Intro


Nama Mirna. Adzania.
Perempuan. Tenggelam dalam seribu ilusi. Menyukai hal-hal yang kecil. Not a girl anymore since 4 years ago. Tidak penting. Sering tenggelam dalam pemikirannya sendiri. Tidak menarik. Melompat-lompat dan disorganized. Just like half of the world’s population? Jadi yang perlu dipahami apa?
Tidak ada yang harus dipahami disini. Isinya seperti kebanyakan halaman penuh coretan yang tersimpan di kamar, adalah ruwetan benang kusut yang sengaja ditinggalkan untuk pencatatan sejarah. The history of me! Buwahahaha...narsis itu memang sakit.

What I Listen

Ini penting karena kalau tidak ada musik entah jadi seperti apa hidup manusia. Saya suka musik tapi nggak suka Matematika, padahal seharusnya kesukaan atas dua hal ini berbanding sejajar. Orang yang suka musik biasanya mengalami peningkatan dalam kemampuan matematisnya. Weits...tergantung musik apa dulu yang didengarkan, begitu kan?

BEATLES
The Fab Four. Bukan maniak sangat tapi Abbey Road adalah album yang membuat saya bisa tidur waktu kecil. Anak kecil karena perkembangan sel otaknya seringkali mengalami mimpi buruk. Biasanya yang terbangun karena mimpi buruk saya adalah bapak. Karena malam masih gelap sementara saya yang gelisah dan ketakutan sulit tidur lagi, bapak memasangkan radio atau kaset. Sebenarnya lagi kalau dirunut, kebiasaan ini ditanamkan oleh nenek saya. Semua cucu nenek pernah diasuh oleh beliau paling tidak selama sebulan. Saya diantaranya, adalah yang dibiasakan tidur dengan radio dinyalakan keras-keras sebagai teman sementara saya ditinggal-tinggal bekerja. Semua cucu nenek yang dibiasakan seperti itu jadi tidak gampang terbangun dan rewel kalau ada keributan. Berdasar kebiasaan ini bapak saya berinisiatif menyalakan tape atau radio. Yang paling sering diperdengarkan pada saya sewaktu kecil itu ada 2; siaran ludruk tengah malam stasiun radio AM dan Album Abbey Road-nya The Beatles. Selera musik saya dibentuk dari sini. Sampai sekarang kebanyakan musik yang saya dengarkan berasal dari kepulauan Britania Raya.



Radiohead
Band ini saya kenal akhir kelas tiga SMP. Teman saya sekelas membeli album kedua mereka The Bends dalam perjalanan kami ke Jogja. Lalu seterusnya saya pinjam dengarkan, lalu saya jadi tidak bisa berhenti menyukai band ini. Bisa dibilang Radiohead adalah salah satu band yang yang pertama kali benar-benar disukai dan meskipun kemudian saya tahu banyak juga orang yang menyukainya, saya tetap tidak menganggap Radiohead pasaran (tadinya saya suka Greenday tapi waktu musik punk meledak dan semua orang mendengarkan Greenday, tiba-tiba saya kehilangan minat karena band itu jadi terlalu pasaran). Impian terbesar saya adalah melihat Radiohead main LIVE dan memiliki semua cd dan dvd yang mereka keluarkan. Masalahnya terletak pada copyright. Merchandise orisinil band ini mahal dan meskipun saya cinta mereka setengah mati, rasanya kok seperti sinting kalau merelakan uang lebih dari seratus ribu untuk membeli sesuatu sementara penghasilan freelance saya pas-pasan.



SUEDE
Band Glamrock Inggris yang sempat sangat berjaya di masa-masa keemasan musik alternatif tapi selanjutnya tidak sanggup bersaing lagi. Sulit untuk tidak menyukai SUEDE. Apalagi dengan Brett Anderson, Bernard Butler, yang terus digantikan Neil Codling; tinggi pucat cantik dan mengenakan pakaian serba hitam. Saya ini pemuja tampang-tampang kurang gizi mereka. Paling nggak tahan melihat orang cantik yang waktu tampil di atas panggung jadi liar dan ganas. Tahun 1998 Suede nyaris main di Jakarta seandainya tidak ada peristiwa Mei 98. Saya nangis darah karena ternyata itu adalah tur konser terakhir Suede sebelum Neil Codling keluar karena sakit yang misterius dan Suede menjelang bubar. Mereka bikin album baru tahun 2002 dan akhirnya konser juga di Jakarta di tennis indoor Senayan. Musiknya tidak wah seperti dulu dan banyak orang mengira Suede band yang baru. Karena nggak punya uang jelas saya nggak bisa pergi. Saya sakit hati waktu di infotainment Titi Kamal bilang “keren banget, bagus banget, sekarang gue ngefans ama mereka”. Telat seribu tahun cahaya tuh, mbak. Lepas album terakhir itu konon Suede jadi bubar betulan. Hiks...

Baru tiga itu aja sih yang lumayan tahu soal informasinya. Lumayan niat beli albumnya. Lumayan setia sambil angan-angan suatu hari nanti bisa ngeliat langsung waktu tampil Live-nya. Kalau untuk didengarkan sehari-hari sebetulnya banyak sekali yang disuka. Antonio Carlos Jobim, Jamie Cullum, System of a Down, Mariah Carey, Bjork, Nirvana, the Smashing Pumpkins, Frank Sinatra, The Brand New Heavies, Rufus Wainwright, L'Arc en Ciel, Pavarotti, weleh, ini sih playlist orang sekampung.

What I Read

Kalau dibilang pembaca yang baik sih sebenernya nggak juga. Baca sampai dengan saat ini baru sekedar tahap ingin hiburan dan karena terpaksa. Bukan karena butuh. Belum. Sampai sekarang bisa dipastikan kalau karya yang inspirasional yang mempengaruhi sekali di turning point usia belasan itu Burung-Burung Manyar tulisan Y.B. Mangunwijaya. Padahal pas pertama kali baca kelas dua SMA cuma potongan pendek di buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMA. Lalu terpana-pana. Tapi karena nggak ada yang ngarahin dan perpustakaan sekolah yang cukup dahsyat itu nggak punya bukunya, baru ngebaca satu buku lengkap waktu umur 18 tahun. Dan yang terpikir adalah “ada ya orang yang bisa nulis kaya gini”. Ternyata banyak tuuuhhh...


Terry PRATCHETT
Sebetulnya kenal Terry Pratchett waktu browsing Lord of The Rings. Waktu itu gemanya belum kedengeran dan Peter Jackson mungkin lagi bikin research buat bikin film triloginya. Pengen tahu soalnya semua temen chatting dan sahabat pena kayanya udah baca Lord of The Rings dan kenapa saya nggak tahu apa-apa??? Waktu itu beberapa website mensejajarkan Terry Pratchett sama J.R.R. Tolkien. Akhirnya nemu bukunya di book exchange Mirota Surabaya, The Maskerade. Langsung JATUH CINTA!!! “KOK BISA ADA ORANG YANG NULIS KAYA BEGINI???” Dari Pratchett saya belajar banyak hal. Tapi belum bisa niru dan belum bisa bikin yang lebih dahsyat... memangnya bisa orang kaya saya nulis kaya Pratchett?





C.S. LEWIS, J.K. ROWLING, dan J.R.R. TOLKIEN
Sesuai dengan urutan saya mengenal mereka. Saya baru benar-benar cinta C.S. Lewis lewat the Chronicles of Narnia. Buku pertama yang saya baca justru Prince Caspian, yang merupakan urutan ke lima (kalo nggak salah) dari serial chronicle yang tujuh buku. Novel itu pun saya dapatkan dari salah seorang teman ibu yang konon koleksi buku dan novelnya sangat banyak, seorang bujangan tua yang saat meninggal saya ikut sedih karena mengira-ngira, kemana perginya koleksi novelnya yang sangat banyak itu. Lalu saya mendapatkan 5 buku seri chronicle itu di sebuah pameran buku di Landmark Braga, versi terjemahan Bahasa Indonesia yang cukup payah. Memang lebih dahsyat membaca dalam bahasa aslinya, Inggris.
J.K. Rowling tentu saja adalah ibu Harry Potter. Sebetulnya yang dibikin sama Rowling itu nggak dahsyat-dahsyat banget. Sederhana malah. Yang hebat dari Rowling adalah menceritakan sesuatu yang sederhana dengan cara yang tidak bisa ditebak. Orang jadi nggak berani berhenti baca karena nggak sabar pengen membuktikan kalau tebakannya benar. Sudah baca lima buku dan nggak pernah berhasil nebak jalan ceritanya. Paling suka buku ketiga karena romantis. Dan sedih waktu buku lima. Waktu nulis ini dua buku terakhir belum selesai dan buku kelima belum dikembalikan Alia.
Tolkien akhirnya terbaca waktu film pertama dari trilogi Jackson masuk ke Indonesia. Biasalah pedagang, waktu tercium kesempatan jualan langsung toko buku di Indonesia dibanjiri berbagai versi terbitan seri Middle Earth. Tadinya agak ngeri baca, takut terjadi perubahan pendapat. Sebab Harry Potter layar lebar adalah sangat buruk, walaupun film ketiga lumayan menangkap esensi Potter-nya. Jadi takut berubah anggapan kalo film trilogi Jackson buruk abis baca bukunya Tolkien. Ternyata enggak sama sekali. Malah jadi kelihatan bagus gitu. Baru baca triloginya saja soalnya belum sempet baca The Hobbit keburu males duluan. Masih pengen baca seri Middle Earth lainnya misal: Silmarilion dan Lays of Beleriand. Malesnya, puisi Tolkien walaupun bagus, suka jadi capek soalnya bergaya bahasa sastra klasik Inggris.

Sapardi Djoko Damono
Nggak ingat semua puisinya, dulu pernah punya salah satu buku puisinya yang lama, bukan yang “Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro?”. Tapi entah kemana perginya. Buku lainnya dapat pinjam dari Nanto. S.D.D. adalah orang yang mengajarkan bahwa nggak perlu bahasa dewa untuk mencapai makna. Bahasa manusia yang sederhana justru sangat dahsyat efeknya kalau mampu menyusun kata-kata dengan sempurna. Moga-moga suatu hari nanti bisa ketemu orangnya langsung dan mendapatkan sesuatu yang berkesan. AMIIINN!!!

KOMIK
Dimulai dari komik-komik sisipan BOBO, terus Asterix, Johan dan Pirlouette, Tintin, terus tercemar manga jepang yang perdana tahun 1990: Candy-candy. I'm addicted to comics... sampe comic strips di Koran kalo bisa diguntingin semuanya... buhahaha...Tapi yang paling bete dari manga, apalagi yang berseri adalah lamanya nunggu muncul yang berikutnya, udah gitu bacanya cepet banget lagi! Baru duduk 15 menit, udah abis aja. Dulu waktu masih imut berat, sebulan dua kali, emak dengan penuh setia akan mengantar ke Gramedia terdekat dan meninggalkan diriku berdiri-diri menghabiskan isi rak display. Percuma kalau beli, dibaca di tengah jalan, sampai rumah sudah habis lagi. Sekarang cara ini agak kurang bisa diterapkan... Toko Buku gede jadi pelit dan semua bukunya diplastikin... hiks...kejaaam...
Waktu kenal inovasi yang namanya taman bacaan, baca komik ini jadi makin ganas. Uang jajan seminggu langsung habis! Bacanya juga ngumpet-ngumpet, malam-malam dalam gelap kamar pake senter. Hahaha...
Sayangnya kosakomik sampai sekarang masih terbatas pada manga dan animenya. Kalau komik-komik Marvel atau DC...ampun deh bang, nyerah. Nggak bisa telaten ngikutin soalnya itu "barang anak cowok" dan dari jaman masih SD-SMP harganya juga udah mahal (apalagi sekarang... huek) Nggak ada sarana buat ngikutin aja, gitu... Kalau dulu sih masih agak tau dikit soalnya temenan sama yang maniak, jadi dapet pinjem, etc... sekarang? ooOooOhhHh... rabun deh rabun... nggak buta-buta banget, tapi juga nggak tau sama sekali. Ada yang mau memberikan pencerahan? :D


Sebetulnya mulai awal 2003 memunculkan suatu tujuan yang dahsyat. 250 buku menjelang 25 tahun. Tapi entah kenapa susah banget memenuhi target itu kalo pake dipikir. How to keep up on the track is by writing somewhat of a review. Seringnya sih dibaca terus nggak diterusin karena sebal di tengah-tengah buku, dan ada juga yang hingga selesai dalam satu atau dibaca sampai abis tapi lalu malas menulis reviewnya. Stamina menulis dan membacanya buruk. heheh... but that's me...

Other Stuffs

1. seberapa sering saya mandi?
2. Seberapa sering saya bersihin kamar?
3. Seberapa sering saya di sms orang?
4. Seberapa sering saya cuci tangan?
5. Seberapa sering saya bilang "anjir"?
6. Seberapa sering saya ngupil?
7. Seberapa sering saya ngutang beli makanan?
8. Seberapa sering saya isengin orang?
9. Seberapa sering saya diisengin orang?
10. Apakah saya pernah berenang telanjang?
11. Apakah saya suka makan kambing?
12. Apakah saya suka belanja di pasar?
13. Apakah saya memasang label pada semua barang saya?
14. Apakah saya akan menyapa kalau ketemu kamu di jalan?
15. Apakah saya suka menyanyi di kamar mandi? Di jalan? Di antrian? Di kolam renang? Di kamar orang lain? Di tengah malam?
16. Apakah saya akan bales postingan buletin yang nggak penting di Friendster?
17. Apakah saya akan ngasih tahu kalau saya melihat restleting celana kamu ternyata belum ditutup? Lipstik kamu mencong ke mana-mana? Celana dalem kamu keliatan? Ada upil di muka kamu? Kancing baju kebuka sampai beha kamu keliatan? Sementara kamu di depan umum dan semua orang pasti akan dengar??
18. Apakah saya ini manusia? Yang keturunan kera?
19. Apakah saya paranoia?
20. Apakah saya akan mau kalau diajakin mandi bareng? Di kali?
21. Apakah saya akan mau diajakin ke kebun binatang?
22. Apakah saya kepingin ganti kelamin?
23. Apakah saya suka rambut badan?
24. Apakah saya akan mau mencukur habis semua rambut di badan saya tanpa terkecuali, demi uang satu juta?
25. Apa saya menyukai kamu?

Nah, kalau pingin tahu jawaban dari satu atau lebih pertanyaan di atas, atau kepingin nanya yang kebetulan nggak ada di atas, silahkan hubungi saya secara pribadi dan saya akan memberikan jawabannya. Ok? Ok!

Comments

Anonymous said…
Kata anda, anda senang membaca Tolkien, ya? Saya seorang tolkienist dari Rusia dan saya mencari orang Indonesia yang senang Tolkien juga supaya bergaulan. Bisakah anda tolong?
Anonymous said…
Silahkan Ari...
Bisa juga menghubungi Klab Baca via Commonroom.info
Atau e-mail saya di the_vortex_bunny@yahoo.com
:D

But i must warn you... saya tidak sefasih itu soal Tolkien.
Hanya senang saja.

--M--
Anonymous said…
Terima kasih banyak!
Mungkin saya akan menulis kepada anda juga, karena saya senang orang yang senang Tolkien :))
(maafkan saya untuk kesalahan dalam bahasa!!!)
Anonymous said…
silahkan ari, saya tunggu e-mailnya. Saya maafkan kok :D
heheh

::M::
Anonymous said…
Komentar dikit ahhhh

fotonya itu kayak penari Bali yang sedang kesurupan wah keren bangeet

Popular posts from this blog

Durga Doesn't Have Laundry Problems, and We Shouldn't Either!

Have Child Will Travel: Nyepi Holiday Adventure (2)

Two Thousand Seven All Over Again