Penulis atau Pengarang?

20 oktober 2003
Suatu siang ketika masih SMA kelas satu, guru bahasa Indonesia saya berdiri di tengah kelas sebelum memulai pelajaran, dan mulai bercerita mengenai kawannya yang seorang penulis dan pengarang. Suatu hari waktu pulang sungkem pada ibunya masa lebaran, ibu kawannya itu berkata padanya, " Le, jadi orang jangan suka mengarang. Ngarang itu buruk. Dilarang agama. Dapat uang dari bohong itu haram. Menipu namanya"
Kawannya itu tersenyum saja karena ia hidup dan makan dari hasilnya mengarang untuk dimuat di majalah-majalah dan koran.

Entah kenapa Pak guru berkisah seperti itu. Cerita itu singkat saja tapi bertahan di otak saya lama. Terkadang menghantui pikiran saya seperti kabut samar yang mengganggu pandangan mata penderita katarak. Lalu saya mulai mengarang juga.

Sebetulnya saya tidak memulai semuanya dengan menulis. Saya mulai dari membaca. Lalu saya kesal karena tidak ada kisah bohong (fiksi) yang sesuai dengan maksud saya. Selalu saja tokohnya kurang aksi, kurang rumit, dan seterusnya. Kemudian saya mulai menulis. Singkat saja, berbohong dalam tulisan itu sangat menyenangkan. Saya jadi dewa dari sebuah jagad kecil yang hidup di kertas tulisan saya. Saya kuasa melakukan apa saja pada mereka, orang-orang dan kehidupan dalam karangan itu. Saya bisa membunuhi mereka semua dalam pembantaian berdarah paling kejam dan paling mengerikan dan tidak akan diadili seperti Pinochet atau Khmer Merah. Mengarang menjadikan saya tuhan.

Tapi tetap saja saya ini sebetulnya bukan penulis, saya ini pembaca yang gemar berbohong.

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Main ke Desa