0016

Yang paling buruk saat terbangun siang hari adalah menyadari bahwa semua orang sudah berlari jauh sementara kita pemanasan buat lari aja belum.

Makan pagi saja belum.

Mandi.

Baca koran.

Ahhh, baca koran. Akhir-akhir ini selalu menghindari membaca koran atau mendengar berita karena hanya akan menimbulkan perasaan tidak enak sesudahnya. Rasa bersalah yang tidak banyak membantu karena tidak bisa melakukan banyak selain merenung.

Hari ini memulai hari dengan tiga up-date informasi dalam waktu yang berlainan, dari yang mulia Ibunda, ratu alam semestaku.

1. Sudah waktunya sahur, Nak.

2. Hari ini Tante S ultah. Saya sudah menelpon dia.

3. Tragedi rumah tangga! Tante R bercerai dengan suaminya itu. Ringan tangan si lakinya itu sejak gemar mabuk dan judi. Anak mereka dibawa olehnya. Padahal sejak sebelum menikah sudah ada gelagatnya. Janganlah kau bernasib seperti itu hanya karena kau takut tak laku, Nak. Aku mencemaskan kalian berdua anak-anak gadisku.


Ehem... ini sih sama parahnya dengan membaca koran pagi dan menyaksikan siaran berita di televisi.

Memang baik untuk mengkomunikasikan perasaan dan pikiran sejelas-jelasnya antara anggota keluarga, tapi kekhawatiran macam ini bisa juga jadi semacam mantra yang menghantui pikiran. Terutama bila diulang-ulang.

Semoga tidak menjadi sugesti bawah sadar. Semoga tidak menjadi beban yang membelit kaki. Semoga saat lompat dari bibir jembatan masih bisa terbang, bukannya menghantam sungai dan tenggelam jauh ke dasar!

Comments

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again