0026

Banyak orang yang punya selera humor yang aneh dan mungkin menyinggung orang lain dengan selera humornya itu. Tapi itu sebetulnya bukan hal yang jahat, dibandingkan dengan orang yang melakukan hal-hal tertentu dengan motivasi melukai, lalu menyamarkannya menjadi selera humor yang aneh. Itu sih, sakit. Kalau ingin melukai, lukai saja. Kenapa harus pura-pura lucu?

Malem buta saat gue kudu lembur, gue tiba-tiba terserang suatu hentakan amarah yang membara. Gag tau apa karena hormon, atau karena emang amarah itu udah gue pendem lama banget, atau karena gue emang psikopat. Yang jelas, gag bisa dibiarin amarah ini menjadi ledakan gunung Krakatau. Outletnya adalah memberitahu orang, yang sayangnya gag ada hubungannya dengan sumber kemarahan gue, bahwa gue lagi marah. Curhat gitu, maksudnya. Pengen disayang-sayang... hahaha...

SMS Dugong, dan nulis surat curhat dua halaman ke Onyit. Paling-paling itu baru mereka baca 6 jam lagi. Saat amarah gue (biasanya dan mestinya) udah reda. Tapi paling nggak gue mengeluarkan amarah yang bikin gue gag konsen lembur itu.

APAKAH BERHASIL?

Hmmhh...gag tau. Tapi lebih asyik marah ngajak-ngajak daripada marah-marah sendiri. (heh filosofi macam mana ini?) Iyalah... soalnya kalo gue marah sendiri dan gag ada yang tau, yang muncul di kepala gue adalah RETALIASI. Dan rencana-rencana yang tercipta nggak seimut taktik Wile E. Coyote. Lebih ke taktik Hannibal Lecter, gitu. Kalau ada yang tau 'kan ntar ada yang "heh, gila kamu! Norak ah..." dan gue bisa berhenti mikir yang nggak-nggak gitu.

Second of all, I destroy things. Gue bukan orang paling articulate sejagat, dan kalau lagi marah, gue nggak bisa ngomong. Gue TERIAK, BENTAK, dan lebih bersifat fisik daripada nggak. Nggak sehat emang. Selama ini gue selalu berusaha menjauh sejauh mungkin dari sumber penyakit dada itu. Contohnya: tinggal di Bandung kaya sekarang ini. Jadi, sebetulnya gue lebih sering menghindari amarah gue sendiri, karena yah.. throwing tantrum is sooo 3 years old, gitu. Gue udah 89 musim ketuaan untuk melakukan hal semacam itu.

Dan terakhir, gue inget kok yang pait-pait. Kalo gue gag inget, berarti gue cinta sama orang itu. Tapi kalo gue gag cinta... ha ha ha... gue inget-inget paitnya. INGET BANGET. Soalnya kan To forgive but to never forget itu hanya terjadi pada saat lu cukup cinta sama yang bersangkutan.

Kemaren gue liat di TV, di salah satu negara Eropa, ada jasa penyaluran kemarahan dan stress. Kalo gag di Jerman ya di Rusia. Orang-orang bayar dan dikasi palu godam dan mereka ngancurin mobil-mobil yang emang udah disediain buat diancurin. Rata-rata mereka ngerusakin kaca, bemper depan-belakang, kap mesin dan kap bagasi. Laki-perempuan, tua-muda, asal mereka punya uang, mereka boleh ikut terapi demolition derby ini. Semua mengaku puas. Hmmh.. kalo saat ini gue bisa dateng ke tempat terapi itu dan bisa bayar buat ikutan, gue nggak bakal cuma berhenti di ngegodamin kap mobil dan kaca jendela... gue cabut joknya, ancurin mesinnya, bakar, ledakin...HAHAHAHA! Indonesia banget deh...

Hhh... tapi nulis blog gini juga puwas kok. Memang nulis itu terapi banget... ciuman juga... (lho, kok?) yah, namanya juga hormon-releasing-activity... kegiatan yang melibatkan organ makan dan organ seksual akan dengan segera menekan produksi hormon stres dan amarah... (nulis kan gag pake organ makan dan organ seksual?)... Ya pokoknya itu! *ngotot*

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Monster Playgroup (Pt. 1)