Kutu Telepon


Duluuu sekali, ada teknologi yang namanya telepon umum. Berserakan di tepi jalan, dilindungi sebuah boks sederhana. Masukkan saja koin, tekan nomor yang ingin dihubungi lalu anda pun berkomunikasi. Praktis dan memudahkan.

Tapi dasarnya bangsa Indonesia memang masih baru saja keluar dari gua dan berjalan dengan dua kaki, ada yang mengira boks telepon umum itu papan tulis sehingga mencoret-coretnya, ada yang mengirai boks telepon umum itu wc umum sehingga dikencingi dan dalam kesempatan yang cukup jarang diberaki, ada yang mengira boks telepon umum itu tempat sampah, banyak yang mengira boks telepon umum itu Anjungan Tunai Mandiri tempat anda bisa memasukkan sesuatu (biasanya kawat) untuk bisa mengeluarkan uang (yaitu koin rupiah receh).

Lalu perusahaan telekomunikasi yang milik negara (karena menyangkut kepentingan dan hajat hidup orang banyak maka milik negara), menggalakkan pemasangan telepon rumah. Namun telepon umum tetap saja merupakan teknologi yang sangat penting saat anda ada di luar rumah dan harus menghubungi seseorang.

Di Indonesia, pendidikan harganya mahal, sebab bentuknya industri. Dan karena perusahan telekomunikasi milik negara sedang mengirit, maka pendidikan tersebut diserahkan saja pada negara. Karena toh negara berkewajiban meningkatkan kemakmuran rakyatnya. Menurut negara untuk memperluas wawasan dan pengetahuan, diperlukan komunikasi. Karena perusahaan telekomunikasi nggak becus, kita serahkan saja tender pendidikan dan telekomunikasi ini pada yang punya dana paling banyak. Negara tidak rugi, perusahaan telekomunikasi tidak repot.

Lalu masuklah teknologi yang dinamakan telepon genggam.

Dengan telepon genggam anda mendapatkan banyak kelebihan.
1. Tidak usah mengantri di boks telepon umum.
2. Tidak harus mengumpulkan recehan berkarung-karung dan membawanya kemana-mana untuk jaga-jaga kalau membutuhkan berkomunikasi.
3. Tidak usah khawatir tidak menemukan boks telepon umum yang berfungsi dan tidak bau urine atau faeces atau sampah.
4. Tidak usah khawatir ditodong saat sedang menelpon di boks telepon umum.
5. Dimana saja kapan saja (asalkan masih dalam jarak jangkauan operator) anda bebas berkomunikasi.
6. Dengan Telepon Genggam anda bisa tampil penuh gengsi, gaya dan trendi.

Dalam jangka waktu 5 tahun perkembangannya sungguh menggembirakan dalam berbagai segi!
Secara teknologi sangat pesat sekali perkembangan operator telepon genggam. Tujuh operator jaringan, lebih dari delapan merek pesawat telepon genggam dipasarkan di Indonesia yang mengeluarkan setidaknya satu produk terbaru sebulan sekali, penjualan yang meningkat dan terus meningkat dengan biaya telepon minimal 50 ribu sebulan hingga jutaan rupiah.

Butuh tak butuh anda harus punya Handphone. Karena nanti pasti anda akan butuh. Begitu kata orang di sekitar anda pada saat mereka semua sudah punya telepon genggam. Anda tiba-tiba merasa jadi tertinggal. Tidak bisa berkomunikasi dengan lancar, dan lantas semua kesalahan anda jatuhkan pada ketidakpunyaan anda atas benda bernama telepon genggam. Padahal dulu tak punya telepon genggam pun anda tidak mati.

Bagaimana nasib teknologi bernama telepon umum?
Entah, saya tidak pernah menemukan satupun. Menemukan satupun pasti tidak berfungsi. Yang ada sekarang warung telekomunikasi, anda masih harus bayar juga tapi tidak harus berbentuk receh, dan kadang anda harus menahan kecewa saat wartel tersebut tutup dengan berbagai alasan. Dibandingkan telepon umum yang tak memerlukan penjaga atau operator standby agar ia berfungsi, wartel jelas lebih tidak praktis.

Mungkin tiga tahun lagi orang bahkan lupa bahwa dulunya ada teknologi yang bernama telepon. Kalau kita bertanya pada anak yang lahirnya pada tahun 90-an mungkin mereka bahkan tidak tahu telepon umum itu apa.

22 Juni 2004

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Main ke Desa