat Barbar. Dia bilang, itu cuma beda 2 waktu jalan aja, "It's only about two dates away". Kalau sudah lebih dari tiga kali jalan dan hasrat untuk terus masih ada, ya terus aja mereka jalan.
Gue: "Lho, tahu kalian udah pacaran gimana?"
Barat Barbar: "You just know. Come on, it's COMMITMENT. Women are prone to it and men can sense it from miles away. If the man doesn't run, the dating is automatically upgraded into a relationship. Emang di Indonesia gimana?"
Gue : "Ya lu ngajak dia jalan, terus kalo lu suka dia banget, lu ngajak lagi ke dia buat pacaran. Nyatain itu wajib, supaya jelas kalau status mereka pacaran dan nggak boleh lirik kiri kanan lagi. Dan, setelah jalan, si cewek pun masih mungkin buat nolak."
Si Barat Barbar: (ketawa) "Your men really appreciate the women, eh?" (dengan nada yang gag jelas antara sarkastik atau kagum.)

As if...

Gue menyebut pra-courting ini Tarian Burung Merak yang Mematikan. Begitu banyak yang dipertaruhkan untuk sebuah gerakan sia-sia menjelang kematian. "Heheh... apaan sih, Mir?" Lho, tapi bener nih. pikirin deh... Pendekatan itu mayoritas menghabiskan banyak biaya buat traktir, minimal makan... dan itu pun si cewek mungkin masih bakal nolak. Mereka mau jalan tapi gag mau pacaran. Ya nggak? Ya banget. Gue dulu gitu waktu SMA. Selama mereka nggak bilang "lu mau gue ajak jalan dan ditraktir gini berarti mau jadi pacar gue" maka gue nggak akan merasa bersalah dan berhutang sama sekali kalo ntar pas ditembak gue bilang... sori mori dori stroberi, tapi gue lebih suka jalan biasa sama lu... Kalo mereka pake prelude intro begitu, dan gue gag terlalu tertarik sama cowoknya maka dari awal gue akan memilih buat bayar sendiri. Jadi, kalo ternyata dia emang ga asik beneran dan gue nolak jadi pacarnya, gue ga ngerasa utang.

"ha ha ha... enak banget jadi cewek Indonesia" Mungkin lu jadi mikir gitu. Tapi bagi para jomblix modern (bentuk feminin dari Jomblo), ritual Tarian Musim Kawin (terj. bebas dari Mating Dance heheh) ini ribet banget. Apalagi kalo para jomblix ini tipe yang males.

Ritual itu juga memberi celah buat para cowok untuk menerapkan strategi "Monyet yang Berayun di antara Pepohonan" di mana mereka adalah monyetnya dan para cewek adalah pohonnya. Kalau satu tangan belum meraih dahan berikut, mereka nggak akan melepas dahan yang sebelumnya. Di mana ada satu interval, sesingkat apa pun itu, kedua tangannya memegang dua dahan yang berbeda.

Catatan kaki: Strategi ini juga sering dipakai para cewek, tapi sangat bergantung kepada faktor kecantikan fisiknya dan kecantikan hatinya. Kalau fisik lebih besar dari hati, kemungkinan pemakaian strategi ini lebih besar.

Nah, jurus ayunan monyet ini banyak terjadi selama masa tarian musim kawin, dan meninggalkan banyak luka dan trauma bagi mereka yang tak menduga. Sehingga bertambahlah orang pesimis yang menganggap bahwa semua ritual ini adalah kotoran kerbau dan bahwa lawan jenis adalah musuh dalam lapangan tembak. Karena jumlah cewek 4 berbanding 1 ke cowok, maka secara statistik, korban jurus ayunan monyet adalah cewek. Dus para jomblix.

Hipotesis kedua adalah saking rumitnya Tarian Musim Kawin, termasuk di dalamnya jurus ayunan monyet, sementara deadline waktu reproduksi sudah mepet, maka pihak yang mengeluarkan keturunan dari saluran genitalnya ingin penyingkatan ritual. Sementara itu pihak yang membagi DNA lewat saluran kencingnya merasa tidak punya deadline waktu reproduksi, dan jumlah mereka 1 berbanding 4. Dus para Jomblix tetap jomblix.

Apakah gue jomblix? Nggak, gue cuma cewek Jawa yang berjiwa Barat Barbar.
HAHAHAHA.

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Main ke Desa